Makassar, Lintas – Bendungan di Indonesia saat ini berjumlah 231 buah (Sumber: Program 61 Bendungan Tahun 2015-2025), tetapi bendungan tipe urugan batu membran beton (UBM) atau concrete-faced rockfill dam (CFRD) yang sudah dan dalam proses pembangunan baru ada tujuh atau hanya 3%. Tiga di antaranya ada di Sulawesi Selatan (Sulsel), yaitu Bendungan Karalloe yang telah selesai dibangun, serta Bendungan Pamakkulu di Kabupaten Takalar dan Bendungan Jenelatta di Kabupaten Gowa yang saat ini masih awal pembangunan.
Bendungan Karalloe telah selesai dibangun Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jenebarang Provinsi Sulawesi Selatan (BBWS Pompengan Jeneberang) dan Bendungan Pamakkulu masih tahap konstruksi menggunakan sejumlah tenaga ahli lokal yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa keunggulan bendungan tipe UBM adalah volume timbunan kecil, periode konstruksi lebih pendek, biaya konstruksi lebih murah, kestabilan bendungan lebih tinggi, mudah perbaikan, aman terhadap rembesan, dan risiko konstruksi rendah (Sumber: Bendungan Tipe UBM Sebagai Alternatif Teknologi dalam Tantangan Pembangunan Bendungan Besar di Indonesia, 2019).
Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Ir Djaya Sukarno, MEng, memaparkan, kepada Lintas, Selasa (12/7/2022), selain ketiga bendungan tersebut juga telah dibangun Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo.
Selanjutnya, Kepala SNVT Pembangungan Bendungan BBWS Pompengan Jeneberang Alexander Nandar, ST, MT, menambahkan, Bendungan Pamukkulu terletak di bagian hulu Sungai Pappa di Desa Kale Ko’Mara, Kecamatan Polong Bangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Sulsel, berjarak sekitar 50 km arah selatan Kota Makassar. Akses menuju bendungan melalui jalan poros Takalar- Jeneponto sejauh sekitar 12 km, jalur ini merupakan jalan kabupaten dengan lebar 8 meter. Pada Sta 0+00 (Km 8+00) ke lokasi bendungan telah dibangun konstruksi rigid pavement sepanjang 4 km.
Manfaat bendungan ini mencakup wilayah irigasi seluas 6.188 hektar yang bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman dari 183% menjadi 280% (padi dan palawija), serta sebagai penyediaan air baku Kabupaten Takalar sebesar 160 liter per detik. Selain itu, Bendungan Pamukkulu bermanfaat untuk pengendalian banjir, konservasi sumber daya air, pembangkit listrik 4,3 MW, dan pariwisata.
Tipe bendungan ini adalah CFRD dengan tampungan efektif 77,62 juta m³, luas genangannya 460 hektar, panjang bendungan utama 860 meter, debit banjir maksimal (QPMF) 1.597 m³/detik, debit banjir rencana (Q1000) 1.026 m³/detik, dan panjang terowongan pengelak 380 meter.
Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi pembangunan bendung, embung, dan bendungan didasarkan pada beberapa aspek di antaranya adalah aspek geoteknik yang berkaitan dengan stabilitas struktur, pondasi, dan potensi gangguan alam seperti zona patahan (sesar) dan gempa. Kemudian aspek topografi yang berkaitan dengan elevasi permukaan tanah agar dapat memaksimalkan potensi kinerja bangunan tersebut. Aspek hidrologi dan hidraulik yang berkaitan dengan potensi sumber daya air yang tersedia serta potensi pemanfaatan energi dari air tersebut.
Aspek lainnya adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang sumber daya air dengan memperhatikan kelestarian alam serta kemampuan ekonomi yang tersedia.
Berbagai aspek tersebut terangkum secara sistematis dalam metode survey, investigation, design, land acquisition, construction, operation and maintenance (SIDLACOM).
Selain membangun bendungan, BBWS Pompengan Jeneberang telah melakukan pembangunan jaringan irigasi, peningkatan jaringan tata air, rehabilitasi jaringan irigasi, serta rehabilitasi dan modernisasi jaringan irigasi.
BBWS Pompengan Jeneberang terus berusaha melaksanakan pembangunan dan pengembangan pada berbagai aspek kegiatan yang merata di Sulsel, di antaranya adalah kegiatan antisipasi banjir. Kegiatan antisipasi banjir yang telah dilakukan oleh BBWS Pompengan Jeneberang antara lain adalah pembangunan pengendali banjir di Sungai Walane-Cenranae Kabupaten Wajo (2022), Sungai Masamba dan Sungai Rongkong Kabupaten Luwu Utara (2022), dan Sungai Masamba Kabupaten Luwu Utara (2022).
Pada pembangunan pengaman pantai berupa, pengaman abrasi Pantai Kalumeme, Kabupaten Bulukumba (2022) dan pemecah ombak (breakwater) Kabupaten Selayar (2022). Pembangunan lainnya adalah sarana intake dan jaringan pipa transmisi air baku di Kabupaten Gowa, Kabupaten Bantaeng, dan Kabupaten Jeneponto (2022). Serta pembangunan embung serbaguna di Bonea Timur, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar dan Kabupaten Takalar (2022).
Sinergi antarlembaga
Sinergitas antarlembaga telah dilakukan BBWS Pompengan Jeneberang secara sistematis dan berkelanjutan, beberapa kegiatan sinergi yang telah dilakukan antara lain dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam pembangunan jaringan air baku dengan menyiapkan sarana prasarana intake ke reservoir.
Kemudian, dalam pembangunan, rehabilitasi, maupun peningkatan jaringan irigasi untuk meningkatkan intensitas pertanian, BBWS Pompengan Jeneberang juga bersinergi dengan dinas pertanian, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi.
Untuk pengendalian banjir, BBWS Pompengan Jeneberang melakukan koordinasi secara sistematis dan berkelanjutan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, TNI, dan Polri dalam berbagai tanggap darurat bencana banjir.
Seperti saat menangani banjir Sungai Masamba, pengendalian banjir Sungai Walanae-Cenranae di Kabupaten Wajo, pengaman abrasi Pantai Kalumeme di Kabupaten Bulukumba, dan pembangunan pemecah ombak di Kabupaten Kepulauan Selayar. (AN)
Baca juga:
Kereta Api Diharapkan Jadi Tulang Punggung Angkutan di Sulawesi Selatan
Jalur Kereta Api Maros-Barru Sulawesi Selatan Ditargetkan Selesai Oktober 2022