Bangunan satu ini kerap menjadi representasi Kota Jakarta. Terlebih bila ingin menggambarkan kompleksnya sistem transportasi di kota tersebut. Ya, dialah Jembatan Semanggi. Selain sejarah panjang, Jembatan Semanggi ini memiliki makna filosofis yang mendalam, lho!
Simbol persatuan
Jembatan Semanggi mulai dibangun pada tahun 1961. Inisiatornya adalah Presiden RI pertama, yakni Soekarno. Pemilihan nama ‘Semanggi’ tidak dilakukan secara sembarang. Dalam buku 212 Asal-Usul Djakarta Tempoe Doeloe karya Zaenuddin HM, kawasan jembatan tersebut mulanya adalah rawa. Nah, pohon semanggi memenuhi rawa tersebut. Memang, tumbuhan yang termasuk kelompok paku air ini biasanya hidup di area rawa dan persawahan.
Tapi, itu bukan alasan satu-satunya yang melatarbelakangi nama Jembatan Semanggi. Menurut Soekarno, semanggi memiliki makna filosofis yang dalam. Ada tiga hingga empat helai daun pada tiap tangkai tumbuhan yang memiliki bahasa latin Salviniales ini. Daun-daun tersebut tersusun menjadi satu kesatuan daun yang utuh.
Makna filosofisnya adalah daun semanggi menyerupai suku-suku yang ada di tanah air. Suku-suku tersebut menyatu menjadi satu kesatuan daun yang utuh sehingga menggambarkan persatuan bangsa. Persatuan membuat bangsa Indonesia menjadi kuat, seperti Jembatan Semanggi yang menyatukan berbagai wilayah di Jakarta.
Mulanya ditentang
Sejarah mengatakan, pada mulanya pembangunan Jembatan Semanggi ditentang oleh sebagian masyarakat. Mereka menilai kala itu keuangan negara sedang ‘krisis’. Namun, Soekarno tetap teguh pada pendiriannya. Ia tetap melanjutkan proyek tersebut. Soekarno melihat jauh ke depan. Menurutnya, pembangunan jembatan itu mengandung tujuan yang jauh lebih besar.
Pembangunan Jembatan Semanggi turut dibantu oleh Soetami, arsitek kenamaan Indonesia. Saat itu, Soetami menjabat Menteri Pekerjaan Umum. Jembatan Semanggi pun dirancang menyerupai daun semanggi. Konsepnya adalah persimpangan tanpa Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). Maka, jembatan dirancang melingkar.
Singkat cerita, pembangunan Jembatan Semanggi selesai menjelang Asian Games tahun 1962 di Jakarta. Bersama sejumlah bangunan lain, seperti Gelora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno) dan Hotel Indonesia, alasan lain pembangunan Jembatan Semanggi adalah dalam rangka menyambut perhelatan olahraga terakbar se-Asia tersebut.
Hingga kini, Jembatan Semanggi tetap berdiri kokoh. Bahkan, belum lama ini, jembatan tersebut direvitalisasi. Sesuai tujuan awal pembangunannya, jembatan ini mampu mengurai macet di persimpangan antara dua jalan besar Jakarta, yakni Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto. Tak hanya itu, Jembatan Semanggi juga menjadi kebanggaan yang orisinal lahir dari pemikiran anak bangsa dan sekaligus menjadi simbol kemakmuran perekonomian. (SA)
Baca juga:
Menelusuri Sejarah SPBU Pertama di Dunia
Inilah Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Pertama di Indonesia