BEKASI, LINTAS – Indonesia tengah berhadapan dengan masalah lingkungan yang amat serius. Bayangkan, sejak tahun 2021 saja, timbunan sampah di Tanah Air sudah melampaui angka 68 juta ton per tahun! Angka ini tentu bukan sekadar statistik, melainkan alarm bahaya yang wajib kita tanggapi segera. Apalagi, metode pembuangan sampah lama seperti open dumping (ditumpuk terbuka) masih marak, padahal cara ini terbukti memicu emisi gas rumah kaca berbahaya, terutama gas metana.
Jika tidak ada intervensi besar, skenario terburuknya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan mengalami kelebihan kapasitas (over capacity) jauh sebelum waktunya. Proyeksi mencatat bahwa volume sampah RI pada tahun 2045 bisa mencapai angka fantastis: 82 juta ton per tahun.
Menyikapi tantangan masif ini, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dengan tegas mengambil sikap. Menteri PU, Dody Hanggodo, baru-baru ini menekankan bahwa kunci utama untuk menanggulangi krisis sampah ini bukan hanya pada proyek raksasa, melainkan juga solusi yang berfokus pada akar masalah di level komunitas.
Bukan Sekadar Alternatif, Tapi Kebutuhan Mendesak
Dalam acara puncak Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Bekasi, Jawa Barat, Menteri Dody Hanggodo menegaskan bahwa Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle atau yang disingkat TPS3R mutlak diperlukan.
“TPS3R yang dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya tetap masih diperlukan,” ujar Dody.
Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah menyadari bahwa pendekatan pengelolaan sampah harus dilakukan secara berlapis, mengingat kondisi setiap kota berbeda-beda.
Menteri Dody menjelaskan bahwa proyek pengolahan sampah berskala besar seperti Waste To Energy atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) memang tengah digencarkan. Proyek PSEL ini melibatkan badan usaha, sehingga membutuhkan jaminan pasokan sampah minimum harian agar secara komersial bisa menguntungkan. Angka minimum yang dibutuhkan adalah sekitar 1.000 ton sampah per hari.
Kota-kota metropolitan dengan populasi padat seperti kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Bali memang sanggup menghasilkan volume sampah setinggi itu. Jadi, untuk kota-kota raksasa tersebut, proyek PSEL menjadi solusi yang efektif dan sesuai skala masalah.
Tidak Semua Wilayah di Indonesia
Dody Hanggodo menjelaskan, tidak semua wilayah di Indonesia menghadapi timbunan sampah yang mencapai 1.000 ton per hari. Kota-kota yang sampahnya belum mencapai ambang batas ini tentu tidak bisa mengandalkan proyek PSEL semata.
“Sedangkan untuk kota-kota yang sampahnya belum mencapai 1.000 ton per hari tersebut, maka kita harus mengatasinya dengan menggunakan TPS3R,” tandasnya.
Ini menunjukkan bahwa TPS3R adalah solusi fleksibel, merata, dan sangat relevan untuk mayoritas wilayah di luar kota besar. Dengan fokus pada TPS3R, Kementerian PU memastikan bahwa tidak ada wilayah yang ditinggalkan dalam upaya penanganan masalah lingkungan ini.
Satu hal krusial yang ditekankan oleh Menteri Dody adalah pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Pemilahan ini menjadi kunci sukses, baik untuk operasional TPS3R maupun proyek PSEL.
Pemilahan yang baik akan memudahkan proses pengolahan, sehingga sampah bisa dikonversi menjadi berbagai produk bernilai, mulai dari bahan bakar alternatif, plastik daur ulang, atau produk komersial lainnya. Tanpa pemilahan, semua upaya pengolahan akan menjadi tidak efisien dan mahal.
Hentikan Open Dumping
Selain memajukan TPS3R, Dody Hanggodo juga memberikan peringatan keras terhadap praktik pembuangan sampah usang. Sesuai rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup, metode open dumping harus segera dihentikan.
Open dumping tidak hanya merusak estetika lingkungan, tetapi juga memiliki risiko tinggi mencemari tanah, air, dan udara, serta menyumbang signifikan terhadap pemanasan global melalui emisi metana.
Pemerintah sudah punya target jelas. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, Indonesia menargetkan pengolahan 38 persen dari total sampah secara efektif. (GIT)
Baca Juga: Barito Akan Disulap Jadi Taman Bendera Pusaka, Ikon Hijau Baru Jakarta Selatan





