Home Berita Pilih Samarinda Tenggelam atau Selamatkan Danau Kaskade Mahakam?

Pilih Samarinda Tenggelam atau Selamatkan Danau Kaskade Mahakam?

Share

Masa depan Kota Samarinda dan Tenggarong kini berada di persimpangan. Dua pilihan terbentang: membiarkan keduanya perlahan tenggelam, atau bersama-sama menyelamatkan Danau Kaskade Mahakam (DKM) yang menjadi benteng terakhir dari bencana banjir besar di Kalimantan Timur.

DKM adalah sistem danau alami yang terdiri dari 20 danau, termasuk tiga yang terbesar: Danau Jempang (15.000 hektare), Danau Melintang (13.000 hektare), dan Danau Semayang (11.000 hektare). Gugusan danau ini terletak di tengah-tengah aliran Sungai Mahakam dan memainkan peran penting sebagai kawasan retensi air saat debit sungai meningkat.

Ketika hujan deras mengguyur kawasan hulu dan sungai meluap, air mengisi seluruh cekungan DKM dan menyatu menjadi lautan luas dengan ombak yang kadang menggulung seperti di laut.

Tanpa DKM, air dalam jumlah miliaran meter kubik itu akan langsung mengalir ke hilir, membanjiri Kota Samarinda, Tenggarong, dan pemukiman di sepanjang Sungai Mahakam.

“Kalau kedalaman rata-rata DKM tiga meter saja, volumenya bisa mencapai 2,4 miliar meter kubik. Bayangkan kalau danau-danau itu tidak ada. Banjirnya akan menghancurkan Samarinda dan Tenggarong,” kata Dr. Drs. Mislan, M.Si, Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam-Berau sekaligus Ketua Lembaga Mitra Lingkungan Kalimantan (LMLK).

Tak hanya ancaman dari hulu, Kota Samarinda juga rawan banjir akibat meluapnya Sungai Karangmumus—anak sungai Mahakam yang membelah kota.

Dalam banyak kasus, banjir dari Karangmumus saja sudah cukup untuk melumpuhkan aktivitas warga. Bila ditambah dengan luapan dari Sungai Mahakam, dampaknya bisa jauh lebih parah. Namun selama ini, DKM mampu menahan luapan air tersebut.

Ketika Samarinda Hampir Tenggelam

Puncak banjir tertinggi yang pernah tercatat terjadi pada 2007. Saat itu, elevasi muka air Sungai Mahakam di kawasan DKM, yang dipantau dari Pos Duga Air Kotabangun, mencapai 14,40 meter. Padahal, tinggi konstruksi turap beton pelindung tebing sungai hanya 12 meter. Artinya, air meluap 2,4 meter di atas pelindung. Seluruh rumah penduduk dan fasilitas umum tergenang.

“Warga di tiga desa di tengah kawasan DKM—Melintang, Semayang, dan Muara Enggelam—sudah terbiasa hidup berdampingan dengan banjir. Umumnya rumah mereka bertingkat agar bisa bertahan saat banjir datang,” ujar Mislan, yang juga dosen Fakultas MIPA Universitas Mulawarman (UNMUL).

Ketika tim Lintas mengikuti survei lapangan bersama LMLK pada 2–4 Mei 2025 lalu, muka air Sungai Mahakam di kawasan DKM tengah berada dalam kondisi siaga banjir. Air hanya berjarak sekitar 50 sentimeter dari puncak turap. Bahkan jembatan kayu ulin yang menjadi jalur penghubung antar rumah warga sudah tenggelam 30 sentimeter.

Namun, DKM kini berada dalam ancaman. Tak hanya sebagai tempat tampungan luapan Sungai Mahakam, DKM juga menjadi muara dari banyak anak sungai seperti Sungai Kahala, Blimbingan, Pela, Jantur, dan Bongan. Aktivitas di daerah tangkapan air yang tidak terkendali menyebabkan sedimentasi dan erosi, yang membuat danau-danau ini semakin dangkal.

Semakin dangkalnya dasar DKM akan menurunkan kapasitas tampung airnya. Ini berarti saat sungai meluap, air akan langsung mengalir ke hilir tanpa tertahan, memperbesar risiko banjir di kota-kota besar di Kalimantan Timur.

“Tanpa upaya konservasi yang nyata untuk melindungi DKM dari pendangkalan, bukan mustahil Samarinda dan Tenggarong akan tenggelam,” tegas Mislan.

Kini, pilihan ada di tangan semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri. Apakah kita akan terus membiarkan DKM rusak hingga tak mampu lagi melindungi kita? Atau, mulai hari ini, kita bergerak bersama menyelamatkannya? (MAL)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.

Copyright © 2025, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.