Aspal plastik digunakan dalam beberapa proyek ramah lingkungan Kementerian PUPR untuk mendaur ulang limbah plastik di darat dan laut.
Penggunaan aspal plastik dalam beberapa proyek pengaspalan jalan jadi salah satu upaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengurangi limbah plastik.
Hal ini sebagai bentuk upaya penanggulangan sampah plastik yang ada di darat maupun laut.
Plastik memang bisa menjadi salah satu material perusak laut dan kehidupan di dalamnya.

Dari data Indonesia.go.id, diperkirakan 60-90 persen limbah di laut berupa sampah plastik.
Sejalan dengan Hari Kelautan Nasional yang diperingati tiap 2 Juli, Kementerian PUPR mengungkap inovasi teknologi aspal plastik yang salah satunya dibuat dari limbah di laut ini.
Proses Pembuatan
Sampah plastik dibersihkan dari kotoran dan minyak dengan cara dicuci lalu dikeringkan.
Setelahnya, sampah-sampah tersebut dihancurkan dengan mesin pencacah hingga menjadi bubur plastik.
Lalu, bubur plastik ini dibawa ke unit produksi campuran beraspal untuk diolah menjadi aspal.

Menurut Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan dalam situsnya, teknologi aspal plastik mampu menghasilkan campuran aspal berkualitas bagus.
Karena aspal dari campuran cacahan kantong plastik (LDPE) ini bisa lebih awet.
Aspal plastik memiliki sifat tahan terhadap deformasi dan lebih baik dalam ketahanan lelah (fatique) atau menghambat keretakan.
Jalan Pakai Aspal Plastik
Campuran aspal menggunakan limbah plastik ini sudah diterapkan sejak tahun 2018.
Jalan yang menggunakan aspal sampah plastik itu di antaranya yakni:
Jalan Sipinsur-Bakara (Sumatera Utara),
Pelebaran jalan Lawean-Sukapura (Jawa Timur),
Jalan akses Bandara Pongtiku-Toraja (Sulawesi Selatan),
Rekonstruksi Janeponto-Bantaeng-Bulukumba-Bira dan Bulukumba-Sinjai (Sulawesi Selatan),
Jalan akses Labuan Bajo sekitar bandara (Nusa Tenggara Timur/NTT). (EDW)