Setiap orang memiliki slogan pendobrak semangat dalam menjalani sebuah tanggung jawab lewat seutas kalimat. Meskipun terlihat sederhana bahkan terdengar klise, slogan penyemangat itu justru yang menentukan dan berdampak.
”Tak muluk-muluk, prinsip saya dalam menjalankan tugas, hanya bekerja dengan benar dan ikhlas. Itu saja!” Kalimat itu diucapkan Juni, Analis Jalan Jembatan BBPJN Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.
Sejak hari pertama diterima sebagai pegawai negeri sipil pada 2007, prinsip hidup tersebut konsisten ia terapkan hingga sekarang. Juni pertama sekali ditempatkan di Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sumatera Utara.
Juni ingat betul pekerjaan pertama yang dilakoninya adalah membuat laporan hasil pengujian material bahan konstruksi, mengerjakan laporan hasil pekerjaan lapangan, dan mengerjakan laporan keuangan. ”Dengan bekerja benar membuat semua lancar,” kata ibu dari Frenklin Cornelius, Rafael, dan Nadya Marchelina, itu.
Anak kedua dari enam bersaudara dari ayah Gopas Napitupulu dan ibu Siti Ramlah Hutabarat itu awalnya bercita-cita jadi guru, mengikuti jejak ayahanda, yang juga pensiunan guru. Namun, kenyataan berkata lain. Setelah tamat dari STM Negeri Kimia, Medan; dan melanjutkan ke Jurusan Teknik Sipil di Universitas Darma Agung, Juni pun justru berlabuh menjadi PNS di Kementerian PUPR.
Diakui Juni, bekerja di PUPR sangat menyenangkan dan membanggakan. Lewat pekerjaannya, ia merasa bangga menjadi bagian dari proses pembangunan setiap infrastruktur yang dikerjakan oleh PUPR di Sumatera Utara. Selain itu, dengan bekerja di PUPR, wawasannya juga makin luas. ”Sedari awal saya memang ingin menambah wawasan sehingga ingin sekali bekerja di PUPR,” kata Juni yang hobi jalan-jalan dan olahraga renang itu.
Kenangan Masa Kecil
Bagi Juni, apa yang sekarang ia peroleh tidak datang tiba-tiba. Semua memiliki proses dan keterkaitan dengan apa yang terjadi pada masa lalu, bahkan ketika ia masih kecil.
Peran orangtua dalam pengembangan karier Juni begitu besar. Bapak dan Ibunya selalu menekankan Juni dan saudara-saudaranya untuk tidak pernah meninggalkan ibadah. Selalu berdoa apa pun permasalahan yang dihadapi, hormat kepada orang yang lebih tua, dan selalu diingatkan untuk membantu saudara yang lagi kesusahan.
”Jujur, nasihat-nasihat orangtua itu membuat saya bisa melewati setiap tantangan dalam hidup. Orangtua sudah membekali saya dengan nilai-nilai yang harus saya jalani. Itu sangat bermanfaat hingga sekarang termasuk saya juga tularkan kepada ketiga anak-anak saya,” kata penyuka makanan mi kuah dan nasi goreng ini.
Ada satu peristiwa yang tidak terlupakan ketika Juni masih kecil. ”Waktu sakit mata, saya dilarang orangtua keluar rumah. Namun, saya bandel. Saya dengar kakak disuruh ke pasar. Diam-diam, saya mengikuti dari belakang. Pulang dari pasar, saya ditabrak sepeda motor. Ada luka parah pada kaki. Sampai sekarang meninggalkan bekas. Bekas luka itu jadi pengingat, kalau bandel atau tidak menurut sama orangtua, akibatnya bisa fatal,” ujar Juni sambil terbahak.
Juni dan suami, yang juga bekerja sekantor dengan dirinya dan sudah pensiun pada 2020, bersepakat untuk selalu mendidik anak-anak mereka dengan keteladanan. Ia bersyukur ketiga anaknya sehat-sehat dan menjalani setiap nasihat orangtua mereka. Ia tak lupa untuk terus mendoakan anak-anaknya.
”Kami ingin anak-anak kami diberi kesehatan, kebijaksanaan, sukses dalam pendidikan, cita-cita tercapai, dan yang paling utama selalu ingat Tuhan. Sebab, takut akan Tuhan adalah permulaan dari Ilmu Pengetahuan.”
Juni Romaulina Napitupulu
Doa dan harapan yang sama juga disampaikan Juni untuk PUPR. ”Semoga ke depannya PUPR bisa lebih baik lagi dalam membangun infrastruktur dengan didukung oleh SDM yang andal,” kata Juni, alumni dari SD Swasta Prabhudy dan SMP Swasta Dwiwarna-1, Medan, itu.
Selamat berkarya, Bu Juni. Semoga doa serta harapannya untuk hidup sehat dan bahagia bersama keluarga dijawab Tuhan. Horas! (/a)