Sudah sejak 1970, Indonesia menyadari, kereta api adalah moda transportasi potensial yang murah, massal, cepat, aman, dan nyaman. Namun, baru sekitar 10-13 tahun terakhir seluruh potensi yang disadari sejak era 1970-an itu kian terwujud. Ini terjadi karena perubahan pola pikir atau mindset pejabat.
Sejak dulu, kereta telah menjadi transportasi publik yang massal dan murah. Namun, kereta api identik dengan kesan jorok, kotor, semrawut. Semua terlihat di gerbong dan stasiunnya. Kini, kesan itu berganti menjadi nyaman dan cepat, bahkan di kereta kelas ekonomi dan kereta listrik komuter.
“Secara mutu sekarang sudah jauh lebih bagus ketimbang tahun 70-an hingga 90-an“. Pernyataan itu disampaikan pengamat perkeretapian Mochamad S Hendrowijono kepada Majalah Lintas di Jakarta, Senin (20/3/2023).
Hendrowijono adalah pengamat masalah perkeretaapian yang setia. Dia antara lain pernah menjadi Ketua Masyarakat Perkeretaapian Indonesia. Lembaga independen itu lahir pada 1992. Diinisiasi para wartawan di Kementerian Perhubungan sebagai wadah memediasi antara masyarakat pengguna jasa kereta api, operator kereta api, dan pemerintah.
“Jauh lebih bagus. Sekarang ada kereta wisata, kereta ringan (LRT), dan MRT. Kalau dulu kan belum ada. Dulu kalau mau pakai kereta api, layanannya masih kurang bagus. Cuma pengguna mau enggak mau harus terima. Karena kereta murah banget, setiap Lebaran pasti penuh,” kata Hendrowijono yang juga dikenal sebagai pengamat Telekomunikasi tersebut.
Menurut Hendrowijono, kereta api tetap yang paling diminati orang. Pertama, karena kereta api bisa muat banyak, aman, dan murah. Itu karena biaya operasional kereta api bisa berkisar sepersepuluh hingga seperlimabelas dari biaya operasional bus atau moda transportasi darat lainnya.
“Jika satu mobil isi 5 orang rute Jakarta-Surabaya, lebih murah naik kereta api. Lima belas kali lebih murah naik kereta api. Dengan naik kereta api ekonomi per orang taruhlah Rp 200.000. Jika naik mobil sendiri, taruhlah lima orang, biayanya lebih besar. Tarif tol saja sudah Rp 500.000. Belum bensinnya. Belum perawatan kendaraanya. Kan itu mesti dihitung biaya perawatan dan segalanya belum pengeluaran-pengeluaran lainnya,” kata Hendrowijono mencontohkan.
Indonesia Terlambat
Jika dibandingkan dengan kondisi di negara-negara luar, Eropa misalnya, Indonesia memang jauh terlambat soal perkeretaapian. “Beberapa negara Asia, termasuk Singapura, sudah lama punya jaringan kereta perkotaan MRT. Di Singapura itu kereta sudah di bawah tanah semua. Kita itu terlambat banget. Sebab, memang biaya pembangunan kereta api itu mahal,” katanya.
Hendrowijono menyampaikan, kunci transformasi dan perubahan di PT KAI adalah perubahan mindset pejabat. Sebab, konsep tentang kereta api, angkutan kereta api murah, aman, dan nyaman itu sudah muncul sejak 1970.
Sudah banyak seminar dilakukan tentang transformasi kereta api. “Namun, hasilnya, kalau ditumpuk bisa setinggi Menara Eiffel di Perancis. Namun, sayangnya, begitu eksekusi enggak ada yang berani. Lagi-lagi karena terlalu mahal. Kalaupun enggak menggandeng investor asing, itu harus dikasih konsensi 50-80 tahun. Tentu negara nanti dikecam rakyat sebagai penjual aset. Nanti dianggap penjual kebanggaan,” kata Hendro.
Hendrowijono menilai, perubahan signifikan terjadi setelah sekitar 10 tahun terakhir. Pemerintah pun membangun MRT. Kemudian disusul dengan kehadiran LRT.
“Sekarang ini kita lihat LRT pun diperpanjang di segala jurusan. Itu sangat bagus. Meskipun pemerintah harus mengeluarkan uang lebih banyak. Sebenarnya, uang ada. Cuma dulu enggak tahu ke mana. Soal perawatan jalan dulu, itu kan duitnya ada. Namun, enggak ada itu yang bersihin jalan setiap hari oleh pasukan oranye,” ujarnya.
“Sekarang, semua jalan dirawat sama pemerintah daerah. Pasukan oranye digaji bagus. Coba tukang sapu itu gajinya UMR, Rp 4 juta lebih. Waduh, gaji Rp 4 juta itu sudah hebat banget. Coba itu karyawan-karyawan swasta itu, baru masuk kerja, gaji cuma Rp 2 juta atau Rp 2,5 juta. Jadi, pemerintah sekarang kemauan pada perawatan kesejahteraan. Soal keamanan dan kenyamanan itu sudah lebih bagus dibanding dulu-dulu. Memang banyak dikecam karena banyak utang, tetapi utangnya kan terbayar oleh kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. (C01)
Baca Juga:
- Tiket Kereta Api Masa Lebaran 2023 Masih Tersedia, Sudah Terjual 1 Juta Lebih
- Aturan Vaksinasi Covid-19 Masih Jadi Syarat Perjalanan dengan Kereta Api
- Kemenhub Pastikan Kesiapan Kereta Api untuk Angkutan Lebaran 2023