MEDAN, LINTAS – Pertengahan 2024, warga Dusun Tanjung Meriah, Desa Kaban Tengah, di Kecamatan Sitellu Tali Urang, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, akan melewati Jembatan Gantung Cubancer. Warga tidak lagi membawa hasil bumi mereka dengan “terbang” menggunakan lori dengan sling baja yang dikerek manual.
Demikian disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.8 Provinsi Sumatera Utara Saleh Syamsuri Harahap kepada Lintas pertengahan November lalu.
“Jembatan Cubancer kini sedang kami kerjakan bangunan bawahnya, berupa fondasi dengan anggaran Rp 4.800.372.247 dari APBN. Pekerjaan ini ditargetkan akan selesai pada Januari 2024,” kata Saleh.
Posisi paket ini berada tepat di ruas 058 Sidikalang-Batas Provinsi Aceh di Km 175+300.
Dikatakan Saleh, pekerjaan penyelesaian jembatan gantung ini dilakukan dua tahap atau program tahun jamak (multiyears program/MYP).
Khusus untuk tahun 2023 akan dikerjakan bagian bawah dari jembatan gantung berupa fondasi atau bangunan bawah jembatan gantung. Hingga akhir Oktober 2023, progres pembangunan bagian bawah Jembatan Gantung Cubancer mencapai 25 persen. Tahap kedua dimulai pada awal tahun 2024 berupa pembangunan konstruksi jembatan.
Sudah Ditunggu
Pembangunan Jembatan Gantung Cubancer sudah lama jadi impian warga. Pasalnya, saat ini untuk bisa menuju Dusun Tanjung Meriah dari jalan nasional warga harus menggunakan lori berupa kereta gantung manual yang ditarik menggunakan sling baja. Sling tersebut membentang di atas Sungai Lae Combi atau sering disebut Sungai Cubancer.
Kondisi ini sangat berisiko dan sangat tidak efektif dalam mobilisasi warga, baik yang datang dari Dusun Tanjung Meriah maupun sebaliknya yang merupakan sentra produksi pertanian tersebut.
Warga yang tinggal di Dusun Tanjung Meriah, sekitar 100 keluarga, umumnya memiliki hasil bumi durian dan padi. Kawasan ini juga ada perkebunan gambir yang merupakan komoditas ekspor. Menurut informasi dari warga setempat, tanaman gambir—yang diambil daunnya—diekspor ke India.
Masyarakat yang mengangkut hasil bumi dengan memikulnya dan menyeberangkan dengan lori, yang kapasitasnya sangat terbatas, merasa sangat kesulitan. Selain risiko tinggi, juga biaya yang dibutuhkan untuk ongkos penyeberangan dengan lori cukup membebankan para petani.
Jika warga yang mengangkut hasil bumi mereka tanpa menggunakan lori harus memutar dan jaraknya sangat jauh. Hal ini bagi petani tidak efektif dan sangat memberatkan.
Merespons usul dari pemda setempat, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Utara menyetujui pembangunan Jembatan Gantung Cubancer. Biaya pembangunannya diambil dari APBN 2023. Dengan penyedia jasa PT Ikalin Maxindo Quarta.
Sejauh ini, beberapa kendala cuaca yang dihadapi dalam menyelesaikan pekerjaan ini, yakni curah hujan tinggi. Ini cukup mengganggu saat melakukan pengecoran beton fondasi bangunan bawah. Kendala paling krusial adalah sulitnya akses ke seberang akibat jalan yang belum bisa padat karna diguyur hujan hampir setiap hari.
“Bila tidak ada kendala hujan kembali, ditargetkan bisa diselesaikan pada Januari 2024 dan kami berusaha semaksimal mungkin menyiasati pekerjaan di lapangan seperti dengan kerja lembur dan penambahan alat,” kata Saleh.
Jembatan Gantung Cubancer nantinya memiliki panjang 120 meter. Kedua sisi akan ada menara (pylon) dengan tinggi 15,7 meter.
Selain itu, perlu diberitahukan bahwa paket ini juga sudah termasuk pembangunan akses sepanjang 970 meter dari jembatan menuju sentra perkebunan di Dusun Tanjung Meriah. Pembangunan akses ini penting sekali karena jalan yang ada sekarang (eksisting) masih berupa jalan tanah.
Diharapkan, pembangunan konstruksi jembatan gantung sudah dimulai awal tahun 2024 dan pada pertengahan tahun 2024 sudah bisa diselesaikan.
Dengan selesainya Jembatan Gantung Cubancer ini, warga setempat kelak tidak lagi memanggul hasil bumi mereka dan akan terhindar dari risiko kecelakaan jatuh ke jurang. Lewat jembatan gantung, masyarakat bisa mengangkut hasil bumi berupa padi, durian, dan daun gambir menggunakan sepeda motor. (HRZ/PAH)
Baca Juga: Jembatan Gantung Selesai, Warga “Happy”