JENEPONTO, LINTAS – Setelah masa uji coba pengaliran air pascarehabilitasi jaringan irigasi Kelara Karalloe di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, selesai, kebutuhan petani akan air pada musim tanam I, Oktober 2023-Maret 2024 akan tercukupi.
Hal itu disampaikan Direktur Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Ismail Widadi saat kunjungan lapangan persiapan layanan air irigasi untuk musim tanam I (Oktober-Maret) di DI Kelara Karalloe, Rabu (20/9/2023).
“Rehabilitasi saluran ini merupakan kelanjutan dari selesainya pembangunan Bendungan Karalloe pada 2021. Dengan selesainya rehabilitasi saluran irigasi ini, para petani akan mulai menikmati layanan air yang ditampung Bendungan Karalloe,” kata Ismail dikutip dari siaran pers yang diterima Majalahlintas.com, Kamis (21/9/2023).

Dijelaskan, jaringan irigasi yang dibangun melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang ini memiliki panjang 1.566 meter. Uji coba pengalirannya telah dilaksanakan pada 13 September 2023, lebih cepat dari yang ditargetkan, yaitu 30 September 2023.
Antisipasi Dampak Kekeringan
Ismail mengatakan, Kementerian PUPR telah menyelesaikan rehabilitasi jaringan irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Kelara Karalloe untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada lahan pertanian akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
“Air untuk irigasi akan dipasok dari Bendungan Karalloe yang tampungan airnya yang saat ini tersimpan sebanyak kurang lebih 11 juta meter kubik. Ini cukup untuk mengairi 7.000 hektar areal persawahan sampai datangnya musim hujan awal November ini,” kata Ismail.

Baca Juga: Inovasi Pembangunan Bendungan oleh BBWS Pompengan Jeneberang
Ismail Widadi juga mengajak para petani, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersyukur atas selesainya rehabilitasi jaringan irigasi ini, salah satunya dengan selalu aktif melakukan pemeliharaan.
“Ke depan, diharapkan masyarakat dan para petani tidak hanya menikmati air yang tersedia, tetapi juga turut merasa memiliki, yaitu dengan berpartisipasi dalam pemeliharaan saluran, bangunan, dan lingkungannya. Semua harus saling mengingatkan dan mencegah aktivitas yang berpotensi merusak saluran,” kata Ismail. (HRZ)
Baca Juga: Rehabilitasi Irigasi Salamdarma di Indramayu Gunakan Lebih dari 10.000 Produk Beton