JAKARTA, LINTAS – Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sejak Senin (3/3/2025) malam hingga Selasa (4/3/2025) dini hari menyebabkan banjir di berbagai titik.
Hujan baru reda sekitar pukul 05.00 WIB, namun genangan air masih menghambat aktivitas warga. Banjir terparah terjadi Kabupaten dan Kota Bekasi, berakibat pada lumpuhnya kegiatan masyarakat.
Direktur Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Andri Ramdhani menjelaskan, curah hujan ekstrem yang tercatat di Bogor mencapai 232 mm per hari turut memengaruhi kondisi banjir di Bekasi.
“Kalau kita lihat, intensitas hujan saat ini memang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020, tapi dampaknya lebih besar di Bekasi,” ujar Andri saat dihubungi majalah lintas, Kamis (6/3/2025).
Ia menjelaskan bahwa faktor banjir tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan, melainkan juga kondisi drainase, tata kelola air, dan faktor lingkungan lainnya.
Pada tahun 2020, curah hujan ekstrem juga menyebabkan banjir besar yang melanda Jakarta dan sekitarnya. Namun, kali ini curah hujan yang lebih tinggi terkonsentrasi di wilayah Bekasi dan Bogor, sementara Jakarta relatif lebih aman.

“Jakarta saat ini hanya menerima limpahan sedikit dari Bogor, sedangkan Bekasi kemungkinan besar mendapat curah hujan lokal yang cukup tinggi,” tambahnya.
“Curah hujan tahun 2020 masih lebih tinggi, baik dari segi intensitas maupun luas wilayah terdampak,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (4/5/2025).
Pada Januari 2020, ratusan wilayah di Jakarta tergenang hingga ketinggian 350 cm akibat curah hujan ekstrem yang mencapai 377 mm per hari.
Data BMKG menunjukkan bahwa curah hujan harian tertinggi saat itu tercatat di Halim, dengan intensitas 377 mm per hari pada periode 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020.
Curah Hujan Tertinggi Tahun Ini
Sementara itu, data BMKG pada 3-4 Maret 2025 mencatat curah hujan tertinggi terjadi di stasiun pengamatan Katulampa, yakni 232 mm per hari.
Beberapa wilayah lain seperti Cibeureum Bogor, Jatiasih, Angke Hulu, dan Citeko juga mencatat curah hujan sangat lebat, berkisar antara 126-144 mm per hari.
“Sejauh ini, belum ada curah hujan yang mencapai 300 mm per hari seperti yang terjadi pada tahun 2020,” tambah Guswanto.
Menurut pembaruan data BMKG pada 4 Maret pukul 13.25 WIB, hujan dengan intensitas lebat terpantau mengguyur wilayah Banten Utara.
Dengan intensitas hujan yang tinggi ini, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya.
Andri juga mengingatkan bahwa meskipun tren curah hujan mulai menurun seiring berakhirnya musim hujan, masih ada potensi hujan intensitas tinggi hingga akhir Maret.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memantau informasi cuaca secara berkala, terutama bagi daerah-daerah yang rawan banjir.
Prediksi BMKG menyebutkan bahwa musim hujan berikutnya akan dimulai pada November dan bisa jadi kembali membawa curah hujan tinggi seperti yang terjadi di awal 2020.
Dengan kondisi ini, kolaborasi antara pemerintah daerah, Kementerian PU, dan masyarakat menjadi penting untuk mengurangi dampak banjir.
Peningkatan kapasitas drainase, penataan aliran sungai, dan pengelolaan ruang hijau bisa menjadi langkah mitigasi yang efektif.
“Kami terus memantau dan memperbarui informasi cuaca secara real time. Jadi, masyarakat bisa mengakses informasi ini untuk mengantisipasi potensi banjir,” kata Andri. (ROY/CHI)





