Pengusahaan jalan tol di Indonesia telah berlangsung cukup lama. Sejak 46 tahun silam. Sebagai tonggak sejarah saat mulai beroperasinya Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 km yang tidak lama kemudian terbentuklah PT Jasa Marga (Persero) Tbk pada 1 Maret 1978.
Oleh Achmad Maliki
Sebagai perintis pembangunan dan penyelenggara jalan tol di Indonesia, kini Jasa Marga terus berbenah menjadi pengembang dan operator jalan tol pertama serta terbesar di Indonesia, bahkan sebagai pemegang periode konsesi terlama di Asia.
Dengan didukung pengalaman selama 46 tahun dan melansir dari situs website resminya kini Jasa Marga selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) telah memegang pangsa pasar sebesar 66 persen untuk panjang jalan tol komersial yang telah beroperasi (+/- 1.260 Km) dan mengelola 36 konsesi jalan tol dengan total panjang jalan 1.736 km.
Wilayah operasi Jasa Marga sebagian besar tersebar di Pulau Jawa dan sebagian lainnya di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Bali dan Sulawesi Utara.
Pengembangan Industri Jalan Tol
Untuk mengembangkan industri jalan tol, sejak akhir tahun 80-an, Jasa Marga menggaet pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol melalui mekanisme BOT (build, operate, and transfer). Kemudian pada 90-an, Jasa Marga lebih berfungsi sebagai lembaga otoritas yang memfasilitasi investor-investor swasta, seperti proyek JORR dan Cipularang.
Saat ini, usaha industri jalan tol tidak lagi hanya berkutat di pengoperasian jalan tol semata, tetapi sudah jauh berkembang ke jasa hak pengusahaan (konsesi) jalan tol, pemeliharaan jalan tol dan pengembangan properti. Sehingga untuk itu, dibutuhkan pengembangan beberapa anak perusahaan guna mendukung usaha bisnis perusahaan induknya. Sebagai perusahaan BUMN yang bergerak dalam pengusahaan jalan tol, PT Jasa Marga telah membentuk 29 anak perusahaan pengoperasian jalan tol dan 3 anak usaha bukan pengoperasian jalan tol yang fokus menangani konsesi jalan tol, pemeliharaan jalan tol, dan pengembangan properti.
Pengembangan Pelayanan
Tidak sedikit pelayanan terbaik yang diberikan Jasa Marga dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah. Masih segar dalam ingatan ketika Jasa Marga memenuhi permintaan permohonan Gubernur Jawa Timur untuk menggratiskan tol Jembatan Suramadu yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura.
Demikian juga pembangunan jalan tol pertama di Kalimantan pada ruas Balikpapan-Samarinda yang dibangun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan khususnya wilayah Kalimantan Timur. Dan kini jalan tol ini menjadi salah satu akses strategis menuju Ibu Kota Nusantara (IKN).
Beberapa ruas tol yang telah dibangun dan dioperasikan Jasa marga telah dikembalikan kepada pemerintah, seperti Jembatan Tol Rajamandala pada 2003, Jembatan Tol Wonokromo Surabaya pada 1986, Jembatan Tol Kapuas pada 1981, jembatan tol Mojokerto pada 2003 dan lainnya.
Tidak hanya itu, untuk mengantisipasi lonjakan pengguna Jalan Tol Jakarta Cikampek yang terus meningkat tajam, Jasa Marga mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun jalan tol layang (elevated) sepanjang 36,84 km yang merupakan jalan tol layang terpanjang di Indonesia. Dan jalan layang ini yang telah dinamai Jalan Tol MBZ (Sheikh Mohammed Bin Zayed) kini telah beroperasi dan dinikmati masyarakat serta sangat efektif dalam mengurangi kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, terutama pada kondisi lalu lintas padat saat mudik Lebaran.
Inovasi dan Teknologi
Berbagai inovasi, baik yang terkait pengembangan jalan tol maupun pemanfaatan teknologi, dalam mendukung pembangunan dan opersi jalan tol telah diprakarsai dan diterapkan Jasa Marga. Seperti Jalan Tol Layang MBZ yang dibangun dengan menggunakan teknologi Sosrobahu hasil karya anak bangsa yang bernama Tjokorda Raka Sukowati.
Dengan teknologi ini memungkinkan pembangunan jalan tol layang berlangsung tanpa mengganggu arus lalu lintas di bawahnya. Jalan tol layang MBZ juga dilengkapi dengan fitur keselamatan berupa U-turn di 8 lokasi, 100 lebih perangkat kamera pemantau (CCTV), emergency exit ramp di 2 lokasi dan 4 lokasi emergency parking way.
Komitmen Jasa Marga untuk mengembangkan inovasi berbasis teknologi yang berkelanjutan telah diwujudkan melalui peningkatan teknologi digital yang memungkinkan pemantauan, evaluasi, dan memberikan rekomendasi terkait pengaturan kebijakan lalu lintas kepada pemangku kepentingan, serta menyajikan akses informasi yang lebih mudah dan terkini kepada pengguna jalan.
Sebagai operator jalan tol pertama di Indonesia yang mengimplementasikan Intelligent Transportation System (ITS), Jasa Marga tiada henti terus mengembangkan system ini melalui Super-App Jasamarga Integrated Diditalmap (JID). Aplikasi JID ini dioperasikan oleh Jasamarga Tollroad Command Center (JMTC) untuk mengintegrasikan pengelolaan pelayanan jalan tol yang terintegrasi dan menjadi sumber pusat informasi lalu lintas melalui pemantauan, evaluasi sampai pada memberi rekomendasi terkait arus lalu lintas di jalan tol.
Dalam penyelenggaraan mudik Lebaran 1445 Hijriyah tahun 2024 ini, Jasa Marga telah menyatakan komitmennya sekaligus untuk menjaga standar pelayanan minimal (SPM) tetap optimal. Hal itu antara lain dengan menegaskan strategi dan peningkatan pelayanan di jalan tol untuk mengantisipasi potensi kepadatan yang terjadi selama arus mudik dan balik melalui pengembangan aplikasi Super app JID bernama Travoy.
Fitur terbaru dalam aplikasi Travoy memungkinkan pengguna jalan tol untuk merencanakan dan mengatur waktu perjalanan dengan mudah. Pengguna jalan bisa mendapatkan informasi tersebut melalui aplikasi Travoy yang menyajikan fitur CCTV Real Time, Tarif Tol, Cetak Struk Digital, Travoy Journey dan informasi lalu lintas dengan notifikasi push. Selain itu masyarakat juga bisa memperkirakan sendiri waktu tempuh dari lokasi awal ke tujuan mereka.
Yang tak kalah pentingnya pemberian diskon tarif tol sebesar 20 persen oleh Jasa Marga pada ruas jalan tertentu saat momen Lebaran menambah deretan layanan optimal yang diberikan Jasa Marga untuk meringankan beban pengguna jalan tol.
Inovasi pembayaran tol, tidak hanya berhenti pada cara pembayaran konvensional (pembayaran tunai), tetapi sudah berkembang jauh ke cara pembayaran tol nontunai.
Jasa Marga mendukung rencana pemerintah menerapkan Multy Lane Free Flow (MLFF) atau sistem pembayaran nontunai nirsentuh dan tanpa perlu berhenti. Sehingga menghapus transaksi layanan tol dengan kartu elektronik. Aplikasi yang dinamai Flo atau Let It Flo ini menggunakan teknologi nirsentuh atau Single Lane Free Flow (SLFF) berbasis Radio Frequency Identification Operator (RFID) yang dikembangkan oleh JMTO sejak tahun 2017. RFID adalah suatu cip dan antena yang berisi informasi tentang obyek tertentu yang dalam hal ini adalah kendaraan atau mobil.
Dalam penggunaan Let It Flo, langkah pertama yang perlu dilakukan penggina jalan adalah memperoleh stiker RFID. Stiker ini berperan sebagai alat sensor dan ditempatkan di bagian kaca depan atau windshield dari kendaraan pengguna jalan yang telah terdaftar
Tidak hanya itu inovasi lainnya Jasa Marga juga menyediakan pembayaran tol melalui QRIS sehingga pengguna jalan tol tidak perlu lagi menyiapkan kartu e-money.
Tidaklah berlebihan dan sangat bijak serta realistik bila Jasa Marga pada saat memperingati ulang tahunnya yang ke-46 pada 1 Maret 2024 ingin mencerminkan pengabdian kerja nyata yang terus menunjukkan konsistensinya. Dengan mengusung tema bertajuk “Kontribusi Berkelanjutan Untuk Negeri”, Jasa Marga konsisten dalam menjalankan roda bisnisnya dengan menerapkan aspek-aspek berkelanjutan untuk Indonesia. (MAL)