Mendarat di tengah laut mungkin terdengar seperti adegan film fiksi ilmiah—tapi di Jepang, itu nyata. Kansai International Airport (KIX) berdiri megah di atas pulau buatan di Teluk Osaka, dan menjadi salah satu bandara paling ikonik di dunia. Dibuka sejak tahun 1994, bandara ini bukan hanya terminal penerbangan, tapi juga simbol kecanggihan teknik sipil Jepang.
Untuk membangun Kansai Airport, Jepang harus membuat pulau buatan seluas 4 km panjang dan 2,5 km lebar. Proyek ini menelan biaya sekitar 20 miliar dolar AS dan menjadi salah satu proyek teknik sipil paling mahal sepanjang sejarah. (Sumber: CNN Travel – Airports Built on Water)
Mengapa Dibangun di Laut?
Lokasi Kansai dipilih bukan tanpa alasan. Osaka adalah kota padat dan rentan gempa. Dengan membangun bandara di atas laut, pemerintah Jepang bisa menghindari pembebasan lahan, mengurangi kebisingan pesawat di kota, dan sekaligus menciptakan zona aman dari aktivitas seismik, setidaknya secara teori. (Sumber: The Guardian – Kansai’s Sinking Airport)

Bandara Ini Terus Tenggelam!
Rahasia mengejutkan dari Kansai Airport, pulau buatan tempat bandara berdiri perlahan tenggelam! Sejak awal pembukaan, pulau ini sudah turun lebih dari 12 meter. Tanah dasar Teluk Osaka sangat lunak, sehingga meski diperkuat, pulau tetap mengalami penurunan permukaan setiap tahunnya.
Lebih dari itu, kecepatan penurunan sempat mengejutkan para insinyur. Awalnya, diperkirakan permukaan akan turun secara stabil sekitar 50 cm per tahun. Namun, pada tahun-tahun pertama, penurunan mencapai hingga 4 cm per bulan, membuat banyak pihak khawatir bandara ini tidak bisa digunakan dalam jangka panjang.
Tantangan utama bukan hanya fondasi yang labil, tetapi juga ancaman kenaikan muka laut akibat perubahan iklim. (Sumber: The New York Times – Sinking Airport Tests Engineering Limits)
Alih-alih menyerah, insinyur Jepang terus mencari solusi: mulai dari penguatan fondasi, sistem pemantauan penurunan secara real-time, hingga pembangunan landasan baru dengan struktur khusus. Bandara ini menjadi laboratorium hidup bagi para ahli teknik sipil dunia.
Salah satu teknologi utama yang digunakan adalah sistem hidrolik penyangga. Ribuan jack hidrolik ditanam di bawah terminal untuk secara bertahap menyesuaikan ketinggian struktur.
Dengan sistem ini, perbedaan penurunan di berbagai titik bisa dikompensasi agar permukaan tetap rata dan aman bagi operasional bandara. Ini adalah teknik yang sangat jarang digunakan di proyek lain, karena kompleksitas dan biayanya yang tinggi. (Sumber: Engineering News-Record – Ground Engineering at Kansai Airport)

Kini, Kansai bukan hanya pusat penerbangan utama di wilayah Jepang barat, tetapi juga ikon arsitektur dan rekayasa ekstrem. Bandara ini juga dirancang oleh Renzo Piano, arsitek pemenang Pritzker Prize, yang menciptakan terminal dengan desain futuristik memanjang lebih dari 1,7 km. (Sumber: Renzo Piano Building Workshop)
Kansai International Airport adalah bukti bahwa infrastruktur modern bisa berani melawan alam, tapi juga harus siap menghadapi konsekuensinya. Di balik kemegahan terminal dan kenyamanan wisatawan, ada tantangan nyata yaitu air laut dan bumi yang terus bergerak. (MAS)
Baca Juga: Hong Kong Punya Eskalator Terpanjang di Dunia, Capai 800 Meter