Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
13 October 2024
Home Profil Wida Nurfaida: Meniti Karier dan Mendidik Anak dari Jauh

Wida Nurfaida: Meniti Karier dan Mendidik Anak dari Jauh

Share

Semarang, Lintas – Menjalankan peran sebagai wanita karier sekaligus seorang ibu bukan pekerjaan mudah, tantangan dan beban yang dihadapi akan jauh lebih berat. Indikator kesuksesan dari kedua peran tersebut, yaitu terbentuknya anak-anak yang mandiri dan bertanggung jawab tanpa ada ibu yang dapat selalu mendampingi. Wida Nurfaida, ST, MT, berasal dari keluarga TNI Angkatan Udara yang masa kecilnya sejak TK, SD, SMP, hingga SMA berkutat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Ayahnya termasuk orang yang konservatif, anaknya dirasa cukup melanjutkan sekolah perawat di Rumah Sakit Halim Perdanakusuma dan nantinya menikah dengan penerbang TNI AU. Ayahnya yang berkeinginan mempunyai menantu penerbang TNI AU, sering kali mengajak anak-anak asuhnya menginap di rumah. Namun, justru saat anak asuh menginap di rumah, Wida menghindar dan memilih untuk menginap di rumah neneknya.

Wida Nurfaida saat itu, tinggal di kompleks tentara yang sarat dengan disiplin. Seperti ketika salah dalam bersepeda, disuruh turun dari sepeda dan mendapat hukuman fisik seperti push up dan squat jump, dengan demikian disiplin tentara banyak terbentuk sesuai kondisi lingkungan masa kecil. Meski demikian, Wida tetap dapat mengikuti kegiatan seni, pramuka, dan kegiatan outdoor dari SD sampai SMA.

Menurut ayah Wida, anak perempuan tidak usah terlalu hebat, tetapi beruntung ibunya yang anggota Wanita Angkatan Udara (Wara) menyuruhnya untuk tidak sepenuhnya mengikuti keinginan ayahnya bersekolah perawat dan menikah dengan penerbang. Ibunya mendukung Wida ikut tes dan diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, tetapi sang ayah melarang ke luar kota karena berisiko, sehingga akhirnya kuliah di Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti, Jakarta. Awalnya, Wida tidak tahu tentang teknik sipil karena latar belakangnya dari keluarga militer, pilihan itu atas saran kakaknya.

Setelah lulus sarjana, Wida melanjutkan kuliah magister di Universitas Indonesia. Masa kuliah dijalani dengan happy karena sebagai perempuan dapat bekerja sampingan sebagai pagar ayu acara pernikahan, panitia pameran, dan sebagainya.

Awal karier di Kementerian PU berawal dari tawaran dosen yang juga bekerja di kantor konsultan proyek Bank Dunia HSIP 2. Saat menyerahkan laporan ke kantor Ditjen Bina Marga, Wida diminta membantu di Subdit ABLN dengan kasubditnya saat itu, Adinus Saleh, dengan status sebagai pegawai harian (non PNS).

Perjuangan menjadi PNS bukan hal yang mudah bagi Wida, perlu perjuangan dan setelah gagal tes sampai dua kali sebelum diterima menjadi PNS di Kementerian PUPR.

Selanjutnya, tetap ditempatkan di Subdit ABLN di bawah pimpinan Danis Sumadilaga hingga Haris Batubara. Kemudian, Wida diminta menangani project management unit (PMU) di bawah pimpinan Jean Suwondo sebagai kepala seksi dengan tugas loan ADB (RRDP dan RRDP2), ADB 1428, ADB 1798, sehingga mampu berkembang di bidang bantuan luar negeri.

Direktur Bina Program menugaskannya sebagai Kasatker Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN) menggantikan Agustinus Silalahi dan merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Setelah dari Direktorat Bina Program, Wida mendapat penugasan sebagai Kasatker Cisumdawu Jawa Barat selama tiga tahun, kemudian 1,5 tahun sebagai Kepala Bidang Preservasi 2 di BBPJN VII Jawa Tengah, dan pindah menjadi Kepala BPJN Banten selama enam bulan, hingga sekarang bertugas sebagai Kepala BBPJN Jateng dan DI Yogyakarta.

              Jaga semangat dan stamina staf

Adanya pandemi Covid-19 kegiatan yang dijalani Wida mengalami pasang surut, bahkan ada pekerjaan yang tidak bisa berjalan lancar karena terkendala pandemi. Beberapa waktu lalu, PPK Nur Badarudin yang berada di bawah koordinasinya, meninggal karena terdampak Covid-19. Selaku pimpinan, ia menyampaikan kepada para PPK bahwa tubuh manusia sudah diciptakan sempurna, sehingga jika tubuh terasa sakit sebaiknya istirahat. Pekerjaan tidak akan ada habisnya, kalau jatuh sakit atau sampai meninggal maka yang akan kehilangan adalah keluarga. Wida menyarankan, ketika stafnya sakit jangan ragu berobat dan istirahat.

“Kita harus mampu menjaga kewarasan,” ujar Wida. Seperti saat bertugas sebagai Kepala BPJN Banten, lokasi pekerjaan berada di sekitar pantai, sehingga Wida dapat bekerja dan rekreasi pada saat bersamaan. Saat bertugas di Jateng, Wida memiliki hobi berkeliling di wilayah kerjanya dengan mengendarai sepeda motor matic atau sepeda motor apa pun. Baginya, yang terpenting bisa bekerja bersama dan merasa bahagia. Waktu terbanyak yang dihabiskannya berada di tempat kerja, sehingga perlu dijaga imunitas dengan mengkonsumsi vitamin.

              Mengarahkan anak

Wida Nurfaida sempat berharap setelah anak sulungnya menyelesaikan SMA Taruna Nusantara Magelang melanjutkan ke akademi militer supaya tidak perlu mencari pekerjaan. Namun, karena minat anak sulungnya dalam bidang bahasa Inggris maka memilih melanjutkan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Sementara, anak keduanya masih bersekolah di SMA Negeri 6 Jakarta. Sebagai ibu dari dua anak, Wida harus pandai membagi waktu antara keluarga dan konsekuensi jabatan. Seperti ketika Wida menjabat sebagai Kabid Preservasi di Jabar sedangkan kedua anaknya tetap sekolah di Jakarta, dia harus bisa menjaga keseimbangan peran dengan sedikit trik.

“Kamu hebat karena dekat dan ditunggui ibu itu hal biasa, tetapi kalau jauh dari ibu dan mampu belajar sendiri itu baru keren,” ujar Wida pada buah hatinya. Doktrin ini memacu anak menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Begitu pula ketika anak menentukan suatu pilihan, sebagai orangtua tidak boleh memaksakan kehendak.

Pandemi Covid-19 membuat Wida tidak dapat merayakan lebaran bersama keluarga. Tidak bisa sungkem ke orang tua harus diterimanya sebagai konsekuensi jabatan. Lebaran tahun ini pun masih akan tetap sama dalam suasana pandemi, tetapi tetap berkumpul dengan anak-anak selama sebulan sebagai momen kebersamaan. Tradisi sahur dan buka puasa bersama harus tetap dijaga.

Wida mengutamakan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak masih kecil dengan mengedepankan kejujuran di manapun mereka berada. Sebagai orangtua yang berada di kejauhan, ia selalu meyakinkan kedua anaknya bahwa yang menjaga bukan hanya orangtua, tetapi Allah juga menjaga.

“Jadi kamu tidak usah takut selama kamu melakukan yang baik, pasti akan dijaga Allah,” kata Wida kepada kedua anaknya.

Sebagai contoh, Wida tidak melarang anaknya merokok, tetapi tidak boleh secara bersembunyi. Termasuk jika tidak menjalankan salat tidak boleh bohong, lebih baik sampaikan secara jujur daripada sekadar menyenangkan orangtua dengan berbohong.

              Makna Kartini

Jika perempuan ingin disejajarkan dengan laki-laki, maka jangan berharap mendapatkan perlakuan khusus. Sebagai contoh, jika wanita ingin diangkat menjadi kepala satker maka harus bersedia ditempatkan di mana pun, tidak memilih sesuai keinginan daerahnya atau domisilinya. Jabatan yang diamanahkan sudah dipertimbangkan dengan bijak oleh pimpinan, maka harus ada komitmen dengan keluarga terkait konsekuensi yang diemban.

Wida tidak mau diistimewakan sebagai perempuan, Ia menganggap keberhasilan itu buah dari kerja bersama. Lingkungan kerja dianggap sebagai sebuah keluarga yang harus saling mengingatkan. Sebagai pemimpin, Wida bukan tipe pendendam dengan memahami bahwa kesalahan staf bukan kesalahan yang abadi. Sebagai satu tim, setiap anggotanya harus saling koreksi dan saling memahami. Wida tidak menuntut stafnya bekerja secara berlebihan karena diperlukan tenggang rasa dan keberhasilan yang didapat adalah hasil kerja tim.

Walaupun sebagian besar staf adalah laki-laki, tidak ada kendala bagi Wida dalam melaksanakan tugasnya karena saling pengertian dan kebersamaan yang terbentuk sejak awal bergabung.

              Keinginan dan harapan

Wida Nurfaida kagum dengan sosok Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika menjadi presiden Bank Dunia.

Saat pertama kerja dan berkecimpung di Bank Dunia dan ADB, terlintas harapan jika bisa seperti Sri Mulyani sosok perempuan berkarakter kuat dan memiliki pemikiran cemerlang.

Wida Nurfaida berharap, untuk perempuan Indonesia agar mampu menjadi perempuan kelas dunia karena karena banyak perempuan Indonesia yang hebat seperti para direksi BUMN. Menurutnya, banyak perempuan Indonesia yang pantas mendunia dan terus dilahirkan perempuan hebat untuk masa selanjutnya.

Bagi rekan perempuan di lingkungan Kementerian PUPR diharapkan untuk melaksanakan amanah dengan penuh semangat walau dalam suasana pandemi. Pertimbangan posisi keluarga, perlu keseimbangan peran dalam rumah tangga supaya semua dapat berjalan dengan baik karena tidak ada satu perempuan pun yang ingin sukses dalam karier tetapi keluarganya tidak berhasil. [An]

Baca juga: Rien Marlia: Wanita Jangan Pernah Diminta Memilih Antara Karier atau Keluarga

Oleh:

Share

Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.