Home Lintasiana Etika Penceramah dalam Menghargai Semua Profesi

Etika Penceramah dalam Menghargai Semua Profesi

Share

Oleh Judith Kenyatta Assaf

Beberapa waktu lalu ceramah Gus Miftah menjadi sorotan publik setelah dirinya mengungkapkan pernyataan yang mengolok-olok profesi pedagang atau penjual es teh, ia pun mengatakan penjual es teh tersebut menawarkan dagangan hingga mengganggu konsentrasi jemaah. Terlebih acara saat itu tengah diguyur hujan. Video ini menuai kontroversi di masyarakat, di mana banyak warganet yang mengecam aksi olok – olok tersebut.

Perlakuan Gus Miftah tersebut memicu beragam reaksi dari masyarakat, terutama dari kalangan pedagang yang merasa dihina dan direndahkan. Sebagai seorang penceramah yang memiliki pengaruh besar di Indonesia, tindakan seperti ini tentu sangat disayangkan. Sebagai tokoh agama yang dihormati, Gus Miftah seharusnya bisa lebih bijaksana dalam memilih kata-kata agar tidak menyinggung perasaan banyak orang dan sudah seharusnya tidak menjadikan hal itu untuk bahan bercanda atau tertawaan, terutama mereka yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka melalui profesi yang mereka jalani yaitu berdagang. Dalam hal ini, penting untuk kita pikirkan, seorang penceramah seharusnya lebih berhati-hati dalam berbicara, apalagi menyangkut profesi yang sangat penting dalam perekonomian seperti pedagang.

Usai videonya viral hingga mendapat respons negatif dari warganet, Gus Miftah yang merupakan Utusan Khusus Presiden ini akhirnya menemui langsung penjual es teh bernama Sunhaji tersebut. Gus Miftah datang untuk meminta maaf kepada pria berusia 38 tahun ini.

Atas kegaduhan ini, Miftah mengatakan, pernyataan itu hanya sebuah candaan yang dilontarkan kepada tukang es teh. Karenanya, ia meminta maaf atas pernyataannya yang menimbulkan kegaduhan. “Dengan kerendahan hati, saya meminta maaf atas kekhilafan saya, saya memang sering bercanda dengan siapa pun,” jelas dia dalam sebuah video klarifikasinya, Rabu (4/12/2024). Walaupun sudah adanya permintaan maaf secara langsung dari Gus Miftah kepada sang pedagang es teh tersebut, penting bagi kita untuk tetap menjadikan hal ini sebagai pembelajaran untuk kedepannya.

Sebagai seorang penceramah dan ulama, setiap kata yang diucapkan oleh Gus Miftah memiliki pengaruh besar terhadap pandangan masyarakat dan juga menjadi sorotan di kalangan netizen di era digital yang semakin bergerak pesat. Penceramah seperti Gus Miftah tidak hanya menjadi sumber ajaran agama, tetapi juga berperan dalam membentuk pola pikir masyarakat mengenai nilai-nilai kehidupan, termasuk dalam hal menghargai profesi.

Ucapan-ucapan yang mengolok-olok juga menjadikan hal tersebut bercandaan juga bahan tertawa didepan banyak nya orang ke profesi tertentu, seperti yang disampaikan Gus Miftah, bisa merusak semangat dan rasa hormat terhadap pekerjaan yang diambil oleh seseorang. Profesi pedagang, misalnya, memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian, baik itu pedagang besar maupun kecil. Mereka semua adalah orang-orang yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap harinya. Jika profesi ini dianggap remeh atau bahkan dihina, akan muncul rasa tidak dihargai yang dapat merusak hubungan antara masyarakat dan profesi tersebut.

Sebagai seorang tokoh agama, Gus Miftah memiliki kewajiban moral untuk menjadi teladan, tidak hanya dalam soal ajaran agama, tetapi juga dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Menghargai profesi orang lain adalah bagian dari sikap menghormati manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki peran masing-masing dalam masyarakat.

Setiap profesi, termasuk pedagang, memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi. Tanpa adanya pedagang, perekonomian akan terganggu karena mereka adalah pihak yang menghubungkan produsen dengan konsumen. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk lebih terbuka dan menghargai berbagai macam profesi, karena setiap pekerjaan memiliki nilai dan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan bersama.

Masyarakat juga perlu belajar untuk menghargai pekerjaan orang lain tanpa memandang status sosial atau latar belakang profesinya. Tindakan saling menghargai ini seharusnya dimulai dari tokoh-tokoh publik seperti Gus Miftah, yang menjadi panutan bagi banyak orang. Gus Miftah seharusnya bisa menjadi contoh dalam menunjukkan bagaimana kita seharusnya berbicara dan berperilaku dengan penuh rasa hormat terhadap orang lain, apapun profesinya. Dalam konteks ini, kejadian seperti yang baru-baru ini terjadi hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam mengungkapkan pendapat walaupun bermaksud bercanda, apalagi jika pendapat tersebut berpotensi menyakiti perasaan orang lain.

Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, kita perlu membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya sikap saling menghargai antar sesama. Pencarian keseimbangan dalam berbicara dan bertindak harus menjadi bagian dari pembelajaran kita sebagai masyarakat yang lebih baik. Sebagai seorang tokoh agama yang dihormati, Gus Miftah harus mengingat bahwa ucapan yang disampaikannya bisa mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap profesi dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, diharapkan bahwa setiap ceramah dan ajaran yang disampaikan dapat memberikan inspirasi dan kebaikan, bukannya menciptakan perpecahan dan ketegangan di antara masyarakat.

Lewat refleksi seperti ini, kita diingatkan untuk lebih menghargai setiap profesi yang ada di sekitar kita, baik itu profesi besar maupun kecil. Setiap profesi memiliki kontribusi terhadap kehidupan bersama dan pembangunan ekonomi yang saling mendukung. Jika kita ingin menciptakan masyarakat yang harmonis, penuh saling pengertian dan rasa hormat, maka kita harus mulai menghargai orang lain dan profesi mereka tanpa mengedepankan perbedaan.

Sebagai penutup, Gus Miftah yang dikenal dengan pandangan progresifnya seharusnya menyadari bahwa pengaruhnya sangat besar. Ucapan yang ia sampaikan tidak hanya berpotensi menyinggung perasaan, tetapi juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu profesi. Oleh karena itu, sebagai tokoh agama yang dihormati, Gus Miftah diharapkan dapat lebih bijak dalam berbicara dan lebih menghargai segala bentuk pekerjaan yang ada di masyarakat. Dengan demikian, kita semua bisa hidup dalam masyarakat yang lebih menghargai satu sama lain, tanpa memandang status sosial atau profesi.

Judith Kenyatta Assaf, Prodi, Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University

Referensi: https://www.kompas.com/tren/read/2024/12/04/091500965/tuai-kritik-usai- menghina-penjual-es-teh-miftah-maulana-habiburrahman-minta

https://www.detik.com/jatim/berita/d-7670042/kontroversi-gus-miftah-menghina-penjual-es- teh-berujung-minta-maaf

Share

Leave a Comment

ARTIKEL TERKAIT

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.