Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
7 October 2024
Home Berita Penurunan Waktu Tempuh Jadi Sasaran Strategis BBPJN Sulsel

Penurunan Waktu Tempuh Jadi Sasaran Strategis BBPJN Sulsel

Share

Makassar, Lintas – Kemantapan jalan akan menurunkan waktu tempuh (travel time) sehingga berpengaruh terhadap penurunan biaya logistik yang secara signifikan meningkatkan daya beli masyarakat. Peningkatan kualitas jalan menjadi sasaran strategis Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Selatan (BBPJN Sulsel) yang merupakan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat dan konektivitas antarwilayah.

Jalan Trans-Sulawesi setiap tahun mengalami dinamika kondisi jalan, tetapi BBPJN Sulsel telah memiliki program agar kemantapan jalan nasional terpelihara dengan baik. Total panjang jalan nasional di Sulsel 1.745,92 km (SK 2015) pada semester I-2019 yang berkondisi mantap 1.611,54 km (92,30%), pada semester II-2021 kondisi mantap meningkat menjadi 1.647,33 km (94,35%).

Sasaran strategis dukungan konektivitas secara spesifik mencakup peningkatan akses jalan kawasan strategis dan kawasan pariwisata Tana Toraja serta Makassar-Malino. Untuk dukungan peningkatan akses jalan daerah meliputi ruas Seko-Rampi dan Rantepao-Bua di bagian utara Sulsel.

Agar meningkatnya kemantapan jalan nasional, setiap tahun selalu dilakukan pemeliharaan, peningkatan, serta perbaikan jalan dan jembatan. Kepala BBPJN Sulsel Reiza Setiawan, ST, MSc, menjelaskan kepada Lintas (13/7/2022), sasaran programnya berupa penurunan waktu tempuh pada koridor utama dengan kondisi jalan mantap/baik dan kondisi sedang di beberapa koridor lainnya.

Pelayanan jalan nasional dilaksanakan melalui program preservasi jalan dan jembatan berupa penanganan efektif, holding, dan rutin agar sesuai umur rencana jalan. BBPJN Sulsel mengusulkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai solusi minimnya anggaran daerah untuk membangun infrastruktur. DAK merupakan dana Pemerintah Pusat yang diberikan ke Pemerintah Daerah Sulsel untuk kegiatan yang merupakan kewenangan daerah, tetapi menjadi prioritas nasional.

Terdapat pula program pembangunan jalan untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan keselamatan jalan. Ruas Jalan Poros Bantimurung di Kabupaten Maros yang semula terdapat beberapa tikungan yang masih sub-standar, telah dilakukan perbaikan jalan dengan dibangun elevated road segmen 1 Jembatan JS Pattunuang Asue di Kecamatan Simbang, dengan lebar badan jalan standar 2-7-2 dan perbaikan geometrik menjadi empat tikungan.

Selanjutnya Kasatker PJN III BBPJN Sulsel Malik ST, MM, dan PPK 3.1 Irwan, ST, MT, menjelaskan, segmen 1 Jalan Bypass Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar) telah dibangun jalan sepanjang 500 meter yang dilaksanakan pada 2015-2019.

Proyek ini masih terkendala pengadaan lahan dari rencana total panjang jalan 48 km. Pada tahun ini, akan dilaksanakan pembangunan jalan sepanjang 3,9 km sehingga segmen 1 dan segmen 2 bisa fungsional.

Teknologi yang diterapkan

BBPJN Sulsel telah menerapkan beberapa teknologi yang juga digunakan di sejumlah provinsi lain, yaitu aspal buton (asbuton) dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan campuran asbuton yang relatif sederhana tidak mengharuskan adanya asphalt mixing plant (AMP) di daerah terpencil. Pemanfaatan material lokal merupakan langkah awal menuju kemandirian bangsa melalui swasembada bahan konstruksi.

Cold paving hot mix asbuton (CPHMA) merupakan campuran aspal yang mengandung asbuton dan bahan tambah lain (bila diperlukan), yang sudah dicampur dengan baik di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar kemudian dipadatkan. CPHMA digunakan untuk lalu lintas ringan sampai sedang. Kelebihan CPHMA dapat diaplikasikan langsung di lapangan dengan dihampar pada suhu lapangan (cold paving) tanpa menggunakan AMP.

Arteri Jalan Tol Layang AP Pettarani di Makassar, Sulawesi Selatan.

Selain asbuton juga digunakan aspal plastik, yaitu penggunaan sampah plastik sebagai bahan campuran aspal untuk mengurangi penumpukan limbah sehingga dapat meningkatkan ketahanan jalan terhadap pengaruh air, stabilitas campuran aspal, ketahanan terhadap deformasi, serta ketahanan terhadap retak.

Teknologi lain yang diterapkan mendukung preservasi jalan, yaitu Sivasi (Sistem Informasi Preservasi) merupakan pusat data yang menghimpun sub-aplikasi beserta berbagai informasi terkait tugas pokok dan fungsi Bidang Preservasi BBPJN Sulsel. Sivasi hadir melalui sistem digital yang sesuai standar teknologi terkini guna mendukung efektivitas dan efisiensi kerja bidang preservasi.

Sinergi antarmoda

Makassar merupakan pusat logistik di Indonesia Timur. Keberadaan Pelabuhan Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin membuat Makassar menjadi pintu utama penyebaran logistik di Indonesia Timur khususnya di Pulau Sulawesi. Pelabuhan Soekarno-Hatta merupakan pelabuhan kelas utama yang memiliki lalu lintas penumpang tertinggi dan lalu lintas kargo terbesar di Sulawesi yang akan diperluas dengan pembangunan Makassar New Port.

Jalan Trans-Sulawesi menjadi akses atau dukungan utama menunjang kegiatan dari dan atau ke Pelabuhan Soekarno-Hatta. Jalan nasional Trans-Sulawesi di Makassar menjadi gerbang utama penyebaran jalur logistik yang melewati Lintas Barat Sulawesi (Makassar-Parepare-Mamuju-Palu- Gorontalo-Manado).

Jalan Trans-Sulawesi menjadi titik tumpuan yang menampung beban lalu lintas yang besar dalam menunjang pergerakan lalu lintas dalam Kota Makassar sendiri maupun sebagai jalur utama yang menghubungkan antarwilayah di Sulawesi.

sasaran strategis bbpjn sulsel

Kepala BBPJN Sulsel Reiza Setiawan, ST, MSc.

BBPJN Sulsel berkoordinasi terkait jalan tol dengan BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol), Bosowa, serta Direktorat Jalan Bebas Hambatan untuk akses keluar atau masuk tol. Sedangkan, terkait dengan jalur kereta api dan moda transportasi lain, BBPJN Sulsel melakukan koordinasi secara rutin setiap tahun dengan pihak perkereta apian Indonesia, serta pihak-pihak lain yang terlibat melalui proses perizinan yang transparan.

Manfaat yang dirasakan

Kondisi jalan yang mantap dan tidak terputus mampu mengurangi waktu tempuh pada 2020 selama 2,16 jam per 100 km menjadi 2,08 jam per 100 km pada 2021, serta memperlancar arus pengiriman barang dan jasa sehingga dapat meningkatkan mobilitas dan produktivitas masyarakat dalam aktivitas ekonomi.

Dukungan konektivitas terhadap kawasan pariwisata juga secara konkret dirasakan masyarakat. Pemanfaatan akses jalan pariwisata sejalan dengan semakin tingginya kunjungan wisatawan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, seperti di Tana Toraja dan Toraja Utara melalui pembangunan Jalan Rantepao-Bua. (AN)

Baca juga:

Kereta Api Diharapkan Jadi Tulang Punggung Angkutan di Sulawesi Selatan

Jalur Kereta Api Maros – Barru Sulawesi Selatan Ditargetkan Selesai Oktober 2022

Oleh:

Share

Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.