Oleh Roy Afriansyah
Rabu, 22 Februari 2023. Kami bertolak dari Hotel Royal Tarakan pukul 08.00. Kami hendak menuju Malinau, Kalimantan Utara. Saat itu, selain melakukan peliputan jurnalistik, kami juga hendak menghadiri acara pernikahan salah seorang kru Lintas, yaitu Catur Surodewo. Dewo melepas masa lajangnya dengan mempersunting Mardiance Novita di Malinau, Kalimantan Utara, Kamis (23/2/2023).
Sejak dini hari hujan sudah membasahi bumi Tarakan. Saat menuju Dermarga Sungai Sesayap pun, hujan masih turun. Kurang dari 15 menit, kami tiba di dermaga.
Kami langsung dipersilakan naik ke kapal sedang sandar. KM Malinau Express. Permukaan sungai yang luas terlihat sedang tinggi dan keruh. Sejumlah penumpang terlihat sudah tak sabar lagi untuk menunggu waktu kapal berlayar.
Setelah menunggu, lebih kurang 30 menit, kapal kami berangkat. Melawan arus. Kami mendapat tempat duduk persis di samping kapten kapal.
Transportasi sungai menjadi hal yang penting di Pulau Kalimantan. Banyak desa atau wilayah yang hanya bisa dicapai dengan menggunakan kapal atau perahu.
Sungai Sesayap menjadi salah satu sungai penting di Kalimantan Utara. Sungai ini menjadi jalur transportasi sungai yang menghubungkan Kota Tarakan dengan berbagai kota dan kabupaten lainnya di Kalimantan Utara. Seperti Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
Ada pemandangan yang menarik. Seorang ABK berdiri di haluan kapal. Di tengah hujan, ia terus menggerakkan tangannya ke arah kapten kapal. Setiap kali ada benda besar yang menyembul, dia memberi tahu kapten agar mengarahkan kapal menghindar dari kayu hanyut.
Saat melewati limbah kayu, sesekali nakhoda kapal menetralkan gasnya agar kayu tidak menempel di baling-baling mesin dan belok kanan kiri
Limbah kayu banyak mengapung di badan sungai seusai diguyur hujan deras yang ikut terbawa arus, Sungai Sesayap ini Daerah Aliran Sungai (DAS) dari muara sungai sampai di Sungai Mentarang.
Banyaknya limbah kayu mengganggu kelancaran pelayaran selain memberikan dampak kecelakaan waktu tempuh pelayaran juga semakin panjang, misal perjalanan yang biasa Tarakan ke Malinau hanya 3 jam bisa menjadi 3,5 jam.
Kecelakaan Maut
Menurut cerita nakhoda, ABK yang berdiri di haluan kapal itu sangat penting. Ada banyak kayu besar yang terhanyut dan sangat berbahaya jika bertabrakan dengan kapal. “Sudah banyak kejadian, kapal rusak hingga pernah terbalik gara-gara menabrak batang kayu hanyut di sungai.” ujar nakhoda sambil menggerakkan wiper pembersih kaca kapal secara manual.
Mendengar cerita nakhoda tersebut, Lintas pun langsung kepikiran yang enggak-enggak. Rasa hormat dan respek kepada ABK yang rela hujan-hujanan pun bertambah. Aksinya berdiri di haluan kapal sangat bermanfaat bagi keselamatan semua penumpang dan awak kapal.
Dikutip dari Tribunnews, sebuah perahu cepat (speedboat), Anugrah Express, terbalik setelah menabrak batang kayu hanyut, Senin (1/1/2018), Dari 43 penumpang perahu cepat tersebut diketahui 12 orang selamat.
“Torpedo” batang kayu sewaktu-waktu bisa membawa petaka. ABK dan kapten pun perlu waspada demi keselamatan para penumpang.
Sebagai informasi, KM Malinau Express yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan 46-48 knot per jam. Saat itu, kapal dengan tarif tiket Rp 310.000 per penumpang mengangkut 24 orang. Kesan pertama, kapal terasa sumpek. Namun, karena moda inilah satu-satunya yang bisa mengantar kami ke Malinau, kami pun menikmatinya. Kami berangkat pukul 08.43 Wita dan tiba pada pukul 11.40. Nyaris kami menyusuri Sungai Sesayap selama tiga jam. (ROY)