Salah seorang perempuan yang menggeluti pembangunan di bidang infrastruktur jalan adalah Ir. Asmawati, Msi, yang kini menjabat sebagai Kepala Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Tengah sejak tahun 2018.
Ia telah mengabdi selama 31 tahun di Kementerian PUPR sejak tahun 1989, dan telah menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun dari Presiden Joko Widodo.
Sejak lama, ada anggapan pembangunan infrastruktur dikenal sebagai dunianya laki-laki, sejalan dengan pandangan masyarakat bahwa pembangunan infrastruktur berhubungan dengan pekerjaan kasar dan buruh bangunan.
Namun seiring dengan kemajuan jaman dan berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, bahkan semakin banyak pula perempuan yang menggeluti pendidikan tinggi di Bidang Arsitektur dan Teknik Sipil.
Saat ini pandangan masyarakat mulai bergeser dan memahami bahwa suatu bangunan tidak hanya dari proses pembangunan fisik saja, tetapi di awali dari proses perencanaan desain, Rencana Anggaran Biaya, time schedule, pengawasan, monitoring dan evaluasi. Di sinilah perempuan mengambil peranan penting.
“Dalam melaksanakan tugas, para perempuan banyak mengalami kendala, namun dengan kefemininan-nya perempuan dapat melewati rintangan tersebut,” paparnya ketika diwawancarai Lintas.
Berdasarkan pengalaman, ia menceritakan, perempuan tidak kalah berani dan mampu bersaing secara teknis bahkan harus diakui dari segi ketelitian perempuan jauh lebih unggul dibanding pria.
Sebelum bertugas di Sulawesi Tengah, Asmawati memulai karier nya di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawasi Selatan di Makasar. Kemudian pindah tugas karena mengikuti sang suami, Iskandar Arsyat yang sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu yang sebelumnya bertugas di Kantor BBPJN Sulawesi Selatan sebagai Kabid Preservasi.
“Saat pindah di Palu, Alhamdulillah saya masih tetap dipercaya sebagai pejabat Eselon 4 juga, karena kebetulan ada teman sejawat yang akan pindah tugas ke Makasar, itu sejarah awalnya,” ujarnya.
Motivasi utamanya untuk menggeluti bidang Teknik Sipil dan bekerja di lingkungan Kementerian PUPR adalah karena keinginannya untuk mengikuti jejak orang tuanya yang juga merupakan Pegawai Negeri di Kementerian PU saat itu.
“Setelah lulus SMA Asmawati langsung masuk kerja di cabang Dinas PU Bina Marga Sopeng Kab. Sopeng Sulawesi Selatan mulai dari pegawai harian sampai pengangkatan PNS tahun 1989 sambil melanjutkan kuliah S1. Setelah tamat kuliah S1 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Asmawati mendapat kesempatan untuk penyesuaian ijazah dari golongan II/c menjadi III/a, kemudian melanjutkan S2 di Universitas Hasanudin pada tahun 2000 mengambil jurusan Managemen Perkotaan, setelah selesai langsung penyesuaian ke golongan III/B karena penyesuaian gelar M.Si,” lanjutnya.Dia lanjut bercerita, dengan otonomi daerah pada saat itu akhirnya semua dilimpahkan ke Provinsi dan dia bertugas di Dinas PU Prov. Sulawesi Selatan.
“Di proyek Asmawati awalnya ditempatkan sebagai pengawas , pindah tugas menjadi kepala urusan tata usaha di Bagpro, setelah itu menjadi asisten di Satker, dan akhirnya pada tahun 2007 saat dibentuk Balai dimana Kepala Balai pertama adalah Bapak Ir. H. Nurdin Samaila, M.Si yang menjabat sebagai Kepala BBPJN VI Makassar di Sulawesi Selatan dan beliau mempercayakan kami sebagai Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan ”.
Kala itu Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Selatan membawahi enam Provinsi di Sulawesi yaitu Gorontalo, Manado, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.
“Kalau Pada saat ditugaskan ke lapangan, sebagai perempuan di mana para Satker dan PPK di Daerah kebanyakan laki – laki, dan saya terbiasa berjalan sendiri menelusuri semua ruas jalan yang ada di Sulawesi, oleh karenanya saya sangat bangga dengan itu, karena saya bisa melakukan hal yang setara dengan laki – laki hal ini yang membuat bangga saat saya bertugas,” ungkap Asmawati.
“Salah satu pengalaman berkesan ketika saya harus menyeberang dari Mangolengo ke Buton untuk tugas monitoring. Pada saat itu kami bertiga bersama PPK dan Staf, malam hari dan kami harus menyeberang dengan naik perahu katinting selama setengah jam, namun karena tugas dan tanggung jawab saya maka tetap harus dijalani,” ungkapnya
“Kondisi penuh dengan resiko tersebut menjadi salah satu tantangan dalam bekerja di PUPR , namun meskipun demikian keselamatan jiwa adalah yang paling utama sehingga harus tetap menjaga dan memperhatikan aspek keselamatan,” tambahnya.
Anak-anak
Asmawati menikah tahun 1999, telah dikaruniai empat orang anak perempuan dan satu orang cucu.
“Anak pertama lulus S2 dan bekerja sebagai karyawati Swasta di Makassar anak kedua lulus S1 dan bekerja sebagai karyawati BUMN Pertamina ditugaskan di Jakarta, anak ketiga saya kuliah kedokteran gigi di UNPAD saat ini sedang Co Ass dan mengambil S2 di ITB jurusan bisnis, kemudian anak bungsu mengambil jurusan kedokteran gigi dan sekarang sudah semester 4,” ungkapnya dengan penuh senyum kebahagiaan.
Namun dari keempat putrinya, tidak ada satu orang pun yang mengikuti jejaknya untuk kuliah dan menekuni bidang Teknik Sipil, padahal Asmawati mengharapkan anak-anaknya dapat mengikuti jejak orang tuanya.
Dalam mendidik anak, Asmawati selalu mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri. Dia pun selalu berpesan walau jauh dari orang tua namun ada Tuhan yang melihat setiap perbuatan kita, sehingga meskipun keempat anak perempuannya bersekolah di luar, mereka dapat menjaga diri dan menyelesaikan sekolah dengan baik.
Pada moment khusus atau hari libur, Asmawati menyempatkan diri untuk bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.
Meski jarang berkumpul dengan anak-anaknya yang di Jakarta, sebagai orang tua Asmawati tetap rutin berkomunikasi agar anak selalu merasa diperhatikan dan dijaga walau tinggal berjauhan.
Begitupun dengan suami mengerti dan memahami akan pekerjaan dan tanggung jawabnya. inilah yang menjadi pendorong dan salah satu alasan dirinya bisa sampai pada posisi saat ini.
“Saya selalu sampaikan ke teman-teman dalam bekerja di PUPR kita harus mencintai pekerjaan, kepedulian harus tinggi, dan harus dapat menjalin kerjasama yang baik diantara teman-teman karena ini sangat mendukung, harus optimis dan jangan merasa kecil hati kalau berada di lingkungan pekerjaan laki-laki karena walau perempuan kita juga mampu dan tetap dihargai di mata teman-teman,” pesannya.