JAKARTA, LINTAS – Kereta Api (KA) Singasari menjadi salah satu urat nadi penting yang menghubungkan manusia, budaya, dan ekonomi di Pulau Jawa. Sepanjang Januari hingga September 2025, KA Singasari telah melayani 336.878 pelanggan, naik dibandingkan 326.560 pelanggan pada periode yang sama tahun 2024.
Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi berbasis rel yang efisien, aman, dan ramah lingkungan.
“KA Singasari menghadirkan konektivitas yang memperkuat aktivitas perdagangan, pariwisata, dan mobilitas masyarakat. Dari lintas utara hingga selatan Jawa, layanan ini menjadi penggerak ekonomi sekaligus mendukung mobilitas rendah emisi di sepanjang wilayah yang dilalui,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba dalam keterangannya dikutip Minggu (19/10/2025).
Menyusuri Jalur Kehidupan
Perjalanan KA Singasari berawal dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta – salah satu simpul terbesar pergerakan penumpang di Indonesia. Dari sini, kereta melaju melewati kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan Cikampek, lalu menembus hamparan hijau di Haurgeulis dan Jatibarang sebelum tiba di Cirebon, kota budaya dan perdagangan di pesisir utara Jawa.
Selanjutnya, kereta melintasi Purwokerto, Kutoarjo, Wates, dan Yogyakarta, pusat kebudayaan dan pendidikan Indonesia. Dari Yogyakarta, perjalanan berlanjut menuju Klaten, Solo, dan Madiun, wilayah yang dikenal sebagai sentra industri sekaligus jantung perkeretaapian nasional.


Perjalanan kemudian menuruni jalur selatan menuju Kediri, Tulungagung, dan Ngunut, hingga akhirnya tiba di Blitar – kota bersejarah tempat peristirahatan terakhir Presiden Soekarno. Rangkaian lintasan ini tak sekadar menghubungkan kota, tapi juga menyatukan denyut ekonomi, tradisi, dan sejarah di sepanjang Jawa.
Gerakkan Ekonomi Daerah
Menurut Anne, kehadiran KA Singasari memberikan dampak nyata bagi perekonomian lokal. Di wilayah Jawa Timur seperti Blitar, Kediri, dan Tulungagung, kemudahan akses transportasi memicu pertumbuhan investasi baru, memperlancar distribusi hasil pertanian, serta memperkuat sektor pariwisata sejarah dan spiritual.
“Bagi pelaku UMKM, jalur ini membuka peluang pasar yang lebih luas. Mobilitas barang dan manusia yang makin efisien membantu mempercepat arus perdagangan dan memperkuat konektivitas antarwilayah,” kata dia.
Ramah Lingkungan dan Terus Berinovasi
Anne menambahkan, tak hanya menjadi penggerak ekonomi, KAI juga menempatkan prinsip keberlanjutan di jantung operasionalnya. Melalui efisiensi energi, digitalisasi layanan tiket, dan optimalisasi perjalanan untuk menekan emisi, KAI berkontribusi terhadap target nasional Net Zero Emission 2060.
KA Singasari sendiri mulai beroperasi pada 17 Juli 2017, dengan layanan kelas Eksekutif dan Ekonomi. Melihat tingginya animo masyarakat, pada tahun 2019 KAI menambah rangkaian kereta eksekutif untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam perjalanan jarak jauh.
Baca Juga: Stasiun Sawahlunto dan Legenda ‘Mak Itam’: Napas Panjang dari Tambang ke Warisan Dunia
Nama Singasari diambil dari kerajaan besar di Jawa Timur yang melambangkan kejayaan dan kemajuan Nusantara—semangat yang kini dihidupkan kembali melalui modernisasi layanan transportasi publik Indonesia.
“Setiap perjalanan KA Singasari adalah kisah keterhubungan antara budaya, ekonomi, dan kehidupan masyarakat. Dari Jakarta hingga Blitar, KAI hadir untuk melayani, menggerakkan, dan menumbuhkan Indonesia,” ujar Anne. (CHI)