TANGERANG, LINTAS – Pengembangan situ menjadi destinasi wisata merupakan salah satu solusi untuk menjaga kelestarian dan ekosistem lingkungan. Akan tetapi, perlu ada penataan juga peningkatan kualitas layanan dan fasilitas serta keterlibatan aktif masyarakat untuk meningkatkan ekonomi lokal.
Menurut Ketua Ikatan Pensiunan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (IPPU) Tangerang Raya Ir Nicodemus Daud, Msi, pemanfaat situ sejalan dengan keinginan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
“Aset-aset tidur contohnya Situ Parigi dan Situ Cihuni sangat potensial untuk disulap menjadi lokasi destinasi wisata, yakni dengan cara meningkatkan pembangunan infrastrukturnya, seperti fasilitas jogging track dan fasilitas pendukung lainnya,” kata Nicodemus, Rabu (29/10/2025).
Bapak Abo, mewakili masyarakat setempat mengungkapkan, setelah beberapa kali dilakukan normalisasi, revitalisasi, dan optimalisasi sejak 2020, antusiasme warga cukup tinggi terutama di akhir pekan. Namun, mereka berharap ada pengembangan di lokasi situ, seperti wisata air, fasilitas playground.


Ia menambahkan, bahwa di Situ Parigi untuk pengelolaan kebersihan lingkungan masih belum memadai. Apalagi ketika intensitas hujan tinggi kubikasi sendimentasi sampah juga menjadi tinggi. Saat ini, tenaga kebersihan hanya lima orang, yaitu tiga dari pemerintah kota, satu dari pusat, dan satu dari provinsi, tetapi untuk keamanan dibantu relawan dari warga lokal, terutama pada malam hari.
Pengerukan di Situ Parigi
Suparno, selaku Direksi Pekerjaan Revitalisasi Situ Cihuni, menjelaskan, pengerukan sedimentasi di Situ Parigi dilakukan setiap tahun karena sampah di situ sangat tinggi terutama memasuki musim hujan.
“Di sini kantong-kantong sampah belum memadai karena ini penting supaya kebersihan di sekitar situ tetap nyaman. Selama ini masih dibantu dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat,” ujar Suparno.
Perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Unit Situ, Embung, dan Danau, Tri menambahkan, bahwa tolok ukur situ utamanya adalah menjaga kelangsungan air dan ekosistem lingkungan sekitar. Menurut dia, yang paling berat dari sisi pemeliharaannya, seperti yang terjadi di Situ Parigi.
“Sampah di Situ Parigi sangat tinggi yang dibawa dari saluran hulunya, terutama yang ada di air sampai dengan tanggul. Apalagi anggaran untuk pengelolaan sampah masih minim,” kata Tri.
“Memang saat ini pengangkutan sampah sudah dibantu dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), hanya saja yang di air sampai dengan ke tanggul oleh kami,” lanjutnya.
Terkait pengembangan Situ Parigi menjadi destinasi wisata, Tri memandang hal tersebut sangat potensial, terutama setelah dua kali direvitalisasi pohon-pohon sudah tumbuh sehingga lokasi situ menjadi sejuk dan nyaman.
Situ Cihuni
Selain Situ Parigi terdapat juga situ lainnya yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi lokasi destinasi wisata air, yakni Situ Cihuni. Setelah melewati berbagai gugatan perdata atas sengketa lahan pada 2015 aset Situ Cihuni kembali menjadi aset negara dan ditetapkan sebagai kawasan lindung, berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1284 PK/Pdt/2022 tanggal 22 Desember 2022, Majelis Hakim telah mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali (PK) dari pemohon yakni Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Banten Nomor 60/PDT/2019/PT BTN tanggal 12 Juli 2019 yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 60/Pdt.G/2018/PN Tangerang tanggal 27 September 2018.

Situ yang berada kawasan perumahan Gading Serpong (Summarecon Serpong dan Paramount Serpong), Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Situ Cihuni telah ditetapkan sebagai aset negara yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya, baik itu sebagai salah satu sumber air yang memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki potensi pariwisata.
Suparno mengatakan, selain revitalisasi Situ Cihuni, juga untuk mengembalikan fungsi situ, kawasan konservasi, pengendali banjir, destinasi wisata, pembatasan, dan pencatatan aset Provinsi Banten.
“Kami dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mewakili Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) berharap dengan dilakukannya revitalisasi Situ Cihuni dapat menampung air untuk ketersediaan air di masa yang akan datang, khususnya anak cucu kita,” ujarnya.
Suparno menambahkan, seperti yang sudah tergambar dalam Peta Tangerang Tahun 1942 Situ Cihuni memiliki luasan sekitar 32,34 hektare yang merupakan salah satu aset daerah kawasan lindung sebagaimana yang tercatat dalam daftar inventarisasi Situ Cabang Dinas PU Pengairan.
“Saat ini, karena fungsi situ tidak lagi sebagai irigasi, maka kegiatan tahun 2025 diuatamakan pekerjaan pembangunan tanggul dan jogging track sepanjang 500 meter. Kami berharap, ke depan ada keberlanjutan, artinya tidak hanya pembangunan tanggul, tetapi juga perkerasan dengan paving block supaya tidak menjadi masalah dikemudian hari,” kata Suparno.


Kendala cuaca
Manajer Pelaksanaan PT Madya Perdana Prima Agus Simanjuntak, mengatakan, kendala cuaca dan material cukup mengganggu progres pembangunan.
Hal serupa diungkapkan oleh Konsultan Supervisi dari PT Mulya Sakti Wijaya, meskipun ada kendala cuaca, kami pastikan mutu pembangunan revitalisasi Situ Cihuni tetap dijaga, baik itu proses pengecoran, mutu beton, termasuk pemasangan box culvert.
“Bahkan, kami langsung datang dan berkoordinasi dengan pabrikasinya karena material tersebut berupa precast yang dibawa utuh ke lokasi situ,” ujarnya. (PAH/SAL)
Baca Juga: BWS Sumatera VI Optimalkan Irigasi untuk Dukung Ketahanan Pangan di Kerinci





