PALEMBANG, LINTAS – Masa depan infrastruktur Indonesia kian terkoneksi dengan teknologi digital. PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) kembali membuat gebrakan lewat pembangunan Jalan Tol Palembang–Betung Seksi 3 sepanjang 14 km yang menghubungkan Pangkalan Balai hingga Betung, Sumatra Selatan. Proyek ini bukan hanya soal membangun jalan, melainkan menghadirkan teknologi konstruksi paling mutakhir untuk memastikan kualitas dan kecepatan pembangunan.
Hingga akhir Juli 2025, progres fisik proyek tol yang masuk jaringan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ini sudah mencapai 21%. Meski masih di tahap awal, HKI menegaskan bahwa penggunaan Building Information Modelling (BIM) dan electricity density gauge (EDG) membuat setiap detail konstruksi bisa dipantau secara presisi.
Bangun Jalan Tol di Indonesia
Direktur Operasi III HKI, Aditya Novendra Jaya, menekankan bahwa pihaknya sengaja menerapkan teknologi digital untuk menghindari risiko keterlambatan maupun masalah teknis di lapangan.
“Kami mengaplikasikan teknologi konstruksi digital seperti Building Information Modelling (BIM) dan electricity density gauge (EDG) untuk menjamin kualitas dan akurasi pekerjaan,” ujar Aditya.
BIM memungkinkan seluruh perencanaan konstruksi divisualisasikan dalam model 3D. Dengan begitu, setiap perubahan desain bisa langsung dianalisis tanpa menunggu uji coba di lapangan. Sementara itu, EDG berfungsi memastikan kepadatan tanah dan lapisan konstruksi benar-benar sesuai standar, sehingga jalan tol yang dibangun akan kokoh meski berdiri di atas tanah rawa.
Tak hanya itu, HKI juga mengoptimalkan load scanner dan fotogrametri untuk menghitung volume material dengan cepat dan akurat. Hasilnya, pengelolaan logistik proyek bisa lebih efisien, minim pemborosan, dan transparan.
Tantangan Tanah Rawa, Diselesaikan dengan Pile Slab
Salah satu tantangan besar dalam pembangunan Jalan Tol Palembang–Betung Seksi 3 adalah kontur tanah rawa. Jika salah desain, jalan bisa amblas atau bergelombang dalam waktu singkat. Untuk mengatasi hal ini, HKI menerapkan solusi pile slab dengan pondasi kombinasi tiang spun pile dan bore pile.
Dengan teknik ini, struktur jalan tetap stabil di atas tanah lunak. Pendekatan berbasis rekayasa ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi modern tidak hanya efisien di tahap perencanaan, tetapi juga krusial dalam eksekusi di lapangan.
HKI tidak hanya membawa teknologi, tetapi juga memastikan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaat proyek. Sekitar 50% tenaga kerja yang terlibat berasal dari lokal. Kehadiran proyek ini pun menggerakkan ekonomi kecil, karena para pekerja berbelanja kebutuhan sehari-hari dari warung dan usaha warga di sekitar area konstruksi.
“Pelaksanaan proyek ini juga menghadirkan perputaran ekonomi bagi pemilik usaha karena adanya aktivitas belanja para pekerja di sekitar proyek,” tambah Aditya.
Perjalanan 45 Menit Jadi 10 Menit
Ketika tol Palembang–Betung Seksi 3 rampung, dampaknya akan langsung terasa bagi pengguna jalan. Jika saat ini perjalanan dari Pangkalan Balai ke Betung memakan waktu 45 menit melalui jalan nasional, dengan tol baru, waktu tempuh bisa dipangkas drastis menjadi hanya 10 menit.
Akses super cepat ini diproyeksikan menjadi game changer bagi distribusi logistik, mobilitas masyarakat, hingga pengembangan kawasan industri di Sumatra Selatan.
Aditya meyakini kehadiran tol ini lebih dari sekadar infrastruktur fisik. Jalan ini akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di kawasan.
“Kami percaya, bahwa kemajuan suatu bangsa dimulai dari kemudahan akses infrastruktur. Oleh karena itu, kami sangat optimis Jalan Tol Palembang–Betung Seksi 3 ini akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi wilayah. Kami mohon doa dan dukungan masyarakat agar jalan tol ini bisa kami kerjakan dengan baik,” tegasnya.
Proyek JTTS Lain Terus Dikebut
Sebagai bagian dari komitmen besar, HKI tidak berhenti di satu proyek ini saja. Saat ini, mereka juga tengah mengerjakan ruas JTTS lain seperti Jalan Tol Betung–Jambi Seksi 1 dan 2, Tol Lingkar Pekanbaru, hingga Tol Palembang–Betung Struktur (junction Palembang lanjutan).
Baca Juga: Gedung BPKP Maluku Utara Ditargetkan Rampung Akhir 2025
Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden RI nomor 3, yang menekankan peningkatan lapangan kerja berkualitas, dorongan kewirausahaan, pengembangan industri kreatif, serta percepatan pembangunan infrastruktur.
Dengan strategi berbasis teknologi digital seperti BIM dan EDG, HKI tidak hanya mempercepat pembangunan tol, tetapi juga mengangkat standar kualitas infrastruktur nasional ke level yang lebih tinggi. (GIT)





