Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
7 September 2024
Home Fitur Flyover Purwosari, Wujud Kebanggaan Anak Bangsa terhadap Tanah Air

Flyover Purwosari, Wujud Kebanggaan Anak Bangsa terhadap Tanah Air

Share

Oleh Tisara Sita | E-mail: tisarasita@pu.go.id

Pembangunan Jembatan Layang atau Flyover Purwosari, yang dimulai 8 Januari 2020, kini telah rampung. Manfaatnya telah dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya. Tujuan utama dari pembangunan jembatan layang ini, yaitu meminimalisasi kecelakaan yang mungkin terjadi di pelintasan kereta api dengan jalan raya. Selain itu, jembatan layang ini juga bertujuan mengurai kemacetan.

Sebagaimana diketahui, pelintasan kereta api ini cukup padat. Setiap hari terdapat sedikitnya 150 perjalanan kereta. Dengan masa tunda sekitar 15 menit untuk setiap perjalanan kereta api, bisa dibayangkan, betapa sibuknya pelintasan tersebut setiap hari. Ini memengaruhi arus lalu lintas di sekitarnya.

Tisara Sita | Dokumen Pribadi

Mempertimbangkan berbagai alasan tersebut, akhirnya dibangunlah sebuah jembatan layang yang kini lebih dikenal dengan nama Flyover Purwosari. Selain sebagai jawaban dari permasalahan lalu lintas, keberadaan Flyover Purwosari ini menjadi ikon baru. Tidak heran, Flyover Purwosari kini menjadi kebanggaan dari masyarakat kota Surakarta.

Wacana mengenai pembangunan jembatan layang ini telah lama digaungkan. Pada 2015, diadakan sebuah studi kelayakan mengenai rencana pembangunan jembatan layang ini. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan dokumen lingkungan pada 2016.

Penyusunan dokumen Detailed Enginering Design (DED) dilakukan oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (Satker P2JN) Jawa Tengah. Itu tepatnya tahun 2017. Proses selanjutnya, seperti pembuatan izin prinsip pelintasan tak sebidang, rencana perkiraan biaya (RPB), hingga proses tender atau pelelangan, selesai dilaksanakan pada 2019. Tepat dua tahun setelah pembuatan DED rampung.

Adapun penandatanganan kontrak pembangunan Flyover Purwosari ini dilaksanakan pada 8 Januari 2020. Kontrak melibatkan pengguna jasa PPK 1.6 Jawa Tengah (Satuan Kerja PJN Wilayah I Jawa Tengah, BBPJN Jawa Tengah–DI Yogyakarta). PT Wijaya Karya (Persero), Tbk. selaku penyedia jasa. Pelaksanaan penandatanganan kontrak ini berlokasi di Loji Gandrung, Surakarta.

Tisara Sita menerima penghargaan pada Hari Bakti PUPR 2022 | Dokumen Pribadi

Pembangunan jembatan layang ini berlangsung selama 14 bulan, dengan nilai kontrak sebesar Rp 114,18 miliar. Sumber dana tersebut diperoleh dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020-2021.

Awalnya, pembangunan Jembatan Layang Purwosari ini ditargetkan rampung pada Desember 2020. Namun, karena adanya pandemi Covid-19, anggaran pembangunan sebesar 30 persen di-refocussing atau dialihkan. Baru pada APBN tahun selanjutnya, yaitu APBN tahun 2021, dilanjutkan kembali.

Meskipun demikian, di tengah pandemi Covid-19, didukung dengan tekad yang kuat dari semua pihak, pembangunan jembatan layang ini tetap dilanjutkan. Hingga seperti sekarang ini dan menjadi bingkisan terindah bagi seluruh masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya. Tentunya, pada saat proses pembangunannya, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Flyover Purwosari ini berukuran panjang keseluruhan sekitar 700 meter. Rinciannya, panjang 198 meter dan panjang jalan pendekat sisi barat, yaitu sekitar 242 meter. Sementara ukuran panjang pendekat di sisi timurnya mencapai sekitar 260 meter.

Bukan itu saja, jembatan layang yang melayani lalu lintas dua arah juga memiliki lebar jalan mencapai 12,3 meter. Jalan di atas jembatan layang ini terdiri dari lebar lajur 2 x 3,50 meter. Lebar median dengan marka ganda 0,30 meter. Adapun lebar bahu jalan yang mencapai 2 x 2,50 meter. Di bagian kanan dan kiri jalan terdapat juga trotoar dengan lebar masing-masing sisi, yaitu 0,60 meter.

Trotoar yang berada di atas jembatan layang ini tidak bisa digunakan oleh pejalan kaki. Namun, hanya diperuntukkan sebagai fasilitas perawatan jembatan layang. Kelandaian maksimal Flyover Purwosari yang kurang dari 4 persen, secara tidak langsung, memudahkan kendaraan melaju di atas jembatan layang tersebut.

Teknologi CMP

Hal yang menarik, jembatan layang ini dibangun dengan menerapkan teknologi corrugated mortarbusa pusjatan (CMP). Dengan teknologi ini mempercepat masa konstruksi jembatan layang. Bahkan, bisa lebih menghemat anggaran biaya, jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi yang umumnya digunakan pada pembangunan jembatan layang konvensional.

Teknologi CMP merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR.

Penggunaan teknologi CMP ini mengandalkan penggunaan mortar busa untuk timbunan jalan pendekat jembatan. Hal tersebut menjadi salah satu tahapan yang diprioritaskan dalam proses pembangunan jembatan layang. Penggunaan mortar busa ini, menjadi ciri unik dari teknologi ini. Bukan untuk pembangunan pelintasan kereta api saja, teknologi CMP ini juga digunakan dalam pembangunan persimpangan jalan. Itu terutama yang membutuhkan bentang yang panjang.

Flyover Purwosari | Dokumentasi Pribadi

Ciri unik lainnya dari Flyover Purwosari ini, yaitu adanya bangunan unik yang memiliki ciri khas dari Kota Surakarta. Contohnya dengan adanya bangunan beautifikasi, yang merupakan ilustrasi dari Tari Gambyong, yang terletak di ujung barat dan timur flyover. Tari Gambyong sendiri merupakan tarian Jawa klasik, yang berasal dari Surakarta, yang merupakan tempat dibangunnya Flyover Purwosari ini. Tarian ini memiliki makna sebagai tarian selamat datang atau penyambutan. Keberadaaan ikon ini bertepatan dengan lokasi flyover yang terletak di batas masuk Kota Surakarta.

Hijau dan Ramah Difabel

Bukan hanya itu, landscape Flyover Purwosari ini diatur sedemikian rupa sehingga menampilkan kesan asri dan sejuk. Pemandangan di bawah fly over, ditata dengan beragam bunga dan tanaman, seperti tanaman Lee Kuan Yew dan juga tabebuya. Selain mempercantik area bawah flyover, keberadaan tanaman juga menambah kadar oksigen di sekitar lokasi dan bertujuan sebagai kawasan penghijauan.

Pada saat pembangunan jembatan layang ini, Pemkot Surakarta memindahkan beberapa pepohonan yang tumbuh subur di lokasi ke tempat yang baru. Ada sekitar 377 pepohonan, yang terdiri dari pohon akasia, asam kranji, angsana, dipindahkan ke tempat lain, untuk ditanam kembali.

Kawasan di bawah jembatan layang tidak terfokus pada area taman saja. Di sekitar lokasi juga dibangun box pedestrian, yang berada di sisi kiri dan kanan. Tujuannya tak lain, memudahkan pejalan kaki ke berbagai tujuan.

Di sepanjang trotoar yang berada di bagian bawah dilengkapi dengan jalur difabel. Didukung dengan lampu taman yang apik, serta lampu penerangan yang terpasang di dinding retaining wall flyover. Di bagian bentang tengah dipasang lampu flex dot LED, yang berfungsi sebagai papan informasi. Sementara penerangan LED yang dipasang di sekitar lokasi jembatan layang menggunakan lampu LED 10 watt. Jarak antarlampu sekitar 5 meter, yang dimulai dari ujung hingga pangkal jembatan. Ini untuk mendukung keselamatan pengendara.

Komunitas Skate Board

Keberadaan Flyover Purwosari juga dirasakan oleh komunitas anak muda. Dinas PU dan Penataan Ruang Kota Surakarta, bekerja sama dengan komunitas skate Board Surakarta, menginisiasi pembangunan skate park. Berukuran 40 meter x 14 meter, dibangun di bagian barat jembatan layang. Sebelumnya, pencinta olahraga skateboard ini belum memiliki tempat bermain yang aman dan nyaman untuk menyalurkan kegemarannya.

Motif batik di Flyover Purwosari | Dokumentasi Pribadi

Kearifan Lokal

Rasa cinta dan kebanggaan terhadap Tanah Air ini juga sengaja ditampilkan dalam pembangunan jembatan layang ini. Hal ini bisa terlihat dari berbagai ornamen tradisional serta hiasan-hiasan yang bertemakan budaya dan kearifan lokal. Salah satunya yaitu penggunaan ornamen berupa motif batik yang ditempel di sepanjang retaining wall flyover.

Selain sebagai sarana edukasi, Flyover Purwosari juga sebagai ajang promosi budaya. Penggunaan beragam motif batik batik asli Kota Surakarta, menunjukkan bahwa kota ini memiliki nilai historis dan nilai jual yang tinggi. Pemilihan motif dan juga warna yang dipakai pada retaining wall flyover ini melibatkan beberapa pihak. Mereka antara lain Masyarakat Batik Laweyan dan juga Pemerintah Kota Surakarta. Ornamen yang dipilih antara lain motif Batik Kawung, Ceplok, Lereng, dan motif batik Solo atau Surakarta lainnya. Seperti diketahui, batik Solo atau Surakarta telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Sebelum dioperasikan secara resmi untuk umum, dilaksanakan uji coba Jembatan Layang Purwosari pada 21 Desember 2020, selama 6 hari. Proses uji coba ini dibuka secara langsung oleh Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo.

Diresmikan 13 Februari 2021

Atas dukungan dari berbagai pihak, khususnya tim proyek pembangunan Flyover Purwosari, pada 13 Februari 2021 lalu, Flyover Purwosari resmi beroperasi. Masyarakat pun leluasa memanfaatkannya sebagai fasilitas untuk umum.

Upacara peresmiannya ditandai dengan penekanan tombol sirine yang dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Hadir dalam acara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surakarta, Direktur Jenderal Bina Marga, dan Direktur Utama PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk., serta dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti peresmian oleh Wali Kota Surakarta.

Pengoperasian Fly Over Purwosari ini diharapkan dapat mendukung aktivitas seluruh elemen masyarakat dan membangkitkan perekonomian khususnya di Kota Surakarta. Ini adalah karya anak bangsa sebagai wujud kebanggaan terhadap Tanah Air Indonesia.

(Tisara Sita, ST, MSc, Pejabat Pembuat Komitmen 1.6 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I BBPJN Jateng-DIY)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.