JAKARTA, LINTAS – Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur menjadi salah satu topik yang menarik perhatian publik. Dalam pandangan beberapa ahli, IKN bukanlah sekadar pembangunan kota fisik.
Buku “IKN Bukan Kota Fisik” yang diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur penerbit Majalah Lintas menyoroti lebih dalam mengenai gagasan besar di balik pembangunan IKN.
Buku ini berfokus pada visi ideologis bangsa Indonesia dan bukan hanya tentang relokasi gedung pemerintahan.
Direktur PT Lintas Media Infrastruktur (LMI), Paul Ames Halomoan, menyebutkan bahwa pemindahan IKN bukan hanya tentang menciptakan sebuah kota fisik, tetapi lebih kepada visi besar yang mengarah pada tujuan ideologis bangsa.
“IKN bukan sekadar kota fisik, tetapi merupakan harapan besar bangsa Indonesia untuk masa depan,” ungkap Paul.
Buku IKN Bukan Kota Fisik berusaha menegaskan bahwa pembangunan IKN memiliki tujuan yang lebih dari sekadar pembangunan infrastruktur dan pemindahan pemerintahan.
IKN adalah langkah strategis dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang lebih besar, yang melibatkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Menurut Paul, gagasan pemindahan ibu kota sudah muncul sejak era pemerintahan Presiden Soekarno dan berlanjut hingga Presiden Joko Widodo.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan IKN merupakan bagian dari rencana panjang yang telah ada sejak lama.
Buku ini bertujuan untuk membuka wawasan masyarakat, mengajak pembaca untuk lebih memahami makna mendalam dari pembangunan IKN.

Tanggung Jawab Global
Sementara itu Myrna A. Safitri, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air Otorita IKN, menambahkan bahwa IKN bukan hanya perbincangan internal pemerintah Indonesia, tetapi juga merupakan topik yang mendapat perhatian global.
“IKN adalah agenda global yang penting. Ini bukan hanya tentang Indonesia, tetapi juga mengenai dunia,” ujar Myrna.
Dalam konteks ini, IKN merupakan simbol bagi masa depan Indonesia yang lebih maju dan berkelanjutan.
Salah satu fokus utama dalam pembangunan IKN adalah pengembalian kejayaan lingkungan Kalimantan, yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Myrna menjelaskan bahwa kawasan yang kini menjadi lokasi IKN adalah bagian dari ‘Heart of Borneo’, kawasan hutan tropis yang sangat penting bagi ekosistem dunia.
Pemerintah berencana untuk menjaga dan memulihkan ekosistem ini dengan menjadikan IKN sebagai kawasan yang ramah lingkungan, dengan 65 persen dari wilayahnya diubah menjadi hutan tropis.
Myrna juga mengungkapkan bahwa pembangunan IKN bertujuan untuk menciptakan kota yang ramah bagi semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas.
Salah satu aspek yang digagas dalam IKN adalah mobilitas aktif. Warga diharapkan dapat mengakses berbagai fasilitas dalam kota dengan berjalan kaki dalam waktu singkat, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Selain itu, IKN juga akan memperkenalkan konsep pangan sehat dan berkelanjutan. Dengan pendekatan pertanian organik dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana,
IKN akan menjadi model bagi kota-kota masa depan yang tidak hanya nyaman untuk dihuni tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan pangan.
Lebih dari Sekadar Kota Fisik
Myrna mengakhiri penjelasannya dengan menyatakan bahwa pembangunan IKN bukan hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga membangun ekosistem perkotaan yang holistik.
Ekosistem ini mencakup ekonomi, budaya, lingkungan, dan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warganya.
“IKN adalah upaya untuk mengembalikan kejayaan Indonesia, baik dari segi keberagaman maupun sumber daya alam yang kaya,” tambahnya. (GIT)
Baca Juga: Program 3 Juta Rumah Akan Dibantu Qatar, UEA, Turki, dan Singapura