Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
9 December 2024
Home Fitur Taman Ya’ahowu, dari Bekas Urukan Jadi Tempat Wisata

Taman Ya’ahowu, dari Bekas Urukan Jadi Tempat Wisata

Share

­Dulu tak lebih dari tempat sampah. Kumuh. Kotor. Berantakan. Kini, sebaliknya. Rapi. Bersih. Bahkan, lokasi yang dulu sempat menjadi lokasi remang-remang itu, saat ini malah jadi tempat paling ramai dikunjungi. Namanya, Taman Ya’ahowu, salah satu tempat favorit di Pulau Nias, tepatnya di Kota Gunungsitoli.

Taman yang terletak di Jalan Sirao, Kota Gunungsitoli, ini berada persis di tepi pantai. Tak mengherankan taman ini menjadi primadona karena strategis sebagai tempat wisata.

Ketika berkunjung ke Taman Ya’ahowu, pengunjung dimanjakan dengan ruang terbuka yang sejuk dan ramah. Sejumlah wahana permainan anak-anak disediakan.

Selain itu, gerai UMKM yang menjual berbagai camilan khas Kota Gunungsitoli juga sudah tersedia di sana.

Bahkan, tidak jauh dari taman tersebut berdiri kafe bermerek. Kafe Janji Jiwa, misalnya. Dari lantai dua kafe ini, hamparan laut dan pemandangan keindahan Taman Ya’ahowu menjadi view paling wenak.

Pemerintah Kota Gunungsitoli telah melengkapi fasilitas taman ini mulai dari lampu jalan, kursi-kursi yang berada di sekitar taman, dan sebuah panggung besar dengan desain rumah adat Nias yang modern yang sering digunakan dalam berbagai acara. 

Tidak hanya itu, kamera pemantau (CCTV) juga sudah dipasang. Semua aktivitas yang berlangsung di Taman Ya’ahowu bisa dipantau dari kantor Wali Kota Gunungsitoli selama 24 jam.

Manfaat bagi Masyarakat

Wakil Wali Kota Gunungsitoli Sowa’a Laoli mengatakan, Taman Ya’ahowu, yang saat ini sudah dipergunakan oleh masyarakat mempunyai dampak yang positif dan bisa dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan. Hal ini ia sampaikan saat wawancara dengan Majalah Lintas, Rabu (26/7/2023) via panggilan Whatsaap.

Salah satu pojok Taman Ya’ahowu. | Dok. Eddy Zega

“Tempat ini sekarang sudah bisa dipakai untuk  jalan pagi, wisata untuk menghibur atau healing, pentas seni, dan acara-acara penting lainnya di Kota Gunungsitoli. Karena itulah kami, Pemerintah Kota Gunungsitoli menata taman ini dengan baik,” ujar Sowa’a Laoli.

Ditambahkan Sowa’a, dahulu taman ini adalah laut yang kemudian dijadikan sebagai tempat reruntuhan pascagempa di Pulau Nias pada tahun 2005.

“Kalau kita melihat dulu, dulunya itu laut sebenarnya. Tetapi, pada saat gempa reruntuhan bangunan Kota Gunungsitoli dibawa ke sana lalu ditimbun. Jadilah semacam reklamasi. Setelah ditimbun itu hanya ditimbun biasa saja. Baru setelah kami menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Gunungsitoli, kami pelan-pelan mendesain tempat itu sehingga menjadi tempat yang nyaman, layak seperti sekarang,” kata Sowa’a.

Dijelaskan Sowa’a Laoli, Pemerintah Kota Gunungsitoli menjalin kerja sama dengan BUMN dalam hal membangun Taman Ya’ahowu tersebut.

“Kami meminta dukungan dengan BUMN dalam hal ini oleh BRI, dalam bentuk CSR untuk membantu Pemerintah Kota Gunungsitoli membangun Taman Ya’ahowu ini. Jadi, itulah sekarang taman yang menjadi kebanggaan kita di Kota Gunungsitoli sekarang ini,” ujarnya.

Untuk pengerjaan taman tersebut, kata Sowa’a, dilakukan selama 3 tahun dengan biaya Rp 5 miliar.

Sowa’a Laoli berharap agar taman ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Kota Gunungsitoli serta bisa dipergunakan dalam hal positif.

“Kami berharap bahwa masyarakat Kota Gunungsitoli yang berkunjung ke sana untuk bisa menjaga tempat ini. Karena tempat ini kebanggaan kita terutama dalam sisi kebersihan kita berharap bahwa pengunjung tidak membuang sampah sembarangan dan kita gunakan tempat ini dalam hal positif jangan sampai kita buat dalam hal-hal yang negatif,” kata Sowa’a.

Ia mengatakan, pada masa mendatang Taman Ya’ahowu bisa diperluas lagi. “Jadi, mudah-mudahan ke depan Taman Ya’ahowu ini kita tambah lagi luasnya untuk bisa diperluas dan juga menjadi sebuah ikon di kota Gunungsitoli,” ujarnya.

Sejarah Taman Ya’ahowu

Berlokasi tepat di pusat Kota Gunungsitoli, terletak di sepanjang jalan Lagundri memanjang di tepi pantai bekas pelabuhan lama yang dulunya urukan bangunan saat gempa melanda Kepulauan Nias pada tahun 2005.

Senada apa yang disampaikan Sowa’a Laoli, warga Kota Gunungsitoli, Adrianus Aroziduhu Gulö–biasa disapa AAG,  yang juga mantan Bupati Nias Barat, pernah menulis dalam sebuah artikel di bukunya tentang sejarah Taman Ya’ahowu. Kepada Majalah Lintas, Selasa (25/7/2023), AAG menjelaskan bahwa benar, lahan yang sekarang jadi Taman Yaahowu adalah urukan reruntuhan gempa.

“Pada tahun 2015, Pemerintah Kota Gunungsitoli memfungsikan tempat ini  sebagai tempat publik sekaligus digunakan pada acara memperingati 10 tahun gempa di Pulau Nias kala itu,” jelasnya.

“Kemudian, di era Wali Kota Gunungsitoli Lakhömizaro Zebua bersama dengan Wakil Wali Kota Gunungsitoli Sowa’a Laoli, pada Mei 2016, tempat yang dulu urukan tersebut memulai pembangunan dan ditata secara terencana, intensif sesuai dengan rencana induk (master plan) Kota Gunungsitoli sehingga menjadi seperti sekarang,” kata AAG.

Waktu itu, kata AAG, dirinya bertugas sebagai Balitbang Kabupaten Nias, lalu saat mendampingi Gubernur yang datang ke Nias setelah terjadi gempa 28 Maret 2005. Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi menanyainya tempat pembuangan reruntuhan rumah akibat gempa. “Saya asal saja menjawab, bagaimana kalau dibuang saja ke laut, hitung-hitung sebagai  reklamasi. Jadilah reruntuhan dibuang di pantai dekat Pelabuhan Lama itu,” kata AAG.

Baca Juga: Taman M. Saidi, dari Tanah Kosong Menjadi Ruang Terbuka Hijau yang Menawan

Jadi, Taman Ya’ahowu kini menjadi ikon Kota Gunungsitoli. Memiliki keistimewaan untuk menjadi ikon Kota Gunungsitoli tidak hanya karena ditata menjadi Taman Ya’ahowu, tetapi ternyata ada aspek historis, yang mana Taman Ya’ahowu adalah bekas tempat pembuangan reruntuhan bangunan pascagempa bumi pada tahun 2005 di Pulau Nias.

Arti Nama Taman Ya’ahowu

Guna memudahkan promosi, taman ini diberi nama Taman Ya’ahowu. ”Ya’ahowu” adalah sebuah kata yang sangat bernilai luhur bagi seluruh masyarakat di Kepulauan Nias. Sapaan ini wajib diucapkan saat bertemu atau berpisah dengan orang Nias. Kamus Li Niha-Indonesia karya Apolonius Lase (2020) memberi makna kata itu sebagai “semoga Anda diberkati Tuhan”.

Tidak mengherankan, kata ini memiliki arti penting bagi masyarakat di Kepulauan Nias. Selain sebagai jati diri bangsa Nias, juga sebagai penanda bahwa orang Nias bersahabat dengan siapa saja serta selalu mengucapkan berkat bagi siapa pun. Itulah tujuan taman ini diberi nama Taman Ya’ahowu  mudah diingat dan populer di kalangan masyarakat Nias. (MDF)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Foto Pilihan Lainnya

Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.