Jakarta – Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI, Selasa (15/2/2022) mengatakan, Ditjen Sumber Daya Air mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 41,23 triliun pada tahun 2022. Anggaran tersebut akan digunakan untuk belanja modal sebesar Rp 29,79 triliun (72,25%), belanja barang sebesar Rp 10,34 triliun (25,08%), dan belanja pegawai sebesar Rp 1,10 triliun. Pihaknya akan melanjutkan pembangunan bendungan dan daerah irigasi di tahun 2022.
“Program utama pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air pada tahun 2022 diantaranya pembangunan 35 unit bendungan, pembangunan 10.035 Ha daerah irigasi, rehabilitasi 142.615 Ha jaringan irigasi, pembangunan 21 embung, penyediaan 2,86 m3/detik air baku, dan pembangunan 157 km pengendali banjir dan pengaman pantai,” kata Jarot.
Pada sektor irigasi dan rawa telah dialokasikan dana sebesar Rp 5,95 triliun untuk pembangunan irigasi, rehabilitasi/peningkatan irigasi, dan pemanfaatan bendungan. Sedangkan pada sektor pengendalian daya rusak dialokasikan sebesar Rp 7,37 triliun untuk pengendalian banjir, pengaman pantai, dan pembangunan pengendali sedimen.
Selanjutnya pada sektor bendungan, situ, dan danau dialokasikan sebesar Rp 11,67 triliun pembangunan 35 bendungan dan revitalisasi danau dan situ. Dari 35 bendungan, sejumlah 2 bendungan merupakan bendungan baru yaitu Bendungan Riam Kiwa di Kalimantan Selatan dan Bendungan Jenelata di Sulawesi Selatan.
Sedangkan 33 bendungan lainnya merupakan proyek ongoing yang dilanjutkan dari tahun sebelumnya. Antara lain di Sumatera yaitu Bendungan Keureuto dan Bendungan Rukoh (Aceh), Bendungan Lausimeme (Sumut), Bendungan Tiga Dihaji (Sumsel), dan Bendungan Margatiga (Lampung).
Di pulau Jawa yaitu Bendungan Karian (Banten), Bendungan Ciawi (Jabar), Bendungan Sukamahi (Jabar), Bendungan Sadawarna (Jabar), Bendungan Leuwikeris (Jabar), Bendungan Cipanas (Jabar), Bendungan Jragung (Jateng), Bendungan Jlantah (Jateng), Bendungan Bener (Jateng), Bendungan Pidekso (Jateng), Bendungan Semantok (Jatim), Bendungan Bagong (Jatim).
Sementara itu di Bali dan Nusa Tenggara, Bendungan Sidan (Bali), Bendungan Tamblang (Bali), Bendungan Beringin Sila (NTB), Bendungan Meninting (NTB), Bendungan Tiu Suntuk (NTB), Bendungan Temef (NTT), Bendungan Manikin (NTT), Bendungan Mbay (NTT).
Kemudian di Kalimantan dan Sulawesi, Bendungan Sepaku Semoi (Kaltim), Bendungan Lolak (Sulut), Bendungan Kuwil Kawangkoan (Sulut), Bendungan Bolango Ulu (Gorontalo), Bendungan Budong-budong (Sultra), Bendungan Ameroro (Sultra), Bendungan Pamukkulu (Sulsel). Serta Bendungan Way Apu (Maluku).
Untuk penyediaan air baku dialokasikan sebesar Rp 2,02 triliun yang terdiri dari penyediaan air baku untuk SPAM, pemanfaatan bendungan, air baku pulau terluar dan perbatasan, air baku untuk kawasan strategis, dan air tanah untuk air baku.
“Pada sektor padat karya tahun 2022, kami telah mengalokasikan sebesar Rp 4,85 triliun dengan target penyerapan tenaga kerja sejumlah 350.104 orang. Jumlah tersebut terbagi pada 3 program yaitu P3TGAI sebesar Rp 2,25 triliun (179.141 tenaga kerja), ABSAH sebesar Rp 0,145 triliun (4.640 tenaga kerja, dan OP infrastruktur SDA sebesar Rp2,455 triliun (166.323 tenaga kerja),” tutur Jarot.
Sebelumnya pada tahun 2021, Ditjen Sumber Daya Air memperoleh capaian keuangan sebesar 94,75% atau setara Rp53,90 triliun dari total pagu Rp56,89 triliun dengan capaian fisik 96,6%.
“Capaian infrastruktur sumber daya air yang telah berhasil terbangun pada tahun 2021 diantaranya 48 bendungan dimana sebanyak 15 bendungan telah diselesaikan dan diresmikan, sementara 32 bendungan lainnya masih dalam tahap konstruksi dan ditambah 1 bendungan baru. Selain itu, telah dilakukan juga pembangunan 22.958,3 ha daerah irigasi, rehabilitasi 364.510 jaringan irigasi, pembangunan 43 embung, penyediaan 4,57 m3/detik air baku, serta 261,29 km pengendali banjir dan pengaman pantai,” ujar Jarot. (*)