Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
18 February 2025
Home Berita Pemanfaatan Limbah Tailing Sebagai Material Campuran Beraspal untuk Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)

Pemanfaatan Limbah Tailing Sebagai Material Campuran Beraspal untuk Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)

Share

Oleh: Franky Edwin P. Lapian

Jabatan Fungsional Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda

Kepala Satuan Kerja Wilayah III BPJN Merauke

Email: lapianedwin@gmail.com

 

Abstrak

Saat ini, konstruksi perkerasan jalan di Indonesia, memanfaatkan material-material standar yang berasal dari material alam seperti batu (agregat kasar) dan pasir (agregat halus). Penggunaan material-material tersebut, terutama pasir yang digunakan sebagai agregat halus, akan mengganggu kelestarian lingkungan. Selain itu, di beberapa lokasi di Indonesia, material-material seperti ini sangat sulit didapat atau kualitasnya tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bina Marga.

Di beberapa lokasi seperti di Timika (Papua) terdapat material yang memiliki ukuran seperti pasir yang termasuk limbah dari P.T Freeport sebagai material hasil buangan dari proses penambangan bijih emas dan tembaga. Material tersebut biasa disebut dengan tailing.

Saat ini, limbah tailing sudah mencapai 223.100 ton per hari. Kondisi tersebut tentunya sangat mengganggu lingkungan dikarenakan depositnya yang begitu banyak dan sampai saat ini belum secara maksimal dimanfaatkan untuk konstruksi perkerasan jalan.

Dengan melakukan pengkajian terhadap sifat-sifat material ini, baik tailing sendiri maupun campuran aspal yang sudah menggunakan tailing sebagai bahan pembentuknya yang berfungsi sebagai lapis perkerasan jalan, akan memberikan jawaban terhadap manfaat tailing dalam konstruksi perkerasan jalan.

Pemanfaatan tailing sebagai salah satu material campuran beraspal juga dapat mendukung percepatan pembangunan yang berkelanjutan yang dilakukan oleh Indonesia untuk mendukung aksi global yang dilakukan berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) yang akan dicapai di tahun 2030

Pendahuluan

Saat ini, pemanfaatan material buangan/material limbah terus digalakkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Pemanfaatan material limbah juga tertuang dalam salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu energi bersih dan terjangkau (memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkualitas dan modern bagi semua) dan infrastruktur, industri dan inovasi (membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung indsutralisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi).

Limbah tailing merupakan salah satu limbah buangan yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya Papua (PT. Freeport Indonesia) yang tidak dimanfaatkan dengan baik.

Tailing adalah bahan hasil buangan dari proses penambangan bijih emas dan tembaga berukuran seperti pasir.

Berdasarkan data yang tersedia pada Kementerian ESDM bahwa, PT Freeport Indonesia melakukan penambangan, sampai saat ini jutaan ton tailing hasil pengolahaan telah dibuang, dari 7.275 ton/hari di tahun 1973, meningkat menjadi 31.040 ton/hari di tahun 1988 dan saat ini menjadi 223.100 ton/hari.

Pada kesempatan yang lain, Menteri PUPR, M. Basuki Hadimuljono mengatakan, selain memanfaatkan plastik dan Asbuton, Kementerian PUPR akan menggunakan tailing atau pasir sisa tambang Freeport untuk dimanfaatkan dalam pembangunan infrastruktur wilayah, khususnya dalam pembangunan jalan Trans Papua.

Pemanfaatan Tailing Untuk Jalan

Melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Merauke telah memanfaatkan limbah tailing pada campuran beraspal.

Lokasi penggunaan material tailing diperlihatkan pada Gambar Hasil analisis kimia dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS) menunjukkan adanya kadar unsur Cu, Au, Ag dan lainnya yang berpotensi untuk dimanfaatkan kembali. Kandungan mineral-mineral berat di dalam tailing tersebut perlu diperhatikan pemanfaatannya karena besarnya cadangan bijih PT. Freeport.

Saat ini produksi penambangan dilakukan pada tambang terbuka Grasberg dan tambang dalam Deep Ore Zone. Bijih Grasberg yang merupakan tipe Porfiri Cu–Au memiliki cadangan sebesar 1.109 juta ton dengan kadar Cu 1,02%, Au 1,19 g/t, Ag 3 g/t dan bijih Deep Ore Zone tipe Skarn Cu–Au memiliki cadangan sebesar 181 juta ton dengan kadar Cu 1,15 %, Au 0,87 g/t dan Ag 5,2 g/t, tingkat perolehan pengolahannya sebesar 80 – 85 % sehingga kemungkinan mineral-mineral berat di dalam tailing seperti magnetit, ilmenit dan emas relatif cukup ekonomis untuk dimanfaatkan dalam sekala kecil sampai menengah.

Hasil analisis kandungan kimia yang dimiliki oleh limbah tailing menunjukkan bahwa limbah tailing berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai material campuran beraspal.

Material SiO2 memiliki nilai 64%, yang mana material ini dapat mengikat dan menyatu dengan aspal membentuk ikatan yang kuat sehingga karakteristik mekanik yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran beraspal panas.

Berdasarkan hasil pengujian karakteristik Marshall terlihat bahwa campuran beraspal dengan menggunakan limbah tailing dapat dimanfaatkan sebagai material campuran beraspal pada jenis campuran LPPA.

Namun perlu diperhatikan bahwa, gradasi campuran beraspal harus betul-betul diperhatikan karena material Tailing yang didatangkan terdapat batu-batu besar sehingga material menjadi oversized.

Pemanfaatan Lain Limbah Tailing

Selain limbah tailing dapat dimanfaatkan sebagai material campuran beraspal, juga pada perusahaan-perusahaan di dunia telah memanfaatkan limbah tailing pada beberapa pembuatan material yaitu:

  1. Bahan Pembuatan Semen

Perusahaan tambang di Amerika telah memanfaatkan tailing sebagai bahan material konstruksi kelas ringan, yang dikenal saat ini sebagai autoclaved aerated cement (AAC) dengan bahan baku utama silika (SiO2).

Material bangunan ringan AAC dengan bahan baku pasir silika dari tailing hasil penambangan bijih porfiri. Kelebihannya yaitu mempunyai sifat sebagai isolator panas yang sangat baik, bahan kedap suara dan memiliki kualitas yang sebanding dengan material bahan bangunan umumya.

  1. Bahan Pembuatan Paving Block dan Batako

Material limbah padat hasil pengolahan bijih emas cara amalgamasi berupa tailing dapat digunakan sebagai bahan tambah (admixture) pembuatan paving block.

Ketersediaan tailing ini didapat dari darah penambangan di daerah Sukabumi, Jawa Barat.

Tailing hasil pencucian bauksit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan paving block. Salah satunya telah dimanfaatkan di area pertambangan PT Antam di Pulau Bintan.

Material tersebut telah digunakan untuk pembatas jalan, dan tembok pagar masjid yang terletak di komplek perkantoran PT Aneka Tambang.

  1. Bahan campuran beton polimer

Salah satu perusahaan tambang tembaga dan emas di Papua, PT Freeport Indonesia memanfaatkan tailing sebagai bahan campuran pembuatan beton.

Penggunaan tailing sebagai bahan dasar pembuatan beton telah dilakukan pada tahun 2001 untuk pembangunan jalan menuju tambang Gresberg.

Beton ini disebut dengan istilah Beton Polimer dengan komposisi semen portland 29,4%, polimer 0,6 %, dan tailing 70%. Selain itu, campuran beton ini telah digunakan untuk bahan bangunan untuk pembangunan perumahan karyawan.

  1. Bahan Pembuatan Batu Bata dan Keramik

Di beberapa negara seperti China dan Amerika, tailing hasil penambangan alumunium telah dimanfaatkan sebagai batu bata dan keramik.

Di Indonesia sendiri, potensi lain pengolahan bahan mineral alam adalah sebagai bahan baku dalam pengembangan industri, terutama zeokeramik (keramik).

Potensi bahan mineral itu ditemukan di wilayah PLTU Suralaya dan Majalaya Sukabumi Jawa Barat. Sebagai contohnya adalah limbah hasil penambangan zeolit.

PENUTUP

Dari beberapa manfaat tersebut kita sudah mengetahui bagaimana pemanfaatan tailing untuk konstruksi. Tailing yang awalnya hanya sebagai bahan buangan, kini dapat menjadi suatu bahan berdaya guna.

Upaya ini pun dilakukan perusahaan pertambangan untuk meminimalkan potensi kerusakan lingkungan akibat tailing, sekaligus optimasi pemanfaatan bahan sisa yang menguntungkan.

Oleh karena itu, pemanfaatan limbah tailing dapat digunakan bukan hanya sebagai material campuran beraspal, namun dapat juga dimanfaatkan pada konstruksi-konstruksi yang lainnya.

Pemanfaatan ini tentunya merupakan aksi global yang dapat menjadikan Indonesia dapat berkontrubisi positif dalam “mengubah dunia kita” dalam mewujudkan SDGs di tahun 2030 berdasarkan kesepakatan Negara-negara di dunia guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs.

Daftar Pustaka
  1. SNI-03-6388-2000 Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Atas. dan Lapis Permukaan.
  2. Suraatmadja D, Munaf DR, Lationo B, 1998. Copper Tailing Sebagai Bahan Substitusi Parsial Semen Untuk Material Beton.
  3. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Spesifikasi Umum Pembangunan Jalan dan Jembatan, Buku 3. SNI 06-2489-1991, (1991),
  4. Metode Pengujian Campuran Aspal dengan A/at Marshall, SNI, Departemen Umum, Indonesia. SNI 03-1968-1990, (1990),
  5. Metode Pengujian Ana/isis Saringan Agraget Halus dan Kasar, SNI, Departemen Umum. SNI 03-1969-1990, (1990),
  6. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar, SNI, Departemen Umum. SNI 03-1970-1990, (1990),
  7. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Ha/us. SNI, Departemen Umum. SNI 03-2417-1991, (1990),
  8. Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles, SNI, Departemen Umum. SNI 03-4426-1997, (1997),
  9. Metode Pengujian Ketahanan Agregat Dengan A/at Tumbuk, SNI, Departemen Umum, Indonesia. SNI 06-2432-1991, (1991),
  10. Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal, SNI, Departemen Pekerjaan Umum. SNI 06-2434-1991, (1991),
  11. Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter, SNI, Departemen Pekerjaan Umum. SNI 06-2440-1991, (1991),
  12. Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal Dengan Cara A, SNI, Departemen Umum. SNI 06-2441-1991, (1991),
  13. Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat, SNI, Departemen Pekerjaan Umum. SNI 06-2456-1991, (1991),
  14. Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen, SNI, Departemen Umum. ASTM D 4791 – 95, Standard test method for flat particles, elongated particles, or flat and elongated particles in coarse aggregate 39.
  15. Freeport Indonesia, 1997, Studi Analisis Dampak Lingkungan, Amdal Regional
  16. Departemen Pekerjaan Umum, 1995/1996, Identifikasi Kerusakan Lingkungan Sumber Daya Air, Propinsi Papua
  17. George A. Mealey, Grasberg, Freeport –Mc Moran Copper & Gold

 

Oleh:

Share

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.