Lintas – Apa bahan bakar pesawat terbang? Banyak orang yang mungkin langsung menyebut avtur. Memang, jawaban tersebut tak salah. Tapi, adakah bahan bakar pesawat selain avtur? Ada, misalnya sinar matahari dan udara. Benarkah? Iya, bahan bakar pesawat dari sinar matahari dan udara itu nyata.
Banyak negara di dunia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Sejumlah upaya pun telah dilakoni guna merealisasikan komitmen tersebut. Salah satunya dengan mengganti sumber energi fosil dengan terbarukan, seperti pada pesawat terbang.
Pabrik penghasil bahan bakar cair netral karbon
Melansir laman situs web https://nationalgeographic.grid.id, sejumlah ilmuwan di ETH Zurich, Swiss telah mengembangkan sebuah pabrik yang memungkinkan produksi bahan bakar pesawat dari sinar matahari dan udara. Tahapannya, pabrik tersebut menghasilkan bahan bakar cair netral karbon dari sinar matahari dan udara. Bahan bakar netral karbon sangat penting dalam penerbangan dan transportasi laut yang berkelanjutan.
Bahan bakar cair sintetis yang diproduksi oleh pabrik ini melepaskan karbon dioksida (CO2) selama pembakarannya. Proses tersebut akan menghasilkan syngas, campuran hidrogen dan karbon monoksida. Campuran itu kemudian diolah menjadi kerosin atau bahan bakar jet, methanol, dan hidrokarbon lainnya.
Para peneliti dari ETH Zurich dan University of Potsdam yang juga terlibat dalam studi tersebut menjelaskan proses mengubah matahari dan udara menjadi bahan bakar pesawat lebih rinci dalam sebuah makalah di jurnal Nature. Dalam makalah itu, para peneliti menjabarkan bagaimana reaktor surya baru dapat berfungsi untuk menghasilkan bahan bakar pesawat.
Kini, tim peneliti yang dipimpin oleh Aldo Stenfeld, Profesor Sumber Energi terbarukan di ETH Zurich, telah mengoperasikan kilang surya mini. Letaknya berada di atap gedung Laboratorium Mesin ETH Zurich selama dua tahun terakhir. Tahapan selanjutnya adalah membawa teknologi ini ke skala industri dan mencapai daya saing.
Biaya tinggi
Seperti pemanfaatan sumber energi lain pada transisi energi, produksi bahan bakar pesawat dari sinar matahari dan udara ini masih memakan biaya tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk seluruh prosesnya berkisar antara 1,20 hingga 2 Euro per liter atau Rp19 ribuan sampai Rp31 ribuan jika diproduksi dalam skala industri. Selain itu, hanya daerah gurun dengan sumber daya matahari tinggi yang sangat cocok sebagai lokasi produksi.
Upaya menekan emisi karbon dalam produksi bahan bakar pesawat dari sinar matahari dan udara akan makin optimal jika bahan yang digunakan untuk membangun fasilitas produksi, seperti kaca dan baja, menggunakan energi terbarukan dan metode netral karbon. Namun, sekali lagi, biaya investasi awalnya besar. Oleh sebab itu, produksi bahan bakar pesawat dari sinar matahari dan udara membutuhkan dukungan politik. (SA)
Baca juga:
Kenapa Mobil Listrik Nyaris Tak Bersuara?