Home Berita Giant Sea Wall: Proyek Rp1.300 Triliun untuk Selamatkan Pantura dari Rob

Giant Sea Wall: Proyek Rp1.300 Triliun untuk Selamatkan Pantura dari Rob

Share

JAKARTA, LINTAS – Pemerintah resmi menggarap proyek raksasa bernama Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa. Infrastruktur sepanjang 500 km ini dirancang membentang dari Banten hingga Jawa Timur dengan nilai investasi fantastis mencapai Rp1.300 triliun.

Megaproyek ini bukan sekadar tembok laut. Tujuan utamanya adalah melindungi pesisir utara Jawa dari ancaman serius penurunan tanah (land subsidence) dan kenaikan permukaan air laut yang memicu banjir rob setiap tahun.

Lebih dari 20 juta warga tinggal di sepanjang Pantura. Kawasan vital seperti Jakarta Utara dan Semarang menghadapi ancaman ganda: tanah turun 10–20 cm per tahun dan banjir rob makin sering melumpuhkan aktivitas. Tanpa intervensi besar, kerugian sosial-ekonomi bisa berubah menjadi bencana nasional.

Presiden Prabowo Subianto menegaskan proyek ini sebagai “investasi ketahanan iklim” sekaligus simbol strategi maritim Indonesia. Dalam pidatonya di Konferensi Internasional Infrastruktur 2025, ia menyebut Giant Sea Wall sebagai proyek vital yang harus segera diwujudkan.

Bagaimana Desain dan Tahapannya?

Proyek Giant Sea Wall akan dibangun dalam dua tahap besar:

  1. Outer Sea Wall: tanggul di lepas pantai membentuk laguna sebagai pertahanan utama dari gelombang laut.
  2. Inner Sea Wall: penguatan tanggul eksisting di garis pantai sebagai lapisan tambahan.

Selain tanggul, kawasan di belakangnya akan dilengkapi sistem polder berisi kanal, pompa, dan stasiun pengendali banjir. Pembangunan jalan tol, jalur kereta, kawasan industri, serta ruang terbuka hijau dan konservasi mangrove juga masuk dalam paket proyek.

Konsep futuristik ini tak hanya menahan air, tapi juga menciptakan pusat pertumbuhan baru di pesisir.

Siapa yang Mengelola?

Untuk memastikan proyek berjalan, Presiden Prabowo membentuk Badan Pengelola Tanggul Laut Pantura Jawa melalui Keppres Nomor 76/P Tahun 2025. Badan ini dipimpin Didit Herdiawan, dengan dua wakil Darwin Trisna Djajawinata dan Suhajar Diantoro. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditunjuk sebagai Dewan Pengarah.

Badan ini bertugas menyusun roadmap, mengelola investasi, serta mengoordinasikan kerja lintas kementerian, pemda, dan swasta.

Fokus di Jakarta dan Semarang

Pembangunan tidak dilakukan serentak. Fase awal difokuskan pada kawasan kritis:

  • Teluk Jakarta: jantung ekonomi nasional dengan pelabuhan dan bandara. Penurunan tanah di Jakarta Utara mencapai 20 cm per tahun.
  • Semarang: kota besar yang kerap dilanda rob parah di kawasan industri dan pemukiman.

Pemprov DKI Jakarta sendiri mendapat tugas tambahan membangun tanggul 19 km, naik dari target awal 12 km. Gubernur Pramono Anung menegaskan dukungan penuh, meski anggarannya mencapai Rp5 triliun per tahun dari APBD.

Jika terealisasi, manfaat Giant Sea Wall sangat luas:

  • Pencegahan bencana: ribuan rumah, sekolah, rumah sakit, dan pelabuhan terlindungi dari rob.
  • Ekonomi baru: lahir kawasan industri maritim, wisata bahari, hingga pusat perikanan terpadu.
  • Lingkungan lebih lestari: rehabilitasi mangrove dan terumbu buatan akan menambah stok ikan.
  • Dampak langsung bagi nelayan: tangkapan lebih mudah, biaya operasional lebih hemat.

Direktur KKP Muhammad Yusuf menyebut proyek ini sebagai “lompatan peradaban maritim Indonesia” dengan inspirasi dari Belanda yang sukses mengubah banjir jadi kekuatan ekonomi.

Apa Tantangannya?

Meski menjanjikan, proyek ini sarat tantangan. Isu lingkungan, dampak sosial terhadap nelayan tradisional, hingga pembiayaan triliunan rupiah jadi sorotan.

Ekonom CELIOS Nailul Huda mengingatkan perlunya kajian komprehensif agar beban APBN terkendali. Sementara pengamat publik Trubus Rahadiansyah menekankan pentingnya koordinasi lintas lembaga melalui Badan Otorita Pantura.

Pemerintah mengaku sudah mengadopsi pendekatan building with nature, yaitu menggabungkan beton dengan solusi berbasis alam seperti hutan mangrove.

Kapan Proyek Selesai?

Giant Sea Wall diproyeksikan rampung dalam 15–20 tahun. Sebagian sudah berjalan lewat proyek NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) di Jakarta sejak 2014.

Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan pembangunan terintegrasi dengan penyediaan air bersih, pengolahan limbah, serta pengendalian penggunaan air tanah untuk mencegah penurunan muka tanah.

Baca Juga: Pengprov Pergatsi Sumut Akan Gelar Musprov 2025

“Ini proyek jangka panjang. Simbol tekad bangsa agar Pantura selamat sekaligus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” kata Dody. (GIT)

Share