JAKARTA, LINTAS — Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menetapkan pembangunan bendungan dan jaringan irigasi sebagai salah satu program prioritas untuk mencapai swasembada pangan. Program ini dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2025 yang mengatur percepatan pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan irigasi di seluruh Indonesia.
Prabowo menekankan bahwa ketersediaan air adalah kunci ketahanan pangan nasional. “Ketahanan pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa. Pembangunan bendungan dan irigasi menjadi tulang punggung untuk memastikan dapur rakyat Indonesia selalu terisi,” ujar Prabowo dalam keterangan resmi.
Anggaran Rp 20,5 Triliun untuk Infrastruktur Air
Untuk mewujudkan visi tersebut, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 20,5 triliun. Dana ini mencakup pembangunan bendungan baru, rehabilitasi jaringan irigasi lama, pembangunan embung, hingga penerapan teknologi irigasi modern. Menurut catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), investasi ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Indonesia untuk infrastruktur air.
Alokasi ini diharapkan mampu mendongkrak produktivitas pertanian, menekan risiko gagal panen, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Tidak hanya untuk sektor pangan, bendungan juga dirancang multifungsi: sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pengendali banjir, penyedia air baku, hingga destinasi wisata baru.
Target Pembangunan 15 Bendungan Strategis
Kementerian PUPR mencatat ada 15 bendungan strategis yang tengah dikerjakan, di antaranya Bendungan Way Apu (Maluku), Jragung (Jawa Tengah), Bulango Ulu (Gorontalo), Manikin (NTT), Budong-Budong (Sulawesi Barat), Bagong (Jawa Timur), Bener (Jawa Tengah), Mbay (NTT), Tiga Dihaji (Sumatera Selatan), Karangnongko (Jawa Tengah), Cijurey dan Cibeet (Jawa Barat), Jenelata (Sulawesi Selatan), Cabean (Jawa Tengah), serta Riam Kiwa (Kalimantan Selatan).
Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti menegaskan bahwa bendungan multifungsi akan menjadi kunci swasembada pangan. “Melalui pembangunan dan rehabilitasi irigasi, kami memastikan pasokan air stabil untuk lahan pertanian. Bendungan ini juga mendukung ketahanan energi lewat PLTA, PLTMH, dan PLTS terapung,” kata Diana.
Manfaat Nyata bagi Petani
Anggota DPR Johan Rosihan menilai proyek ini harus benar-benar memberi dampak langsung bagi petani. Menurutnya, bendungan tidak boleh berhenti menjadi sekadar proyek infrastruktur besar tanpa menyalurkan air hingga ke saluran tersier dan kuarter.
“Manfaatnya harus sampai ke sawah rakyat. Kalau tidak, bendungan hanya jadi proyek mercusuar,” ujarnya. Ia menekankan perlunya partisipasi petani sejak tahap perencanaan agar tata kelola air benar-benar efektif.
Distribusi Merata ke Seluruh Nusantara
Pembangunan bendungan tersebar dari Aceh hingga Maluku. Di Aceh, misalnya, Bendungan Rukoh dan Keureuto akan mengairi ribuan hektare lahan serta mengurangi risiko banjir hingga 89 persen. Di Jawa Tengah, Bendungan Jlantah berkapasitas hampir 11 juta meter kubik akan mengairi lebih dari 1.400 hektare sawah sekaligus menghasilkan listrik ramah lingkungan.
Program ini juga menyentuh daerah rawan kekeringan seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Bendungan Meninting di Lombok Barat dan Bendungan Mbay di NTT diproyeksikan menjadi penopang utama pertanian sepanjang tahun.
Investasi Jangka Panjang untuk Indonesia Emas 2045
Pengamat pertanian Dwi Andreas menilai pembangunan bendungan penting untuk keberlanjutan pangan nasional. “Yang terpenting adalah tata kelola air. Dengan irigasi tepat sasaran, risiko gagal panen bisa ditekan, bahkan panen bisa meningkat hingga tiga kali lipat,” jelas Guru Besar IPB itu.
Sementara pengamat tata kota Nirwono Yoga menekankan perlunya percepatan pembangunan. Ia menilai Indonesia butuh setidaknya 10 bendungan baru per tahun agar tidak tertinggal dari negara lain.
Baca Juga: Normalisasi Kali Ciliwung Mulai Dikerjakan 2026, Lahan 16,9 Km Ditarget Rampung 2027
Pemerintah menargetkan hingga akhir 2025 akan ada tambahan 259 bendungan di Indonesia. Dengan dukungan anggaran, kolaborasi lintas kementerian, hingga teknologi smart farming, pembangunan irigasi di era Prabowo digadang sebagai tonggak menuju Indonesia Emas 2045. (GIT)