Home Berita Etika dalam Pembuatan Konten dan Tanggung Jawab Publik Figur

Etika dalam Pembuatan Konten dan Tanggung Jawab Publik Figur

Share

Oleh: Jihan Syalina Wardah

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi panggung bagi figur publik untuk berbagi kehidupan mereka, berinteraksi dengan penggemar, dan memproduksi konten yang menarik perhatian. Namun, di balik popularitas yang diperoleh, terdapat tanggung jawab sosial yang harus dipikul oleh setiap individu yang memiliki pengaruh besar. Kasus yang melibatkan selebritas Indonesia, Uya Kuya, menjadi sorotan ketika ia membuat konten di depan rumah korban kebakaran di Los Angeles.

Kejadian ini tidak hanya menyoroti kebijakan pembuatan konten yang tidak sensitif, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang etika dalam dunia maya. Ketika konten viral menjadi prioritas, apakah moral dan nilai sosial harus dikorbankan?

Uya Kuya, yang dikenal sebagai selebritas dan pembuat konten, mendekati rumah seorang korban kebakaran di Los Angeles untuk membuat video, yang akhirnya menimbulkan kemarahan warga setempat. Reaksi negatif ini mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan, terlebih bagi figur publik yang memiliki banyak pengikut.

Dilansir dari CNN Indonesia, salah satu warga mengungkapkan.  Mereka seperti tidak menghormati kehilangan kami sama sekali. Ini sangat menyedihkan. Sungguh menyedihkan orang-orang melakukan ini. Kejadian ini membuka diskusi tentang bagaimana kesadaran sosial dan etika dalam pembuatan konten perlu diperhatikan lebih seksama.

Figur publik, terutama mereka yang aktif di media sosial, harus menyadari bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan berpotensi memberi dampak luas. Uya Kuya, dengan jumlah pengikut yang besar, tentu memiliki pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, setiap konten yang diproduksi seharusnya tidak hanya mengutamakan popularitas semata, tetapi juga mempertimbangkan sisi kemanusiaan dan sosial. Saat membuat video di depan rumah korban kebakaran,

Uya Kuya tidak hanya melanggar norma kesopanan, tetapi juga menunjukkan kurangnya empati terhadap perasaan orang lain yang tengah berduka. Kejadian seperti ini menjadi bukti bahwa figur publik harus memahami betul bahwa dunia maya bukanlah ruang yang bebas tanpa batasan, tetapi harus ada rasa tanggung jawab terhadap masyarakat. 

Tindakan Uya Kuya tidak hanya mendapat kritikan dari masyarakat Indonesia, tetapi juga mendapat kecaman dari warga Los Angeles. Hal ini mengungkapkan betapa pentingnya memahami konteks sosial dan budaya ketika membuat konten di negara yang berbeda. Etika dalam pembuatan konten bisa sangat bervariasi tergantung pada norma yang berlaku di masingmasing negara.

Dalam budaya barat, khususnya di Amerika Serikat, terdapat kesadaran yang lebih besar akan privasi dan rasa empati. Mengambil gambar atau membuat video di depan rumah yang hancur akibat kebakaran jelas dianggap tidak pantas. “Ini properti saya, bisakah kalian menyingkir, maaf ini tidak masuk akal untuk kalian membuat konten,”  ujar seorang warga Los Angeles. Reaksi ini mengingatkan kita bahwa ketika figur publik membuat konten di luar negeri, mereka perlu lebih bijak dan sensitif terhadap nilai-nilai lokal yang berlaku.

Netizen memiliki peran yang sangat besar dalam dunia digital saat ini. Dengan akses mudah ke berbagai platform media sosial, mereka dapat dengan cepat mengawasi dan mengkritisi setiap tindakan yang dilakukan oleh figur publik. Dalam kasus ini, netizen Indonesia dan luar negeri berperan aktif dalam memberikan kritik terhadap perilaku Uya Kuya.

Media sosial menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka dan mengingatkan selebritas agar lebih berhati-hati dalam membuat konten. Kritik yang diberikan oleh netizen, meskipun tajam, seharusnya diterima sebagai masukan yang dapat memperbaiki perilaku publik figur dalam jangka panjang. Namun, penting untuk diingat bahwa kritik juga harus disampaikan dengan cara yang konstruktif, tanpa merendahkan atau menghina pihak lain.

Pembuat konten, baik itu selebritas maupun influencer, harus lebih berhati-hati dalam memilih isu-isu yang sensitif untuk dieksplorasi. Keinginan untuk membuat konten yang menarik dan viral tidak boleh mengabaikan nilai moral dan etika. Konten yang berpotensi menyinggung pihak lain, terutama dalam situasi yang penuh emosi seperti bencana, harus dihindari.

Dalam kasus Uya Kuya, meskipun tujuannya mungkin untuk berbagi momen menarik, kenyataannya hal tersebut justru memperburuk citra dirinya. Pengaruh dari konten yang tidak sensitif bisa jauh lebih besar daripada sekadar mencari sensasi sesaat. Ke depannya, empati dan tanggung jawab sosial harus menjadi prinsip utama dalam pembuatan konten digital.

Oleh karena itu, semakin penting bagi setiap individu, terutama figur publik, untuk mengedepankan nilai-nilai sosial dan etika dalam membuat konten. Kasus Uya Kuya memberikan pelajaran bahwa popularitas dan pencarian konten viral tidak boleh mengorbankan kemanusiaan.

Seorang figur publik seharusnya tidak hanya bertanggung jawab atas pencitraan pribadi mereka, tetapi juga terhadap dampak sosial dari tindakan mereka. Dalam dunia yang semakin terhubung, setiap langkah harus diambil dengan pertimbangan matang. Empati, kesadaran sosial, dan tanggung jawab harus menjadi dasar dalam setiap produksi konten, agar dunia digital dapat menjadi tempat yang lebih positif dan bermanfaat untuk semua pihak.

(Jihan Syalina Wardah, mahasiswa Prodi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University)

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.