Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
13 January 2025
Home Berita Subaiha Kipli, Pekerjaan Di PUPR Sangat Bermanfaat Bagi Masyarakat, Wanita Pasti Mampu Mengerjakannya

Subaiha Kipli, Pekerjaan Di PUPR Sangat Bermanfaat Bagi Masyarakat, Wanita Pasti Mampu Mengerjakannya

Share

Di belakang rumahnya juga terdapat workshop dan terparkir pula beberapa alat berat. “Pada jaman itu, belum ada kontraktor, jadi semua pekerjaan benar-benar dikerjakan oleh orang PU. Dahulu, saya mencoba semua alat-alat yang ada di belakang rumah, jadi saya bisa mengemudikan truk, motor grader, dan alat-alat berat lainnya,” Tutur Subaiha, yang akrab dipanggil Betty ini sambil tertawa dalam wawancara dengan Majalah Lintas.

Betty kecil pun mengamati  bagaimana ayahnya beserta team membangun sebuah infrastruktur dari proses menggambar, menguji, hingga akhirnya diputuskan oleh manager-nya dan infrastruktur tersebut dibangun. Semua pekerjaan tersebut menarik baginya. Namun, ada satu hal yang membuatnya bertanya-tanya, mengapa tidak ada wanita yang bekerja di sana?

“Saya melihat kenapa hampir tidak ada wanita di lapangan, padahal pekerjaannya menarik dan sangat bermanfaat bagi orang lain. Di kantor juga saya lihat tidak ada wanita, jika ada, mungkin hanya satu atau dua orang. Padahal, wanita ada bagiannya. Paling tidak, mereka bisa bekerja di bagian administrasi atau ketata usahaan.” Ungkapnya.

Meskipun usianya kala itu masih sangat belia, Betty mampu merasakan bahwa pekerjaan yang dilakukan ayahnya sangat bermanfaat bagi masyarakat.

“Saya melihat ada dua kampung yang terpisah oleh aliran air yang deras. Setelah orang PUPR membangun jembatan, maka kehidupan di kiri dan kanan jembatan ini menjadi berubah luar biasa. Bagaimana kondisi sebuah lokasi yang tidak ada jalannya, tiba-tiba terbangun jembatan, jalan dan masyarakat menjadi mudah mobilisasinya. Yang tadinya terisolir menjadi terbuka. Menurut saya, itu pekerjaan yang sangat bermanfaat dan pasti wanita bisa mengerjakannya.”

Pengalaman masa kecilnya itulah yang membuatnya tertarik untuk masuk ke jurusan Teknik Sipil, meskipun orangtuanya tidak pernah memaksakan Betty untuk masuk ke bidang yang sama. Mereka bahkan menekankan bahwa wanita tetaplah wanita, kodrat sebagai wanita harus tetap ada.

Siap Ditempatkan di Mana Saja

Betty menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya pada tahun 1990. Ia langsung melamar ke program Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten (IPJK) di Kementerian PU. Ia diterima dan mulai bekerja sejak bulan Maret tahun 1991, dan langsung ditempatkan di kota Dili, ibukota Provinsi Timor Timur, yang kala itu bagian dari NKRI, hal ini dirasakannya sebagai pencapaian yang luar biasa.

Betty melanjutkan, “Mungkin saat itu saya bisa bekerja di kota saya, tapi saya merasa bahwa sebagai Pegawai Negeri Sipil, saya harus bersedia ditempatkan di mana saja, selama orangtua, dan terutama suami saya, mengizinkan. Ini merupakan awal saya mulai bekerja. Kalau saya sudah berani menolak, bagaimana seterusnya nanti?”

Ternyata, di kemudian hari Betty dihadapkan lagi pada situasi yang sama. Ia dpindahtugaskan dari Jakarta ke Palembang.dan pada saat yang sama, suaminya juga dipindahtugaskan ke Surabaya, sementara putra semata wayangnya yang kala itu berusia remaja harus sekolah di Jakarta.

Betty beruntung. Suami maupun anaknya mendukung kepindahannya ke Palembang. Mereka percaya bahwa kepindahan ini bukan atas permintaan Betty, tetapi atas perintah dari atasan, sehingga mereka berkeyakinan bahwa inilah yang terbaik menurut Allah.

Pentingnya Dukungan Keluarga

Dukungan dari keluarganya ini dirasa Betty sebagai pengaruh yang penting dalam menjalankan tugasnya di kantor. Ia merasa dapat bekerja dengan tenang dan maksimal. Namun demikian, Betty juga mengatakan bahwa dukungan dari keluarga juga harus wanita yang menciptakan. Seorang ibu yang bekerja harus tetap menciptakan suasana yang nyaman di rumah sehingga keluarga menjadi percaya bahwa wanita memang bisa menangani dua-duanya.

“Jangan minta wanita untuk memilih salah satu, pekerjaan atau rumah, karena itu bukan kesetaraan gender. Biarkan wanita memilih dua-duanya, dan Insya Allah dia akan mampu jika diberi kepercayaan.” Katanya selanjutnya.

Lingkungan Kerja Ramah Wanita

Betty mengakui, ada beberapa keterbatasan sebagai wanita. Wanita ditakdirkan untuk menikah, hamil dan menyusui. Namun, wanita juga memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh pria, yang dapat bermanfaat dalam dunia pekerjaan. Oleh karena itu, Betty mengatakan bahwa setiap Lembaga seharusnya memiliki kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung wanita bekerja.

Menurutnya, misalnya penting sekali untuk menyediakan ruang laktasi dan penitipan anak, karena manfaat ASI sangat luar biasa bagi pertumbuhan bayi. Bahkan, beberapa Lembaga memberikan Parenting Leave, yaitu cuti yang diberikan kepada pegawai pria yang istrinya sedang melahirkan.

Menurut Betty, dengan semakin banyaknya pegawai wanita, saat ini Kementerian PUPR sudah banyak menuangkan kebijakan-kebijakan ramah wanita melalui Team Gender-nya, bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak. Ia berharap agar kebijakan-kebijakan ini bisa diterapkan secara merata hingga ke tingkat Kabupaten/Kota.

Kesetaraan Gender

Betty juga berharap agar kesetaraan gender, hak, kesempatan, tanggung jawab, dan kebebasan untuk memilih bidang yang ditekuni, tetap hidup di Indonesia.

“Kesetaraan gender tidak berarti bahwa wanita harus lebih tinggi dari pria, tetapi biarkan wanita dan pria berkiprah di Indonesia ini dengan kelebihannya masing-masing. Ini penting untuk pembangunan ekonomi, baik masyarakat maupun nasional. Paling tidak, wanita bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.”

“Wanita tidak harus bekerja di kantor. Sekarang ada UMKM yang bisa membantu ekonomi masyarakat.” Lanjut Betty.

Selain itu, ia juga berharap agar kesetaraan kesehatan makin ditingkatkan, karena wanita harus hamil dan menyusui, dan ini memerlukan gizi yang cukup.

Bekerjalah Sebaik Mungkin

Ketika ditanya apakah ada pesan-pesan yang ingin disampaikan bagi Pembaca, hal pertama yang Betty sebut adalah “Bekerjalah sebaik mungkin.”

“Di setiap kesempatan, di manapun keberadaan kita, kita harus bekerja sebaik mungkin. Jangan sampai ada rekam jejak yang tidak baik. Kita bekerja harus ada cita-cita. Ambisi itu tidak berarti ambisius. Walaupun, soal terjadi atau tidak, itu urusan Allah, kita tidak bisa mencampuri itu.”

Hal lain yang Betty pesankan adalah tanggungjawab dan kepercayaan. Menurutnya, tanggungjawab artinya di saat  mengerjakan sesuatu, harus menyelesaikannya hingga tuntas tanpa harus diingatkan lagi oleh atasan.

Menurutnya kepercayaan sangat penting untuk dijaga dalam hubungan kita dengan atasan, teman, maupun bawahan.

“Yang terakhir, ini yang selalu saya tanamkan baik kepada teman-teman maupun kepada PNS yang baru masuk dengan mengutip ucapan Bung Karno yang berasal dari ucapan Presiden AS John F. Kennedy.  Jangan pernah bertanya apa yang negara berikan kepada kita, tetapi bertanyalah apa yang bisa kita berikan kepada negara. Tanpa kita, negara akan tetap berjalan. Kalau kita tidak bekerja dengan baik, tidak berintegritas, kita akan tertinggal, negara akan mencari orang lain. Jadi, jangan pernah merasa bahwa kita sangat dibutuhkan, sebenarnya kita yang membutuh. Tapi, kalau kita berkinerja baik, maka kita akan dicari. Inilah yang tertanam dalam hati saya.”

 

Oleh:

Share

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.