Tulisan ini merupakan bagian 2 tentang 13 Sungai yang harus ditangani untuk mengatasi banjir di Jakarta.
Salah satu tantangan terbesar normalisasi sungai di Jakarta yakni pembebasan lahan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS).
Masyarakat sudah puluhan tahun bermukim dan mendirikan rumah permanen di bantaran sungai. Tidak jarang mereka mengambil alih sebagian badan sungai. Akibatnya, penampang sungai pun menyempit.
Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono menyebut ada 95 bidang lahan lagi yang harus dibereskan pada 2023 untuk melakukan normalisasi di Kali Ciliwung.
Majalahlintas.com mengumpulkan data sungai yang mengalir di Jakarta dan harus terus dinormalisasi.
Kali Baru Timur
Kali Baru Timur adalah sungai di wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Kali ini digali pada abad ke-18 untuk angkut hasil panen dari Bogor ke Jakarta atas perintah Gubernur Jenderal VOC.
Setelah digunakan sebagai jalur perdagangan selama dua abad, pada 1960-an sungai ini menyebabkan banjir di Jakarta Timur. Pada 1970-an, airnya kembali jernih, tetapi sejak 1975 berubah menjadi kotor akibat limbah pabrik dan perubahan lahan menjadi permukiman. Sekarang, Kali Baru Timur menjadi sumber banjir dan pemerintah berfokus pada normalisasi untuk mengatasi kerusakannya.
Kali Baru Barat
Kali Baru Barat adalah sungai buatan dari masa penjajahan Belanda untuk mendapatkan suplai air tambahan. Dibuat 1776, menghubungkan Kali Cisadane dan Sungai Ciliwung di Bogor. Namun, alirannya sudah terputus dengan Kali Ciliwung.
Sungai ini menyebabkan banjir karena sampah. Pemerintah DKI Jakarta membersihkannya sejak 2015, membuat airnya semakin jernih dan bisa dimanfaatkan kembali.
Kali Krukut
Kali Krukut awalnya bersih dan menjadi tujuan wisatawan di Jakarta Barat. Namun, padatnya permukiman dan kurangnya pengelolaan menyebabkan sungai berubah menjadi kotor dengan tumpukan sampah dan menyebabkan banjir. Sehingga Kali Krukut salah satu kali yang harus segera dinormalisasi.
Kali Grogol
Kali Grogol adalah sungai di bagian barat Provinsi Jakarta, berhulu di Kabupaten Bogor, mengalir ke utara melalui Kali Krukut. Panjangnya 23,45 km, melewati Desa Sukadamai dan Desa Kencana.
Meskipun telah mendapatkan perhatian pemerintah sejak 2014 dengan normalisasi, Kali Grogol dulu menjadi penyebab banjir di Jakarta. Normalisasi berhasil selesai pada 2019, menyebabkan sungai yang dulunya kotor dan kumuh menjadi bersih dan tertata rapi.
Kali Pesanggrahan
Kali Pesanggrahan berhulu di Bogor, melintasi Depok dan Jakarta Selatan, dengan hilir di Tangerang. Pada masa VOC, digunakan untuk angkut gula, namun terbengkalai dan tidak dikelola.
Pada 1980-an, kali ini menjadi penyebab banjir di Tanah Kusir. Pada 2012, dianggap penyumbang utama banjir di Jakarta dan Tangerang. Airnya juga tercemar parah oleh limbah logam berbahaya.
Normalisasi dilakukan sejak 2013, termasuk membangun waduk di Jakarta Selatan. Namun, proyek ini menghadapi kontroversi karena ganti rugi warga, dan pada 2017 banjir masih terjadi di Pondok Pinang.
Kali Angke
Kali Angke adalah sungai di Jakarta, panjang 91,25 km, berhulu di Bogor, bermuara di Cengkareng Drain. Kadang disebut sungai Cikeumeuh.
Nama “Angke” berasal dari bahasa Tiongkok, artinya Kali Merah, mengacu pada pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC di Batavia pada 1740 yang membuat sungai merah oleh darah.
Sungai Angke tidak pernah kering karena hulunya berada di wilayah dengan banyak curah hujan di Bogor. Saat musim hujan, sungai meluap dan menyebabkan banjir di Jakarta, terutama di beberapa kawasan.
Kali Mookervart
Sungai ini memiliki panjang 13 km dan luas daerah pengaliran sungai (DPS) seluas 67 km persegi. Terhubung dengan Kali Angke dan Sungai Cisadane di Tangerang.
Meskipun sungai ini memiliki peran penting dalam mengendalikan banjir di Jakarta, tetapi kegagalan dalam pembangunan menyebabkan banjir yang sering terjadi di Jalan Daan Mogot di wilayah Jakarta Barat. (MDF)
Baca Juga: Ini 13 Sungai yang Harus Ditangani untuk Mengatasi Banjir di Jakarta (Bagian 1)