Serangan tentara NICA (tentara Sekutu Inggris) terhadap Gedung Sate (Departement Van Verkeer En Waterstaat) Bandung, Jawa Barat, 3 Desember 1945, tidak pernah dilupakan. Hari penyerangan itu bahkan diperingati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum. Jiwa kesatria dan loyalitas para Pahlawan Sapta Taruna yang gugur terus mengilhami insan PUPR hingga sekarang dalam berkarya di PUPR.
Patar Ronny Liston Manurung, Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan BBPJN Sumatera Utara, tidak menampik setiap memperingati Hari Bakti PU dirinya kembali terkenang dengan peristiwa yang ia alami saat menjalani tugas di Timor Timur pada tahun 1996-1999. Saat itu pada pelaksanaan Tahun Anggaran 1998, cerita Patar ada 5 orang pengamanan dari TNI dan 6 pekerja dari kontraktor yang gugur saat melaksanakan tugas di lapangan pembangunan Jalan Cairui-Lacluta. Masih terngiang suara tembakan salvo mengiringi pemakaman prajurit TNI di taman makam pahlawan di kota Dili. Pekerjaan sempat dihentikan selama 2 minggu menunggu kondisi aman kembali. Selama waktu hampir 4 tahun dilaksanakan dari rencana 65 kilometer, jalan tersebut telah terbangun dengan lapisan agregat sepanjang 35 km.
”Saat diangkat menjadi PNS, saya pertama sekali ditugaskan sebagai Kepala Pengawas proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Timor Timur 1996-1999. Timor Timur waktu itu masih masuk wilayah NKRI” kenang Patar, anak kelima dari delapan bersaudara itu, beberapa waktu lalu.
Baik sejarah hari Bakti Pekerjaan Umum maupun pengalaman selama bertugas di Timor Timur mengobarkan semangat berbakti dalam raga dan sanubari pemuda Pematang Siantar kelahiran 16 Oktober 1967 ini. Kesetiaan dalam menjalankan tugas tak pernah redup.
Terlahir dari ayah yang pensiunan PNS pada Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara, diakuinya memengaruhi jalan hidupnya hingga bisa berkarya juga di PUPR hingga sekarang ini. Ibunya, pensiunan PNS pada Puskesmas Harjosari Kota Medan.
Pada waktu kecil, Patar bertumbuh dan besar di kompleks Dinas Bina Marga di Kota Padang Sidempuan. Dia masih ingat, dalam kompleks tersebut terdapat kantor, perumahan, dan sekaligus tempat penyimpanan alat-alat berat. ”Jika sore hari ada alat berat yang pulang, kami anak-anak kompleks, menunggu di pintu gerbang untuk diizinkan naik sampai menuju tempat parkir alat berat tersebut. Itu bagi kami menakjubkan dan menyenangkan berada di atas kenderaan besar tersebut,” ujar Patar.
Bertugas di Berbagai Daerah
Sejujurnya, lulusan S-1 Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, ini awalnya bercita-cita menjadi dosen. ”Pada saat kuliah, status saya sebagai asisten dosen pada Laboratorium Mekanika Tanah. Namun setelah selesai kuliah, formasi penerimaan dosen tidak ada. Kemudian, saya berangkat ke Jakarta mencari pekerjaan di bidang konstruksi. Pada mulanya melamar pada salah satu BUMN bidang konstruksi, tetapi tidak diterima,” kata ayah dari dua anak kembar, putra dan putri tersebut.
Ditanya bagaimana bisa bekerja di PUPR, suami dr. Ratna Emilia Simatupang ini mengisahkan, saat itu, di tahun 1996, ia melamar masuk ke Departemen PU melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Pelaksana Wilayah Timur. ”Setelah 3 bulan di Subdirektorat Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur saya dikirim ke Provinsi Timor Timur bekerja sebagai kepala pengawas pada proyek pembangunan Jalan Cairui-Lacluta, yaitu membangun jalan baru dari Utara (Kabupaten Manatuto) menuju selatan (Kabupaten Viqueque) Pulau Timor,” ujar Patar.
Setelah dari Timor Timur ia pun ditugaskan di berbagai daerah. Pada 1999, ia menjadi Staf Teknik Direktorat Bina Pelaksana Wilayah Timur. Setahun kemudian (2000), diangkat menjadi Kepala Pengawas Bagpro Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan Kota Metropolitan Jakarta Wilayah III.
Kemudian pada 2001 dipercaya menjadi Kepala Urusan Tata Usaha Bagpro Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan Kota Metropolitan Jakarta Wilayah III. Pada 2002 diberi tanggung jawab sebagai Kepala Urusan Tata Usaha Bagpro Pembangunan Jalan dan Jembatan Kota Metropolitan Jakarta Wilayah III.
Setelah selesai menjalani tugas belajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) (2003-2005), ia ditugaskan menjadi Staf Teknik Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Ditjend Bina Marga. Baru mulai 2008 hingga sekarang berkarya di Medan, Sumatera Utara dengan berbagai tanggung jawab mulai dari PPK Pembangunan Jalan Metropolitan Medan, Kasatker Pembangunan Jalan Tol hingga Perencanaan dan Pengawasan Jalan Tol dan Metropolitan Medan.
Pengalaman dalam berbagai tugas yang dijalani, diakui Patar, tidak terlepas dari nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtuanya sejak kecil. ”Saya dan saudara-saudara yang lain dididik oleh orangtua dengan nilai-nilai disiplin yang tinggi. Kami harus menghargai pekerjaan dan juga yang terpenting adalah rajin beribadah kepada Tuhan,” kata Patar.
Tidak heran jika Patar dalam bekerja menerapkan prinsip harus disiplin dan menghargai pekerjaan yang ditugaskan pimpinan dan menjalankannya sampai tuntas. Hal itu pun ditularkannya kepada anggota staf yang dipimpinnya.
Bagi Patar―alumni SD Katolik St. Antonius V-VI Medan, SMP Katolik Tri Sakti Medan, dan SMA Negeri 5 Medan ini―bekerja di PUPR sangat menyenangkan. Ia mengaku betah karena pekerjaannya sesuai bidang pendidikannya. ”Saya diberikan kesempatan untuk tugas belajar melanjutkan Pendidikan S-2 di Institut Teknologi Bandung. Saya juga sudah mendapatkan kesempatan menambah pengetahuan melalui Pendidikan dan pelatihan di dalam negeri bahkan ke luar negeri seperti ke Jepang,” ujarnya penuh rasa syukur.
Menghadapi Masalah
Dalam bekerja, diakui Patar, bukan tidak ada hambatan. Namun, penyuka olahraga dan makanan tradisional ini selalu berusaha menghadapi masalah dengan menyelesaikannya melalui memahami aturan-aturan yang ada, mempelajari kondisi dan situasi pekerjaaan serta melakukan evaluasi terhadap sumber daya dan sistem yang ada.
Menurut pengalaman Patar, hambatan dalam pembangunan jalan dan jembatan sering dimulai dengan kondisi penyiapan lahan yang belum tuntas yang menyebabkan penyelesaian pekerjaan tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana.
”Lakukan deteksi terhadap keterlambatan progres pelaksanaan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi ke lapangan serta melaksanakan inovasi sistem pengendalian dan pengawasan untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat waktu, mutu dan biaya.”
Patar Ronny Liston Manurung, ST, MT
Di lingkungan pekerjaan, Patar selalu melakukan komunikasi dengan pendekatan kekeluargaan. Menyapa teman sekantor adalah hal yang selalu dilakukannya. Hal ini penting untuk menjaga komunikasi dan hubungan baik. Alhasil, kata Patar, semua pekerjaan bisa dijalankan dengan baik.
Pada masa pengujung karier, Patar mengutarakan doa dan harapan. Ia ingin menjalankan tugas dengan kondisi kesehatan yang baik dan menyelesaikan semua tugas dengan tuntas. Ia juga menginginkan di masa pensiun nanti dapat tetap berkarya memberikan sumbangsih pemikiran terkait infrastuktur jalan. (*/a)