Saat era kolonialisme Belanda, ada satu jalan yang tersohor. Kira-kira apa ya? Yup, jalan itu bernama Jalan Raya Pos yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur. Inilah jalan yang digadang-gadang menjadi tonggak pembangunan jalan, khususnya di Pulau Jawa. Seperti apa sejarahnya?
Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos
Jalan Raya Pos atau Groote Postweg dibangun atas instruksi Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, yakni Herman Willem Daendels. Pembangunan Jalan Raya Pos dimulai pada tahun 1808 dan berakhir tahun 1811.
Pembangunan Jalan Raya Pos awalnya untuk memperlancar distribusi barang. Mengapa tidak lewat laut? Kala itu, jalur distribusi laut terhalang oleh blokade yang dilakukan oleh Inggris.
Selain distribusi barang, komunikasi pun terganggu akibat blokade tersebut. Berdasarkan dokumen berjudul “Jalan di Indonesia: dari Sabang Sampai Merauke” oleh tim peneliti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Daendels sempat mengalami kesulitan berkomunikasi dengan pejabat-pejabatnya di berbagai wilayah karena akses komunikasi juga terhalang blokade Inggris. Inilah yang turut melatarbelakangi penamaan Jalan Raya Pos.
Seiring berjalannya waktu, Jalan Raya Pos juga memuat tujuan militer, yakni mempermudah mobilisasi pasukan Belanda yang ada di sekitar Pulau Jawa.
Banyak memakan korban jiwa?
Pembangunan Jalan Raya Pos membutuhkan dana yang tak sedikit. Sumber daya manusia yang dikerahkan pun besar. Maklum, ini adalah salah satu proyek infrastruktur raksasa kala itu.
Ngomong-ngomong soal sumber daya manusia, beberapa referensi menyatakan, pembangunan Jalan Raya Pos menyebabkan banyak tenaga kerjanya meninggal dunia. Benarkah?
Peneliti senior Asvi Warman Adam skeptis mengenai hal tersebut. Menurutnya, tak ada jumlah pasti mengenai korban pembangunan Jalan Raya Pos. Angka korban yang muncul di beberapa referensi berasal dari buku-buku bahasa Belanda yang notabene ditulis oleh lawan politik Daendels.
Panjang 1.000 km
Jalan Raya Pos memiliki panjang sekitar 1.000 kilometer. Jalan ini membentang mulai dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Tak heran bila jalan ini juga sering disebut Jalan Anyer-Panarukan. Sejumlah daerah lain yang dilalui Jalan Raya Pos adalah Tangerang, Jakarta, Bogor, Cianjur, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Probolinggo.
Terlepas dari berbagai cerita ‘miring’ mengenai pembangunannya, Jalan Raya Pos tak berlebihan bila dianggap sebagai tonggak pembangunan jalan di Jawa.
Pramoedya Ananta Toer, sastrawan ternama Indonesia, dalam novelnya yang berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” (1995) tak menampik jatuhnya korban jiwa dalam pembangunan Jalan Raya Pos. Namun, ia mengakui bahwa Jalan Raya Pos telah menjelma menjadi infrastruktur penting nan abadi. (SA)
Baca juga:
Apa Bedanya Jalan Raya dan Jalan Tol?
Berhenti di Atas Jembatan, Boleh Ngga Ya?