Home Berita Pembangunan Tanggul di Kota Palembang Belum Memadai 

Pembangunan Tanggul di Kota Palembang Belum Memadai 

Share

PALEMBANG, LINTAS — Penyebab banjir di Provinsi Sumatera Selatan, tidak hanya disebabkan faktor alam atau intensitas hujan yang tinggi, tetapi penyebab utamanya kerusakan lingkungan di Hulu. Demikian halnya banjir di Kota Palembang, pembangunan tanggul sungai masih belum memadai. 

Terkait permasalahan di Sungai Ogan,  Kabupaten Ogan Komelir Ulu (OKU), Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII Feriyanto Pawenrusi, ST, MT, Selasa (2/7/2024), mengatakan,  Semua pengendalian sungai ada di wilayah pusat, yaitu Sungai Musi, Sungai Banyuasin, dan Sungai Lemau (Bengkulu Tengah).  

Sungai Ogan adalah satu dari 9 anak sungai yang masuk dalam pusat pengendalian Sungai Musi, di antaranya Sungai Kelingi, Sungai Beliti, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Rupit, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lematang, Sungai Ogan, dan Sungai Komering. 

Sungai Ogan | Lintas/SAL

“Selama ini masyarakat yang berada di bantaran Sungai Ogan umumnya sudah siap dan harmonis dengan kondisi alam di sana karena bangunan rumah di sana tinggi-tinggi atau rumah panggung semua,” ujar Feri. 

Namun, di bawah minta perluasan lahan akibatnya banyak pengembangan permukiman baru di dekat bantaran sungai, sehingga banyak yang terdampak banjir. 

Feri mengatakan, saat BBWS Sumatera VIII melakukan  FGD (Focus Group Discussion) dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terkait sungai ini secara teknis hutan-hutan yang ada di wilayah Sungai Ogan banyak yang sudah terdegradasi, maka ketika banjir datang terjadi sedimentasi yang sangat tinggi. “Jadi, ketika hujan luapan sungai yang sampai ke bawah itu bukan lagi air, tetapi sedimentasi,” lanjutnya. 

Bencana Banjir 

Tipikal Sungai Ogan diketahui sangat jarang beraksi, tetapi ketika bereaksi dampaknya sangat besar. Berdasarkan pemetaan di Provinsi Sumatera Selatan, yang menjadi titik langganan banjir adalah Sungai Lematang dan Sungai Komering. Apabila hujan Sungai Lematang bisa meluap sampai dengan Muara Enim, Pagaralam, dan Lahat, di Kabupaten OKU. 

Feri mengatakan, sepanjang Mei 2024 ada tiga kali kejadian banjir, yaitu pertama terjadi tanggal 7 Mei, tetapi dampaknya belum terlalu luas. Kedua, tanggal 14-15 Mei, terjadi lagi banjir dan mulai berdampak. Dan ketiga yang paling besar tanggal 21-22 Mei, karena kantong-kantong air sudah terisi semua dan kondisi air sudah jenuh, sehingga tidak ada lagi daerah resapan saat terjadi dua kali banjir sebelumnya. 

Ia menjelaskan, bahwa ada perbedaan sungai-sungai di Sumatera Selatan dengan sungai yang ada di Pulau Jawa dan daerah lainnya. Di Sumatera Selatan hampir semua sungai tidak bertanggul sedangkan di Pulau Jawa sungai sudah banyak yang bertanggul. 

 “Jadi, apabila terjadi luapan sungai tanggulnya jebol bisa terlihat, tetapi kalau di Sumatera Selatan terjadi banjir pompanya mau dibuang ke mana, akhirnya kembali lagi ke sungai karena sudah terjadi dataran banjir,” tegasnya. 

Namun, BBWS Sumatera VIII, memandang kebutuhan tanggul belum menjadi skala prioritas di Sumatera Selatan. Contohnya seperti di Sungai Lematang belum perlu tanggul, tetapi yang urgent adalah checkdam atau Sabo Dam karena potensi longsor di wilayah tersebut cukup banyak.  

Jadi, apabila terjadi longsor tidak sampai menutup sungai dan airnya tidak ke mana-mana. Checkdam tidak berfungsi untuk menahan sendimen dan air, sifatnya hanya sementara ketika sudah surut baru mengalir ke bawah sehingga tidak menimbulkan dampak yang besar. 

Drainase dalam Kota 

Di Kota Palembang terdapat 21 Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) yang rata-rata langsung bermuara ke Sungai Musi, yaitu sub DAS Rengas Lacak, Gandus, Lambidaro, Gasing, Borang, Sekanak, Boang, Lawang Kidul, Bendung, Buah, Batang, Juaro, Sei Lincah, Keramasan, Kertapati, Aur, Kedukan, Jakabaring, Plaju, Nyiur, dan Sriguna. 

“Kami sudah prioritaskan SubDAS yang paling berpengaruh ke Kota Palembang, di antaranya Sungai Buah, Lanbidaro, Sekanak, dan Bendung. Namun, penanganan di Sungai Buah yang berada di hilir belum ada,” kata Feri. 

Kebutuhan penanganan mendesak berada di Sungai Lanbidaro-Sekanak membutuhkan sekitar 29 km tanggul dan bangunan pengendali. Saat ini, BBWS Sumatera VIII baru membangun sekitar 13 km. 

Saat ini, Sungai Bendung sekitar 67 persen sangat memengaruhi Kota Palembang. “Di sepanjang aliran Sungai Bendung, kami sudah banyak membangun tanggul sepanjang sepanjang 7 km dan stasiun pompa di hilirnya dengan kapasitas 6 x 6.000 liter per detik atau 36 m3 per detik yang bisa dialirkan ke Sungai Musi,” paparnya. 

Kota Palembang secara morfologi daerahnya relatif datar, sehingga penanganan sungai, kolam-kolam retensi, dan pompa karena pengalirannya terkadang lambat. Adapun Sungai Musi dengan Sungai Bendung jaraknya adalah 120 km, tetapi air pasangnya sampai terpengaruh dengan Sungai Musi bisa  setinggi 3-7 meter padahal jaraknya 120 km. 

Pada prinsipnya drainase-drainase dari kota di bagian barat sebagian besar masuk ke Sungai Bendung, setelah itu baru di pompa untuk dibuang ke Sungai Musi. 

“Hanya saja sekarang ini, kami sedang melakukan evaluasi karena pompa-pompa itu hanya berpengaruh sekitar 1,5 km dari Sungai Bendung. Artinya, 5 km belum sampai ke atas,” katanya.  

Feri menjelaskan, ke depan BBWS Sumatera VIII, akan memprogram pengadaan pompa estapet dan pompa buster bekolaborasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan.  

Di kawasan Kota Palembang, umumnya ukuran darinasenya sempit-sempit (kecil) sehingga aliran ke sungai terhambat. Akibatnya hujan sebentar saja dibeberapa simpangan terjadi banjir, padahal pompa sudah dijalankan. 

Di stasiun pompa terdapat kolam retensi seluas 0,9 hektar. Nah, kalau kita jalankan 3 pompa dalam 10 menit sudah tekor, padahal air belum masuk karena perjalanan menuju Sungai Bendung terhambat. 

Menurut Feri, permasalahan banjir di Kota Palembang mengacu pada tiga faktor, yakni ketinggian banjir, dampak, dan durasi. Apabila ketiga faktor tersebut bisa diminimalisir maka kawasan dan Sungai Bendung relatif sudah bisa tertangani. 

Terkait penanganan di sungai sekarang masih dalam tahap desain. Apabila disetujui tahun depan sudah bisa dikerjakan secara bertahap karena dananya cukup besar, sehingga banjir di Kota Palembang bisa diminimalisir. 

Selain itu, terkait mitigasi titik-titik banjir di Sumatera Selatan, juga di hulu hutan-hutan yang terdegradasi harus menjadi pertimbangan, sehingga air  yang turun di atas sesuai kapasitasnya. (PAH/ROY/SAL) 

Baca Juga: BBWS Sumatera VIII Terus Sosialisasi Budaya Hemat Air dan Menjaga Sungai

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.