Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
13 December 2024
Home Fitur Ini 13 Sungai yang Harus Ditangani untuk Mengatasi Banjir di Jakarta (Bagian 1)

Ini 13 Sungai yang Harus Ditangani untuk Mengatasi Banjir di Jakarta (Bagian 1)

Share

Terdapat 13 sungai yang harus ditangani bersama-sama agar bisa mengatasi banjir di Jakarta.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Sodetan Ciliwung, Senin (31/7/2023), menyinggung bahwa penanganan Sungai Ciliwung serta pengoperasian Waduk Ciawi dan Sukamahi, belum cukup untuk menyelesaikan banjir di Jakarta.

Terdapat 12 sungai lainnya yang alirannya melalui kota Jakarta perlu terus ditangani. “Penanganannya harus bersama-sama. Pemerintah DKI dan Kementerian PUPR,” kata Presiden Jokowi.

Seperti diketahui, peristiwa banjir di Jakarta setiap musim hujan tiba akibat meluapnya ke-13 sungai tersebut.

Normalisasi sungai terus dilakukan meskipun sempat terhenti selama lebih kurang lima tahun sejak tahun 2017.

Ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI, Jokowi telah mencanangkan berbagai program untuk penanganan banjir.

Namun, setelah terpilih menjadi Presiden, rezim pemerintah DKI berganti, dan tidak sepenuhnya melanjutkan peta jalan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sehingga, akhirnya penanganan banjir mandek.

Baru setelah DKI dipimpin Penjabat Gubernur Heru Budi Hartono, Pemerintah Pusat (baca: Presiden Jokowi) baru memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Pemprov DKI untuk segera melanjutkan normalisasi di seluruh sungai di Jakarta secara bersama-sama.

Bagi Jokowi, penanganan banjir di DKI Jakarta harus dilakukan dari hulu sampai hilir.

Normalisasi dilakukan dengan pengerukan sungai, memperlebar sungai, pemasangan batu kali, pembangunan sodetan, hingga pembangunan tanggul.

Berikut ke-13 sungai yang juga harus ditangani secara baik dalam mengatasi banjir di wilayah DKI Jakarta.

Kali Ciliwung. | Dok. KemenPUPR
Kali Ciliwung. | Dok. KemenPUPR

Kali Ciliwung
Sungai Ciliwung memiliki panjang 120 km dengan luas Daerah Aliran Sungai mencapai 387 km persegi. Sungai ini bersejarah karena sudah ada dan dikelola Belanda sejak berkuasa di Jawa. Sungai Ciliwung juga pernah menjadi benteng alam dari kerajaan Padjadjaran tahun 1482 sampai 1567.
Salah satu upaya pemerintah mengurangi banjir di Kali Ciliwung dengan pembangunan sodetan. Pada Senin 31 Juli 2023, sodetan Ciliwung rampung dan diresmikan Presiden Joko Widodo setelah terbengkalai selama enam tahun.

Kali Cakung. | Dok. KemenPUPR
Kali Cakung. | Dok. KemenPUPR

Kali Cakung
Sungai ini berhubungan dengan Kali Jati Kramat dan Kali Buaran, berkelok-kelok dari Bekasi hingga ke Teluk Jakarta. Sejak 1990, area persawahan di sekitarnya berubah menjadi permukiman, menghilangkan daerah resapan air.
Hal ini menyebabkan Kali Cakung sering meluap dan berkontribusi pada banjir di Jakarta. Pada 2010, pemerintah membangun Banjir Kanal Timur untuk menampung air dari Kali Cakung dan sungai lainnya, dan berhasil menyelamatkan banyak permukiman dari banjir.
Meskipun demikian, Kali Cakung masih menyebabkan banjir karena alurnya yang menyempit. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk melebarkan dimensi Kali Cakung dan menertibkan bangunan yang menghalangi alirannya.

Kali Jati Kramat. | Dok. KemenPUPR
Kali Jati Kramat. | Dok. KemenPUPR

Kali Jati Kramat
Kali ini panjangnya 14,5 km dengan daerah pengaliran 16,50 km persegi. Berawal dari Bekasi, mengalir ke timur Jakarta, dan muaranya di Marunda, Jakarta Utara.
Dilakukan normalisasi dan penguatan tebing sejak 2000 untuk mengurangi dampak banjir. Terhubung dengan Kali Cakung dan Kali Buaran, sehingga normalisasi ketiganya dilakukan bersamaan.
Setelah pembangunan Banjir Kanal Timur, aliran Kali Jati Kramat dimanfaatkan kembali. Pemprov DKI memulai normalisasi pada Oktober 2022, termasuk pengerukan, pemasangan sheet pile, dan pembangunan 30 sumur resapan. Beberapa jembatan yang menghambat aliran air juga diperbaiki.

Kali Buaran. | Dok. Pemprov DKI
Kali Buaran. | Dok. Pemprov DKI

Kali Buaran
Kali ini erat berelasi dengan Kali Cakung dan Kali Jati Kramat, berpangkal di Bekasi dan bermuara di Marunda. Sejak 1993, lahan persawahan berubah menjadi permukiman dan jalan layang, menyebabkan sungai kotor dan banjir.
Pada 2007, banjir mengancam stasiun Buaran yang berada 5 meter di atas permukaan sungai. Pada Desember 2008, 871 rumah semipermanen di bantaran Kali Buaran, Jakarta Timur, digusur untuk normalisasi dan mengatasi pendangkalan. Normalisasi kembali dilakukan pada 2016 dengan menggusur bangunan liar di sepanjang alirannya.

Kali Sunter. | Dok. KemenPUPR
Kali Sunter. | Dok. KemenPUPR

Kali Sunter
Kali ini mengalir di bagian timur Jakarta sejauh 37 km dan sering mengalami banjir karena padatnya penduduk. Namun, kondisi sungai mulai membaik berkat normalisasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 2020.
Pengerukan di tanggul dekat sungai telah dilakukan dan pembebasan lahan sedang berlangsung melalui kerja sama dengan Kementerian PUPR. Beberapa warga telah menerima ganti rugi sejak tahun lalu. Pada banjir terakhir di awal 2021, Kali Sunter tidak berdampak pada kawasan Cipinang Melayu, tetapi proses normalisasi terus berlanjut untuk mengantisipasi banjir di masa depan.

Kali Cipinang. | Dok. KemenPUPR
Kali Cipinang. | Dok. KemenPUPR

Kali Cipinang
Kali di Jakarta Timur ini dulunya kaya akan ikan dan airnya bersih, digunakan untuk mandi. Namun, dalam 10 tahun terakhir, pemukiman padat dan limbah perusahaan menyebabkan pencemaran dan banjir hingga 1,5 meter. Normalisasi sedang berlangsung untuk melebarkan dan menggali kembali sungai ini serta mengangkut sampah.
Proses normalisasi masih berlanjut, termasuk pembuatan waduk. Penting untuk melakukan instalasi pengelolaan air limbah di sepanjang sungai di Jakarta agar airnya menjadi lebih jernih dan ekosistem air menjadi lebih sehat. (MDF)

(Baca Selanjutnya: Ini 13 Sungai yang Harus Ditangani dalam Mengatasi Banjir Di Jakarta (Bagian 2))

Oleh:

Share

Leave a Comment

Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.