Home Profil Kabid Preservasi Sumut Zulkarnain: Selalu Beradaptasi di Mana Pun Ditugaskan

Kabid Preservasi Sumut Zulkarnain: Selalu Beradaptasi di Mana Pun Ditugaskan

Share

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Pepatah ini sangat berguna bagi setiap perantau atau oleh jenis pekerjaannya harus berpindah-pindah. Di mana pun ditempatkan, seseorang harus bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan, budaya, dan tradisi setempat.

Prinsip hidup itu dipegang betul oleh Zulkarnain, Kepala Bidang Preservasi BBPJN Provinsi Sumatera Utara. Ia selalu berusaha “menjelma” menjadi wong kito galo ketika ditugaskan di Palembang, padahal sesungguhnya dalam dirinya mengalir darah Jawa; Ia pun mendadak menjadi orang Batak saat ditugaskan di Sumatera Utara sejak 20 Januari 2023.

“Saya ini marga Nasution,” kata Zulkarnain sambil tertawa. “Dengan begitu saya bisa diterima oleh kawan-kawan di BBPJN Sumatera Utara termasuk masyarakat ketika saya turun ke lapangan,” ujar Zulkarnain yang sudah bekerja di PUPR sejak tahun 1992.

Zul, demikian ia biasa disapa, mengaku “mengharuskan” dirinya untuk melebur dengan orang-orang yang baru di tempat kerjanya yang baru. Bagi ayah tiga anak ini pengalaman bekerja berpindah-pindah membentuk karakter dan cara pandang hidupnya hingga seperti sekarang ini.

Sebagai “orang baru” di BBPJN Sumut, Zul tidak menemui hambatan dan kesulitan dalam beradaptasi. “Pertama karena lingkungannya masih PUPR. Kedua, karena tadi, saya harus mengerti dan menghargai cara pandang teman-teman di tempat kerja baru,” kata Zul.

Bercerita soal lingkup kerja sebagai Kabid Preservasi, Zul yang lulusan S-1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya, menjelaskan, bahwa dirinya perlu berkoordinasi kepada satuan kerja (satker) yang dibawahinya. Kemudian ia juga melakukan pembinaan sehingga setiap pekerjaan dipastikan berjalan dengan tuntas.

“Saya punya prinsip ‘semua perlu kejelasan’. Kalau tidak jelas bagaimana bisa berjalan. Sebagai pimpinan, siapa pun, harus jelas, mau dibawa ke mana lembaga ini. Dengan demikian, bawahan bisa bekerja on the track karena semua sudah jelas,” kata anak pertama dari 5 bersaudara tersebut.

Semua Teknik Sipil

Kuliah di bidang Teknik Sipil bagi Zul adalah sebagai bentuk “pembalasan” atas kegagalan sang ibu meneyelesaikan kuliah di teknik sipil. Ibunya gagal menjadi insinyur, tetapi justru menjadi guru.

“Ceritanya, ibu pengin banget lulus jadi jurusan Teknik Sipil. Entah bagaimana, malah tidak kesampaian. Karena itu, ketika ia punya anak, ia berjanji, menyekolahkan semua anaknya agar semua menjadi insinyur,” kata Zulkarnain.

Jadilah keempat saudara Zul, termasuk dirinya, sekolah di Teknik Sipil dan menjadi insinyur. “Doa ibu terkabul. Anak-anaknya menjadi insinyur semua,” kata anak keempat dari lima bersaudara itu.

Ayah Zulkarnain adalah seorang kontraktor. Awalnya, Zul bercita-cita ingin jadi kontraktor. Namun, sang ayah tidak membolehkan. Akhirnya, Zul mencoba melamar di tiga instansi, Pertamina, Telkom, dan PUPR. “Karena saya dinyatakan lebih dulu diterima di PUPR, akhirnya saya masuk PUPR,” katanya.

Zul bercerita, awal kariernya dimulai saat bekerja di Pemkot Palembang pada 1992 hingga 2008. Waktu itu ia menjadi Kepala Bidang Binar Marga.

 “Saya juga sempat menjadi stafnya staf ahli pada 2013,” kata Zul.

Baru masuk pada kementerian pada 2017 ditugaskan di BPJN Metro Sumatera Selatan. Pada 2018 kemudian ditugaskan di BPJN Jambi sebagai Kepala Seksi Preservasi. Lalu pada 2019-2021 menjadi Satker di PJN2 Jambi yang menangani ruas Kerinci-Bungo ke arah Sumatera Barat.

Pada 2022 dipindahkan ke Kepulauan Riau menjadi Satker PJN 1. “Akhirnya, pada 20 Januari 2023, saya menerima tugas baru menjadi Kepala Bidang Preservasi di BBPJN Sumut,” ujarnya.

Untuk berbagi waktu dengan keluarga, Zulkarnain mengaku setiap saat berkomunikasi dengan istri dan anak-anak melalui ponsel. Saya tinggal di Medan, keluarga tinggal di Palembang. “Istri saya yang datang ke Medan. Anak-anak tinggal di Palembang,” kata Zul.

Foto bersama dengan istri dan ketiga anak. | Dokumen Pribadi

Tantangan

Zulkarnain mengaku, di Sumatera Utara memang memiliki tantangan tersendiri. Di bidang preservasi, Zul melihat perlu harus turun ke bawah. “Harus sering-sering melihat langsung kondisi lapangan. Dengan demikian, permasalahan yang ada bisa dicarikan solusi,” ujarnya.

Menurut Zul, potensi gagal kontrak proyek-proyek selalu ada. Diperlukan penanganan khusus dan kalau perlu mesti ada intevensi agar proyek tidak gagal.

“Saya pernah punya pengalaman. Ketika itu ada teman kontraktor punya masalah. Sebagai satker saya pernah harus menjadi anggunan di bank agar pembiayaan proyek tersebut bisa jalan,” ujar Zul.

Untuk menghadapi tantangan, Zul mengaku, dirinya harus turun ke bawah dan mengadakan pendekatan. “Komunikasi harus dijaga tetap baik sehingga jadilah barang itu… ha-ha. Selamat bertugas dan sukses terus Pak Zul “Nasution”. (HRZ)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.

Copyright © 2025, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.