JAKARTA, LINTAS – Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Ki Darmaningtyas menyatakan penolakan tegas terhadap rencana penghapusan layanan Transjakarta (TJ) Koridor 1, yang menghubungkan Blok M dengan Kota, setelah operasional MRT Fase 2 yang dijadwalkan pada 2027.
Pernyataan ini muncul setelah Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Lupito, mengungkapkan bahwa layanan TJ Koridor 1 akan dihentikan begitu MRT Fase 2 beroperasi.
Menurut Ki Darmaningtyas, rencana tersebut tidak hanya keliru, tetapi juga berpotensi menyebabkan permasalahan baru bagi warga Jakarta, terutama bagi mereka yang terbiasa menggunakan layanan Transjakarta.
Darmaningtyas mengkritik keras pandangan yang menganggap MRT dapat menggantikan layanan Transjakarta Koridor 1, dengan menekankan perbedaan signifikan dalam karakteristik pengguna kedua moda transportasi tersebut.
Darmaningtyas menilai bahwa karakteristik pelanggan MRT dan Transjakarta sangat berbeda. Dari segi sosial ekonomi, pelanggan MRT cenderung berasal dari kalangan menengah atas yang mampu membayar tarif yang lebih mahal.
Sementara itu, pengguna Transjakarta, yang mayoritas berasal dari kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, lebih memilih layanan dengan tarif yang lebih terjangkau.
Saat ini, tarif MRT jauh lebih mahal, dengan perjalanan dari Lebak Bulus ke Bunderan HI mencapai Rp 14.000, sementara tarif Transjakarta hanya Rp 3.500.
“Jika pengguna Transjakarta dipaksa beralih ke MRT yang tarifnya jauh lebih mahal, mereka kemungkinan besar akan memilih menggunakan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, yang justru akan memperburuk kemacetan di Jakarta,” tegas Darmaningtyas.
Pola Perjalanan yang Berbeda
Darmaningtyas juga menyoroti perbedaan pola perjalanan antara pengguna Transjakarta dan MRT. Pengguna Transjakarta, terutama di Koridor 1, cenderung memiliki perjalanan yang lebih pendek dengan titik naik dan turun yang bervariasi, seperti di Halte CSW, Bunderan Senayan, dan Dukuh Atas.
Hal ini sangat berbeda dengan pola perjalanan pengguna MRT, yang biasanya menggunakan layanan tersebut untuk perjalanan jarak jauh.
Dengan adanya integrasi antar koridor Transjakarta dan jaringan transportasi lainnya, seperti KCI dan LRT, Darmaningtyas berpendapat bahwa penghapusan Koridor 1 justru akan mengurangi fleksibilitas dan kenyamanan bagi pengguna angkutan umum.
Ki Darmaningtyas menegaskan bahwa alih-alih menghapus layanan Koridor 1, kebijakan yang seharusnya diterapkan adalah memperkuat integrasi antara layanan MRT dan Transjakarta.
Dia mengungkapkan bahwa keberhasilan LRT Jabodebek yang justru meningkatkan jumlah penumpang di halte-halte Transjakarta yang terintegrasi dengan LRT, menunjukkan pentingnya konektivitas antar moda transportasi.
“Jika Dinas Perhubungan DKI Jakarta ingin mengoptimalkan potensi MRT Fase 2, mereka harus fokus pada bagaimana mengintegrasikan stasiun MRT dengan layanan transportasi umum lainnya, termasuk Transjakarta. Menghapus Koridor 1 justru akan membuat Jakarta semakin padat dengan kendaraan pribadi,” tambah Darmaningtyas.
Menolak Penghapusan Koridor 1
Sebagai seseorang yang telah lama terlibat dalam proses perencanaan dan pengembangan Transjakarta, Darmaningtyas menyatakan penolakan keras terhadap keputusan yang berpotensi merugikan jutaan pengguna Transjakarta.
Darmaningtyas juga menilai bahwa penghapusan layanan Koridor 1 akan merugikan sejarah panjang pengembangan transportasi massal di Jakarta, yang telah dirintis sejak 2004.
“Saya menolak keras rencana penghapusan Koridor 1 dan koridor lainnya setelah MRT Fase 2 beroperasi. Sebagai salah satu saksi dan pelaku sejarah pembangunan Transjakarta, saya sangat mendukung pengintegrasian kedua layanan ini, bukan menghapus salah satunya,” ujar Darmaningtyas.
Darmaningtyas juga mengingatkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk memikirkan kebijakan yang dapat mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan kebijakan seperti tarif parkir mahal di pusat kota, pembatasan parkir di badan jalan, dan harga bahan bakar yang lebih tinggi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. (GIT)
Baca Juga: Transjakarta Tambah Armada dan Perpanjang Layanan Saat Malam Tahun Baru 2025