Kerusakan yang tersebar di jalan utama kawasan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah merenggut hingga 100 korban jiwa per tahun. Banyaknya spot kerusakan jalan disebabkan oleh lalu lintas truk tambang galian C yang mencapai 1.600 rit per hari dengan tonase hingga 40 ton.
Peraturan bupati yang membatasi aktivitas truk tambang hanya boleh melintas di jalan umum pada pukul 22.00 hingga 05.00, tidak mampu meredam kerusakan jalan beton di ruas Parung Panjang.
Dikutip dari harian Kompas, Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman mengatakan, dari sekitar 28 km ruas jalan Parung Panjang, terdapat sekitar 14 km jalan yang rusak (13/2/2025). Pemerintah Provinsi Jabar telah melakukan upaya perbaikan pada 2024, tetapi hanya tertangani 1,1 km.
Kerusakan jalan juga berdampak bagi kesehatan warga sekitar karena hamburan debu yang mencemari udara dan ceceran material dari truk. Selain itu, permasalahan jalan di ruas ini, juga mengakibatkan permasalahan sosial berupa pemblokiran jalan.
Sejumlah sopir truk tambang sempat memblokir jalan Parung Panjang pada Maret 2024, dalam aksi memprotes penghentian uji coba peraturan yang memperbolehkan truk kosong melintas pukul 13.00-16.00.
Periode uji coba berlangsung 1 Desember 2023 hingga 13 Maret 2024. Setelah itu, truk tonase besar kembali hanya boleh beroperasi mulai pukul 22.00.
Koordinasi antara pemerintah daerah bersama pengusaha tambang dan penyedia angkutan pernah dilakukan dengan salah satu solusinya adalah pembuatan jalur khusus angkutan tambang. Namun, upaya ini masih terkendala pembebasan lahan dan pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
Saat ini, pengguna jalan masih harus ekstra hati-hati saat melintasi ruas Parung Panjang agar terhindar dari kecelakaan akibat kerusakan jalan. Kewaspadaan dalam berkendara harus makin ditingkatkan pada malam hari, dengan masifnya keberadaan truk tambang yang berseliweran. (VAN)
