Home Berita Pengamat: Transportasi Perintis Jadi Kunci Pemulihan Daerah Terdampak Bencana di Sumatera

Pengamat: Transportasi Perintis Jadi Kunci Pemulihan Daerah Terdampak Bencana di Sumatera

Share

JAKARTA, LINTAS — Layanan transportasi perintis, baik angkutan orang maupun barang, dinilai menjadi kebutuhan mendesak dalam memulihkan 52 pemerintah daerah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak bencana alam besar sejak awal Desember.

Pengamat Transportasi dari Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menegaskan pemerintah perlu segera mengalokasikan APBN 2026 untuk memastikan layanan ini hadir sejak fase darurat hingga pemulihan.

“Transportasi perintis harus segera diaktifkan karena menjadi urat nadi sementara bagi mobilitas warga. Tanpa itu, proses pemulihan akan jauh lebih lambat, terutama di daerah-daerah yang akses jalannya terputus,” ujar Djoko Setijowarno di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/12/2025).

Hingga Selasa (8/12/2025) pukul 19.00 WIB, BNPB mencatat bencana banjir dan longsor di tiga provinsi tersebut mengakibatkan 961 orang meninggal, 293 hilang, dan lebih dari 5.000 jiwa luka-luka.

Kerusakan infrastruktur juga masif, dengan 157.000 rumah terdampak serta lebih dari 1.200 fasilitas umum rusak, meliputi, 199 fasilitas kesehatan, 234 fasilitas Pendidikan, 425 tempat ibadah, 234 gedung/kantor, 497 bentang jembatan.

Djoko menyoroti bahwa angka kerusakan ini belum termasuk ratusan hingga ribuan kendaraan bermotor warga yang hilang tersapu banjir.

“Hilangnya kendaraan umum adalah kerugian besar bagi masyarakat, karena itulah alat utama mereka untuk beraktivitas, mengangkut hasil bumi, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

28 Trayek Perintis di Tiga Provinsi Siap Diaktifkan

Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor KP-DRJD 5958 Tahun 2024, terdapat 28 trayek angkutan jalan perintis yang telah ditetapkan untuk wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Jaringan ini dinilai strategis untuk segera dioperasikan kembali.

Aceh (12 trayek)

Meliputi rute-rute vital seperti Sinabang–Sibigo, Sinabang–Alafan, Meulaboh–Woyla–Teupin Peuraho, Meulaboh–Alue Kuyun, hingga Subulussalam–Longkib dan Panton Labu–Gampong Bantayan.

Sumatera Utara (9 trayek)

Termasuk konektivitas utama Pulau Nias: Gunungsitoli–Teluk Dalam, Gunungsitoli–Lahewa, Lahewa–Afulu, hingga jaringan perintis di wilayah dataran seperti Sihosar–Kabanjahe dan Pematang Raya–Raya Bosi.

Sumatera Barat (7 trayek)

Beberapa melayani wilayah sangat terpencil dan kepulauan, seperti Tapan–Indrapura–Air Haji–Kambang–Painan dan Tua Pejat–Sioban di Kepulauan Mentawai.

Menurut Djoko, “Seluruh jaringan ini sudah ada fondasinya. Pemerintah hanya perlu menempatkan armada dan menugaskan operator. Dalam situasi bencana besar, kehadiran angkutan perintis tidak boleh ditunda.”

Mengapa Transportasi Perintis Penting?

Menurut Djoko, transportasi perintis ditujukan bagi daerah yang belum terjangkau layanan komersial. Pada kondisi bencana, perannya meningkat tajam menjadi akses utama penyelamatan dan distribusi barang pokok. Menjangkau desa-desa terdampak yang terisolasi akibat rusaknya jalan dan jembatan

Menjaga stabilitas harga komoditas dengan memastikan pasokan barang tetap masuk. Menjadi angkutan sekolah sementara bagi siswa. Mempermudah akses masyarakat ke fasilitas Kesehatan dan mengangkut hasil bumi warga saat kendaraan pribadi banyak yang hilang Djoko menegaskan bahwa pemerintah perlu mempertimbangkan angkutan gratis bagi warga di 52 daerah terdampak.

Kementerian Perhubungan melalui angkutan jalan perintis yang kini telah melayani sebanyak 322 trayek yang tersebar dari Provinsi Aceh hingga Papua, yang menghubungkan semua wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Perbatasan (3TP). | Dok/Kemenhub.

“Angkutan umum gratis selama masa pemulihan akan sangat membantu warga kembali bekerja, bersekolah, ke pasar, dan memulai aktivitas ekonomi tanpa beban biaya transportasi,” ujarnya.

Transportasi perintis yang stabil bukan hanya menggerakkan barang dan manusia, tetapi juga memulihkan rasa aman. Ia menjadi simbol kehadiran negara.

“Ketika warga melihat bus perintis datang setiap hari, ada rasa normal yang kembali. Itu menumbuhkan harapan, mengurangi kecemasan, dan mempercepat pemulihan ekonomi maupun psikologis,” kata Djoko.

Konektivitas sebagai Kunci Bangkitnya Sumatera

Djoko menutup dengan menegaskan bahwa transportasi perintis adalah penopang utama transisi dari fase darurat menuju pemulihan.

“Tanpa konektivitas dasar, daerah terdampak akan terisolasi dan pemulihan akan berjalan sangat lambat. Transportasi perintis adalah jembatan sementara yang menjaga Sumatera tetap bergerak,” ujarnya. (*/CHI)

Baca Juga: Jasa Marga Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir dan Longsor di Aceh dan Sumatera

Oleh:

Share