Makassar, Lintas – Sejarah panjang investasi dan pengoperasian Jalan Tol di Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi komitmen untuk berkontribusi dalam penyediaan infrastruktur khususnya di bidang konektivitas termasuk mendukung pengembangan pelabuhan.
PT Makassar Metro Network (MMN) mengawali pembangunan Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 1 dan 2 tahun 1996- 1998 dan mulai dioperasikan pada 29 April 1998. Selanjutnya, PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) membangun Jalan Tol Seksi 4 Makassar pada 2006-2008 dan mulai beroperasi pada 29 September 2008. Pada 2018-2021, PT Makassar Metro Network membangun ruas Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 3 atau Jalan Tol Layang AP Pettarani yang mulai beroperasi pada 18 Maret 2021.
Saat ini, MMN dan JTSE yang merupakan anak perusahaan PT Margautama Nusantara (MUN) mengoperasikan jalan tol sepanjang 21,6 km di Kota Makassar. Sejak 11 Maret 2022, JTSE memulai pelaksanaan konstruksi Jalan Akses Tol Makassar New Port (MNP) yang direncanakan selesai pertengahan 2023 mendatang.
Hadirnya jalan tol memberikan kelancaran distribusi barang dan jasa berdampak efisiensi biaya logistik. Jalan Akses Tol MNP saat ini sedang dibangun, nantinya akan memberikan dampak signifikan dalam operasional Pelabuhan MNP. Pelabuhan ini akan terhubung dengan kawasan industri yang akan berdampak pada nilai komoditas unggulan Sulsel yang lebih kompetitif, serta efisiensi biaya logistik barang yang didatangkan dari luar Sulsel, demikian penjelasan Direktur Teknik PT Makassar Metro Network/ Direktur Utama PT Jalan Tol Seksi Empat, Ismail Malliungan kepada Lintas, Rabu (13/7/2022).
Jaringan jalan
Jalan Tol Makassar Seksi 1, 2, 3, dan 4 yang telah beroperasi saat ini menghubungkan beberapa simpul strategis di Kota Makassar, yaitu Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Laut Sukarno- Hatta, Kawasan Industri Makassar, Kawasan bisnis, perkantoran, dan residensial Panakkukang. Jalan Tol Makassar memberikan kontribusi dalam pertumbuhan perekonomian Kota Makassar sebagai pintu gerbang kawasan timur Indonesia dan Sulawesi Selatan secara khusus.
Jalan Tol Makassar terhubung langsung dengan moda transportasi laut Pelabuhan Laut Sukarno- Hatta dan pelabuhan baru hasil reklamasi Makassar New Port, serta moda transportasi udara Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Selain itu, jalan tol terkoneksi dengan jalan nasional Jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan poros Makassar-Parepare ke arah utara dan timur. Sedangkan, ke arah selatan Jalan Tol Seksi 3 terkoneksi dengan Jalan Nasional Jl AP Pettarani dan Jl Sultan Alauddin menuju ke kawasan selatan Provinsi Sulsel.
Dengan konektivitas tersebut, jalan tol dan jalan nasional non-tol menjadi satu sistem jaringan jalan yang menghubungkan daerah-daerah di Sulsel serta menghubungkan moda transportasi laut dan udara.
Ruas Ujung Pandang Seksi 3 (Jalan Tol Layang AP Pettarani) merupakan program pemerintah sejak 1990-an, karena beberapa faktor seperti krisis moneter, pembebasan lahan, dan perkembangan area sekitar membuat pembangunannya menjadi tertunda.
Pesatnya perkembangan Kota Makassar membutuhkan pembangunan jalan baru, sehingga pembangunan Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 3 kembali diinisiasi Pemerintah Kota Makassar bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, di mana Jalan Layang AP Pettarani menjadi tahapan pengembangan jalan tol ke kawasan selatan Sulsel, yaitu Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
Teknologi dan inovasi
Jalan Tol Layang AP Pettarani dibangun menggunakan teknologi mutakhir di bidang konstruksi, di antaranya penggunaan teknologi bekisting aluma system untuk pelaksanaan konstruksi pier head. Form work untuk pier head sepenuhnya memanfaatkan kolom untuk menerima beban, tidak dibutuhkan shoring untuk menopang beban form work. Metode ini dapat meminimalkan gangguan lalu lintas jalan eksisting selama pelaksanaan. Pemasangan box girder menggunakan double launching gantry untuk mempercepat waktu pelaksanaan.
Expantion joint terpasang pada setiap tujuh span (bentang) atau 350 meter, berbeda dengan metode konvensional yang membutuhkan pemasangan expantion joint pada setiap span. Jalan Tol Layang AP Pettarani telah terpasang structural health monitoring system (SHMS) untuk pengawasan kondisi struktur secara real time. Telah diaplikasikan pula terrestrial laser scanner (TLS) sebagai pengembangan dari leger jalan, untuk mendokumentasikan seluruh aset jalan secara digital. Pada Jalan Akses Tol MNP, pelaksanaan pemasangan box girder direncanakan menggunakan metode back feeding.
Pengadaan lahan dan SDM
Lahan Jalan Tol Makassar Seksi 1, 2, dan 4 dibebaskan oleh pemerintah, sedangkan Jalan Tol Layang AP Pettarani sepenuhnya menggunakan lahan Direktorat Jenderal Bina Marga tanpa pembebasan lahan. Jalan Tol Akses MNP yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi, lahannya disiapkan oleh PT Pelindo.
MMN dan JTSE belum pernah melakukan pembebasan tanah secara langsung, tetapi belajar dari proses pembebasan lahan di Jalan Tol Akses MNP, penilaian pembebasan lahan saat ini melalui appraisal oleh pihak independen relatif diterima secara baik di masyarakat. Kendala adanya tanah sisa dan sengketa kepemilikan telah diatur dengan jelas dalam undang-undang, sehingga potensi konflik dapat diminimalisir.
Pembangunan jalan tol dilakukan dengan kolaborasi sumber daya manusia antara tenaga ahli dan penyedia jasa dari daerah lain dengan tenaga ahli dan penyedia jasa lokal. Untuk pekerjaan spesialis yang penyedia jasanya belum ada di Sulsel, menggunakan dari luar Sulsel, tetapi untuk yang sudah tersedia di Sulsel diprioritaskan menggunakan penyedia jasa lokal.
Demikian halnya dengan tenaga ahli, sebagian dari luar dan sebagian lainnya dari lokal. Secara umum perbandingan tenaga kerja yang terlibat di pembangunan Jalan Tol Makassar adalah 65% lokal dan 35% dari luar. (AN)
Baca juga:
Penurunan Waktu Tempuh Jadi Sasaran Strategis BBPJN Sulsel
Penataan Kawasan Kumuh Makassar Timur Kota Ternate Ditargetkan Rampung Oktober 2022