Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
13 January 2025
Home Profil Ika Sri Rejeki: Perempuan di Era Milenial Tak Boleh Lupa Kodrat Sebagai Ibu

Ika Sri Rejeki: Perempuan di Era Milenial Tak Boleh Lupa Kodrat Sebagai Ibu

Share

Mataram, Lintas – Kartini di Era Milenial memiliki “rasa” yang berbeda, di mana saat ini jauh lebih dinamis, pintar, dan mendudukan diri sejajar dengan pria. Ditambah dengan kemudahan akses internet dan teknologi membuat perempuan di era generasi ini semakin bebas berkarya. Namun, perempuan tetap tidak boleh melupakan kodratnya dan tetap harus menghormati laki-laki sebagai imam menurut ajaran agama. Demikian ujar Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Nusa Tenggara Barat (BPPW NTB), Ika Sri Rejeki, ST, MT, dalam meneladani Kartini.

“Saya memaknai hari kartini dengan tetap memposisikan diri saya di dalam rumah sebagai seorang istri yang menghargai suami, dan ketika di luar rumah sebagai seorang pimpinan saya harus bisa merangkul untuk berkomunikasi dan berkoordinasi sesuai batasan-batasan yang ada tentunya,”

Ika Sri Rejeki yang berlatar belakang pendidikan Magister Manajemen Teknologi, mengawali karirnya sebagai tenaga honorer pada 1994.

“Setelah jadi staf honor tahun 1994 saya kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tahun 1997. Pertama kali saya di perencanaan Cipta Karya, kemudian pengelola teknik di tata bangunan ini sampai bangun Wisma NTB di Jakarta,” papar Ika.

Tahun 2014, Ika ditunjuk menjadi Kasatker PBL atau Penata Bangunan dan Lingkungan yang sekarang dikenal dengan nama Bina Penataan Bangunan. Kemudian, 2015 bertugas sebagai Kasatker Pengembangan Kawasan Permukiman gabungan hingga 2019 dan dipercaya menjabat Kabalai BPPW hingga saat ini.

“Yang menginspirasi saya untuk bekerja di lingkungan Kementerian PUPR adalah ketika kuliah, saya diajak teman ke Pulau Lombok mengunjungi kantor PU dan saya melihat banyak tantangan bekerja di sana sepertinya menarik, dan saat itu saya memang diminta pulang oleh Ibu saya yang meminta saya bekerja di Lombok saja karena beliau tinggal sendiri, kemudian saya iseng melamar di PU dan diterima,” ceritanya.

Kepulangannya ke Lombok atas permintaan ibunda juga menjadi titik balik dalam hidupnya. Tanpa berfikir panjang, ia memutuskan untuk berhenti bekerja di Jakarta yang menjadi keinginannya dan kembali ke kampung halaman.

“Mungkin kalau saat itu saya tidak mendengarkan atau menuruti nasihat dan permintaan ibu saya, maka saya tidak akan berada di posisi seperti sekarang ini, karena memang saya sendiri tidak ada niat untuk bekerja di lingkungan pemerintahan pada awalnya,” lanjutnya.

Menurutnya, semua tugas memiliki kesan tersendiri, tetapi yang paling berkesan adalah proyek kawasan Mandalika.

“Kami diminta untuk mengerjakan suatu kegiatan hanya dalam dalam waktu 1,5 bulan, karena memang kami kompak dari awal dan memiliki kerja sama yang baik, maka semua berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu,” ujar Ika

Mengenai tantangan, yang terberat adalah ketika menangani bencana alam, karena dibutuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait seperti pemda, BNPB, stake holder, dan masyarakat setempat.

“Saat terjadi bencana alam, banyak fasilitas umum yang rusak dan hancur, begitu juga rumah dan sekolah. Waktu kami tangani ini juga banyak tantangan, terutama saat gempa Lombok dan saat relokasi banjir di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, banyak sekali tantangannya terutama terhadap masyarakat,” ungkap Ika.

Selama bekerja di Kementerian PUPR, Ika mengaku merasa paling senang ketika apa yang sudah dikerjakan di respons baik oleh Menteri PUPR, hal ini memberikan kepuasan tersendiri baginya.

Begitu juga halnya dengan keluarga, restu dan dukungan suami dan anak-anak sangatlah penting bagi Ika dalam berkarier. Memiliki empat orang anak dan satu cucu, membuatnya harus pandai membagi waktu.

“Alhamdulillah, karier saya didukung oleh keluarga, memang dibutuhkan keseimbangan dalam menjalankannya, kita mencoba membagi waktu dan tugas agar semuanya bisa berjalan dengan baik, tetap menjaga komunikasi walau sedang berjauhan,” jelasnya.

Sementara itu, dalam menjaga stamina, setiap hari Sabtu dan Minggu, Ika selalu meluangkan waktu untuk berolahraga walau hanya sekedar jalan pagi atau bersepeda. Berjemur dan mengkonsumsi vitamin juga menjadi hal yang wajib dilakukan di era pandemi ini.

Terakhir, Ika Sri Rejeki berpesan kepada generasi muda agar bisa terus menghargai orang yang lebih tua seperti menghargai orangtua kita sendiri.

“Karena saya lihat generasi muda ini agak kurang menghargai orang tua, terutama yang sudah paripurna, kadang kurang dihargai. Jika bertemu di jalan tidak terlalu menghormati, beda dengan kita waktu dulu. Oleh karena itu, saya berharap kepada generasi penerus janganlah seperti itu dan tetaplah menghargai orang yang lebih tua,” tutup Ika saat mengakhiri perbincangannya dengan Lintas. (Ps-R)

Baca juga: Maria Doeni Isa, Peranan Sebagai Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga Harus Seimbang

Oleh:

Share

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.