Dua tahun sudah Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek melayani masyarakat. Sejak resmi beroperasi pada 28 Agustus 2023 hingga 27 Agustus 2025, moda transportasi berbasis rel ini mencatatkan prestasi membanggakan dengan mengangkut 43.696.660 penumpang.
Angka tersebut menjadi bukti semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik yang ramah lingkungan, modern, dan terintegrasi.
Lonjakan pengguna terlihat jelas sepanjang 2025. Bulan Juli menjadi catatan tertinggi dengan 2,73 juta penumpang. Rata-rata pengguna harian di Agustus 2025 juga meningkat tajam: 102.439 orang per hari kerja (naik 35% dibanding Agustus 2024) dan 51.277 orang di akhir pekan (naik 47% dari tahun sebelumnya).
Seiring pertumbuhan itu, frekuensi perjalanan turut bertambah signifikan—dari semula 158 perjalanan per hari saat awal beroperasi, kini menjadi 396 perjalanan di hari kerja dan 270 perjalanan di akhir pekan.
“Antusiasme masyarakat yang begitu besar menjadi semangat bagi kami untuk terus menghadirkan layanan yang aman, nyaman, efisien, dan berdaya saing. Terima kasih kepada seluruh pelanggan yang telah mempercayakan perjalanannya bersama LRT Jabodebek,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba.
Terintegrasi dengan Moda Lain
LRT Jabodebek juga memperkuat konektivitas dengan transportasi publik lainnya. Beberapa titik integrasi strategis kini tersedia, di antaranya:
- Stasiun Cawang yang terhubung dengan Commuter Line,
- Stasiun Halim yang terintegrasi dengan Kereta Cepat Whoosh,
- Stasiun Dukuh Atas yang terkoneksi dengan MRT, KRL, dan TransJakarta.
Integrasi ini memberi kemudahan bagi masyarakat untuk berpindah moda transportasi, sehingga perjalanan menjadi lebih efisien.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Manfaat kehadiran LRT Jabodebek tidak hanya terasa di sisi mobilitas, tetapi juga ekonomi dan lingkungan. Hasil penelitian Universitas Indonesia menunjukkan, selama dua tahun operasionalnya, LRT Jabodebek berkontribusi pada:
Penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp170 miliar, penghematan biaya kerusakan infrastruktur jalan hingga Rp1 triliun dan pengurangan emisi karbon setara efisiensi biaya Rp217 miliar.
“Artinya, transportasi publik ini bukan hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga mendukung keberlanjutan kota,” ujar Anne.
Teknologi Modern dan Keamanan
Ia menambahkan, dari sisi teknologi, LRT Jabodebek menggunakan sistem otomasi Grade of Automation Level 3 (GoA3) yang memungkinkan perjalanan berlangsung otomatis dengan pengendalian presisi tinggi. Meski begitu, setiap rangkaian tetap didampingi Train Attendant untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang.
Baca Juga: Kementerian PU Genjot Proyek Jalan dan Jembatan di Maluku Utara
“Kami memastikan keselamatan menjadi prioritas utama melalui kombinasi teknologi modern, perawatan rutin, serta kehadiran petugas yang sigap mendampingi pelanggan. Dengan begitu, masyarakat dapat bepergian dengan rasa aman dan nyaman,” tambah Anne. (CHI)





