Jakarta – Lajur Jalan Nasional Trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Mamuju dengan Kabupaten Majene sempat putus akibat tanah longsor.
Namun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah berhasil membuka satu lajur pada Sabtu (29/10/2022).
Adapun tanah longsor terjadi pada Kamis (27/10/2022) akibat curah hujan yang begitu tinggi.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian menjelaskan, pihaknya tengah melakukan persiapan penanganan tanah longsor secara permanen.
“Saat ini tim sudah berada di lapangan untuk menyiapkan desain permanen penataan lereng secara menyeluruh,” sebut Hedy dalam keterangannya dikutip Senin (31/10/2022).
Sementara itu Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Barat Kementerian PUPR Sjofa Rosliansjah mengungkapkan penanganan permanen bakal dilakukan setelah penanganan darurat berakhir.
Pasalnya penanganan permanen harus dilakukan dengan hati-hati, memperhatikan semua aspek secara cermat agar pekerjaan konstruksi berjalan optimal.
Beberapa langkah yang akan ditempuh untuk penanganan permanen adalah memetakan topografi dengan potongan memanjang, dan melintang pada lokasi longsoran.
Kemudian melakukan penyelidikan geologi secara menyeluruh pada lokasi longsoran.
“Melakukan pengujian dan analisis laboratorium tanah, dan kemudian menentukan penanganan yang akan dilakukan pada lokasi,” sebut dia.
Sjofa menyampaikan beberapa opsi penanganan yang bisa dipilih. Pertama, penanganan lereng dengan menurunkan semua longsoran.
Kedua, pemasangan jaring pengaman jika dimungkinkan dengan bore pile yang dikombinasikan bersama mortar ringan atau beton ringan.
“Serta mengganti material badan jalan dengan menggunakan beton ringan atau mortar ringan, dan membuat pengaturan drainase pada lereng atas sehingga mengurangi air yang masuk ke lereng,” tandasnya.
Diketahui tanah longsor terjadi di sekumlah titik jalur Trans Sulawesi.
Longsoran batu, tanah bahkan pohon tumbang terjadi pada ruas Bts. Kab. Mamuju – Tameroddo pada KM. 77+700, KM. 77+800, KM. 78+400, dan KM. 84+200.
Sebenarnya keempat titik longsoran sudah berfungsi 2 arah Jalan (Penangan Darurat) pada pukul 17.08 WITA pada hari Kamis lalu.
Namun Kamis, pukul 19.00 WITA, terjadi longsoran susulan yang cukup besar di KM. 84+500 (Sangiang) sepanjang sekitar 100 m, karena tanah dan batuan yang mengandung air masih bergerak dari atas.
Tujuh unit alat berat pun beroperasi untuk menangani longsoran. Maka dalam prosesnya, pemerintah harus menggunakan skema buka tutup jalur untuk mengoptimalkan pekerjaan.
Arus lalu lintas pun akan segera ditutup jika hujan turun untuk meminimalisir resiko kecelakaan, serta menghindari masyarakat dari longsoran. (*)
Baca juga:
Tujuh Titik Fokus Penanganan Longsor di Jalur Kebun Kopi Sulteng
Penurunan Waktu Tempuh Jadi Sasaran Strategis BBPJN Sulsel