JAKARTA, LINTAS – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) melalui Cabang Bakauheni membangun kolam retensi di area Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Proyek ini menjadi langkah strategis ASDP dalam mitigasi risiko banjir, terutama saat musim hujan dengan intensitas tinggi.
Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menjelaskan bahwa pembangunan kolam retensi merupakan bagian dari program peningkatan sistem drainase pelabuhan. Hal ini menyusul insiden genangan air setinggi 10 cm yang terjadi pada Mei lalu akibat curah hujan ekstrem.
“Hasil investigasi menunjukkan bahwa sistem drainase eksisting tidak mampu menampung lonjakan debit air hujan. Maka dari itu, kami membangun kolam retensi sebagai jalur pengendali air, agar tidak meluap ke area operasional pelabuhan,” ujar Shelvy dalam keterangannya, Kamis (19/6/2025).

Dorong Penyerapan Air dan Kelestarian Lingkungan
Shelvy menambahkan, kolam retensi ini dirancang tidak hanya untuk menampung limpasan air hujan, tetapi juga mempercepat proses infiltrasi air ke dalam tanah. Selain mengurangi risiko banjir, fasilitas ini sekaligus mendukung peningkatan cadangan air tanah dan menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan pelabuhan.
“Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan, ASDP juga akan memperlebar saluran air guna meningkatkan efisiensi distribusi aliran air di pelabuhan. Infrastruktur ini diharapkan dapat memperkuat sistem pengelolaan air secara menyeluruh di wilayah Pelabuhan,” ujarnya.
Baca Juga: SPAM Mamminasata Segera Beroperasi, Layani 400.000 Jiwa
Untuk memastikan solusi yang diterapkan bersifat jangka panjang dan berbasis data, ASDP turut bekerja sama dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera), khususnya Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan (FTIK) yang dipimpin oleh Arif Rohman.
Menurut Shelvy, Tim dari Itera akan melakukan kajian menyeluruh berbasis data spasial dan hidrologi, termasuk pengumpulan informasi melalui citra udara, analisis kontur lahan, jalur air, dan pola pergerakan air di area pelabuhan. Riset ini juga melibatkan grup riset Research in Flood untuk memberikan gambaran risiko banjir secara holistik dan multidisipliner.
“Kami menyambut baik kolaborasi ini sebagai integrasi ilmu pengetahuan dengan praktik di lapangan. Harapannya, riset dari Itera dapat menghasilkan solusi konkret untuk mencegah banjir dan memastikan kelancaran layanan penyeberangan ke depan,” tutur Shelvy. (CHI)





