Deretan rumah adat beratap alang-alang, kubur batu, hingga kampung adat di Pulau Sumba dari timur hingga barat menjadi petualangan yang tak terlupakan buat kamu yang berwisata di Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (20/1/2024).
Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba terletak di Jalan Rumah Budaya Nomor 212, Kalembu Nga’banga Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Jarak tempuh ke museum mencapai 6,5 km melalui Bandar Udara Tambolaka dan mencapai 9 km melalui Pelabuhan Waikelo.

Ciri khas dari rumah adat Sumba adalah atap tinggi yang dinamakan menara dan ditopang oleh empat buah pilar di bawahnya. Di setiap pilar terdapat ukiran berupa lambang, sedangkan ketinggian atap melambangkan tingkat kekayaan pemilik rumah.

Rumah budaya berdiri di atas lahan seluas 3 hektar dengan dua bangunan utama kembar bercorak rumah adat Sumba. Bangunan pertama di sebelah kiri diperuntukkan sebagai kantor dan tempat tinggal.

Sedangkan di sebelah kanan sebagai tempat galeri dan toko cinderamata, yang di dalamnya terdapat beragam peninggalan tradisi Sumba, seperti totem, menhir, perhiasan, peralatan masak, dan juga foto-foto karya Peter Robert Ramone, seorang pastor dari Conggregatio Sanctisimi Redemptoris (CSsR) yang juga pendiri dan inisiator berdirinya Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba tahun 2010 dan diresmikan pada tanggal 22 Oktober 2011.

Di bagian tengah antara kedua bangunan utama terdapat lahan pelataran yang dijadikan panggung pementasan seni dan budaya. Rumah adat tersebut dibangun dari dana sumbangan berbagai pihak yang peduli pada kelestarian budaya Sumba.
Inisiatif Peter melestarikan budaya Sumba diapresiasi berbagai kalangan, mulai dari Akademikus Award NTT, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Persatuan Bisnis Indonesia. (PAH/SAL)
Baca Juga: Pantai Kelapa Lima, Primadona Remaja Kupang